Bertahun-tahun menjadi asisten pribadi Radev membuat Starla sangat tersiksa. CEO-nya itu sangat arogan, suka memaksa, serta banyak maunya sehingga selalu menyusahkan hidup Starla. Starla terpaksa bertahan karena membutuhkan uang untuk pengobatan ayahnya yang stroke, membiayai kehidupannya serta ibu tirinya yang kejam dan adik tirinya yang tidak tahu diri. Hingga pada suatu hari Starla dan Radev terbangun di bawah selimut yang sama. Sejak saat itu Starla tahu, segalanya tidak lagi sama. IG Author: zizarageoveldy
Lihat lebih banyakMasih sepagian ini tapi Rachel sudah sampai di kantor Lavender Management.Tumit sepatunya berderap pelan dan terdengar begitu jelas dalam kesenyapan.Iya, ini memang masih terlalu pagi bagi Rachel untuk datang ke kantor. Tapi itu jauh lebih baik daripada ia tinggal di apartemennya lalu mendengarkan cerocosan ibunya yang terus memaksanya atau celotehan kakaknya yang tidak ada habisnya menyesali nasib yangmenimpa mereka.Semalam perdebatan Rachel dan Megan berlangsung begitu lama. Megan terus memaksa agar Rachel meminta bantuan pada Bjorka. Megan dengan segala cara pada akhirnya berhasil membuat Rachel menyerah. Gadis itu berjanji akan bicara dengan Kaka dan meminta bantuan padanya. Walau sebenarnya Rachel begitu malu. Ia tidak tahu akan menyembunyikan mukanya di mana saat bicara dengan Kaka nanti."Pagi Mbak Rachel, tumben pagi banget datangnya, Mbak?" sapa Yuni, salah satu office girl di kantor itu, ketika Rachel masuk dan menemukan Yuni sedang membersihkan ruangannya."Iya, Mbak, s
Rachel mulai waspada mendengar ucapan Megan padanya. "Namanya juga temen, Mi."Megan mengangguk-angguk. "Kalau yang Mami lihat kamu dan Kaka itu lebih dari temen.""Mi, aku--" Rachel hendak protes. Ia tahu persis apa yang akan dikatakan maminya itu."Sssstt, jangan potong dulu ucapan Mami.""Aku tahu apa yang akan Mami bilang.""Kamu ini sok tahu. Emang apa coba yang mau Mami bilang?""Mami pasti mau nyuruh aku deketin Kaka kan?" tatap Rachel tajam. Rachel teringat kata-kata Radev yang selalu menyuruh agar waspada pada ibu mereka.Senyum mengembang di bibir Megan mendengarnya. "Mami suka anak yang cerdas kayak kamu, Ra."Rachel mendengkus di dalam hati."Sudah sejak lama Mami menyukai persahabatan Kaka dan Radev. Lalu sekarang dengan kamu."Rachel tidak merespon. Sementara indra penglihatannya masih terpaku di wajah sang ibu dengan begitu lekat. "Setahu Mami yang namanya persahabatan itu susah senang bersama. Apabila salah seorang lagi susah maka yang lainnya akan membantu. Dan seba
Rachel membuka pintu apartemennya. Detik itu juga tubuhnya yang lunglai bertambah lesu ketika melihat ada ibu dan kakaknya di sana. Keduanya tampak sedang ngemil sambil nonton televisi. Begitu santai dan enjoy.Kulit-kulit kacang, bungkus coklat, dan entah plastik makanan apa lagi berserakan di atas meja hingga jatuh ke lantai. Semuanya membuat Rachel bertambah kesal. Ia tidak suka rumah yang berantakan."Udah pulang lo, Ra, kayak maling aja nggak ada suara, nggak ada tanda, nggak ada ngasih aba-aba," ujar Rai berceloteh saat menyadari kehadiran Rachel.Rachel ingin melawan kakaknya, mengatakan bahwa perempuan itulah yang tidak tahu sopan santun. Tapi karena tubuhnya terlalu lelah Rachel hanya diam dan memilih untuk mengabaikannya. Ia bermaksud melangkah ke kamar."Dari mana kamu jam segini baru pulang?" Kali ini Megan yang bertanya.Rachel terpaksa menghentikan langkah karena yang bertanya adakah Megan, ibunya."Abis kerja, Mi.""Kerja? Jadi baby sitter anaknya Radev?" sinis Megan k
Radev sendiri yang membuka pintu saat Bjorka tiba di sana.“Happy banget lo kayaknya.” Itu hal pertama yang Radev katakan saat melihat wajah berseri-seri sang sahabat."Gimana nggak happy, setelah bertahun-tahun gue akhirnya ketemu Nicole.” Bjorka menjawab sembari melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruko. Mereka lalu duduk berdua di kursi yang terdapat di sana.“Jadi namanya Nicole?” tanya Radev lagi. Selama ini ia hanya tahu bahwa Bjorka menanti cinta masa kecilnya tanpa pernah tahu siapa nama gadis itu.“Yup. Nicole. Nama lengkapnya Lady Nicola Aryadicta. Cakep kan namanya? Sama kayak orangnya.” Radev mengangguk mengiyakan. Ia memang tidak tahu bagaimana penampakan Nicole. Tapi ia yakin wanita idaman Bjorka itu pastilah secantik bidadari. Jika tidak bagaimana mungkin Bjorka sampai tergila-gila padanya. Satu hal yang Radev tidak mengerti sampai saat ini adalah entah hal lain apa yang dimiliki Nicole sehingga mengikat hati Bjorka. Namun satu hal yang Radev pelajari dari sang sahabat
“Ya udah sih, Ka, kalau kamu ada janji atau keperluan dengan yang lain nggak usah nganterin aku. Aku bisa kok pulang sendiri,” kata Nicole menengahi melihat Rachel yang sepertinya keberatan Bjorka pergi.“Nggak apa-apa, Nic, urusan yang itu nggak penting-penting amat kok, masih bisa nanti,” jawab Bjorka cepat. Ia tidak mau kehilangan kesempatan berharga bersama Nicole.“Beneran?”“Iya, beneran,” kata Bjorka meyakinkan lalu memandang pada Rachel. “Ra, tolong kamu handle ya.”Rachel menganggukkan kepalanya karena tidak mungkin menidakkan. Bjorka kemudian pergi dengan membawa Nicole setelah mereka berpamitan pada Rachel.Beberapa orang yang berpapasan dengan mereka bertanya-tanya di dalam hati lalu berbisik dengan sesamanya. Mereka penasaran siapa gadis yang bersama Bjorka.Begitu Rachel keluar dari ruangan mereka langsung menanyakannya.“Ra, yang sama Pak Boss siapa sih?” tanya Caca, salah satu pekerja Lavender Management.“Model baru.” Rachel menyahut singkat.“Ikutan casting atau jalu
“Udah, Ka.” Nicole memberikan bundelan kertas di tangannya pada Bjorka.“Ada yang kurang dimengerti atau mau ditanyakan?”“Sudah paham semua.”Jawaban yang didengarnya dari Nicole membuat Bjorka mengembangkan senyumnya. Itu artinya misi pertamanya berhasil.“Oh ya bentar, Nic.” Bjorka menggerakkan kepalanya memandang ke belakang, mencari Rachel yang tadi disuruhnya menerima telepon.“Ra!” panggilnya pada Rachel yang akan membuka pintu bermaksud keluar dari ruangan tersebut.Rachel menoleh, mengurungkan niatnya untuk keluar. “Iya, Ka?”“Tadi siapa yang nelfon?”“Radev.”“Dia bilang apa?”“Cuma nanya kamu aja sih, aku bilang nanti bakal ditelfon balik.”“Oh gitu. Iya, nanti aku callback. Kamu sini dulu deh, Ra.”Rachel menarik langkah mendekat ke arah Bjorka. Ia mengira lelaki itu menyuruhnya melakukan sesuatu. Tapi dugaannya salah. Bjorka bukan memberi tugas untuknya melainkan mengenalkan dengan wanita yang duduk di sebelahnya.“Ra, kenalin dulu, ini namanya Nicole. Dia talent baru kit
Lho, kok begini?Nicole memandang Jojo penuh tanda tanya. Ia tidak menyangka jika lelaki itu membawanya ke tempat yang tidak terduga.“Ini atasan saya, dia CEO sekaligus pemilik agensi ini.” Jojo mengenalkan pria di hadapan mereka pada Nicole.Sang CEO yang disebut berdiri dari duduknya lalu melempar senyum pada Nicole. “Welcome, Nic, mari silakan duduk.” Bjorka mengembangkan tangan meminta agar Nicole menempatkan diri di kursi di hadapannya.Ragu-ragu Nicole melangkah lalu duduk di kursi yang ditunjuk.“Aku nggak tahu kalau ini kantor kamu.” Itu kalimat pertama yang Nicole ucapkan setelah berhasil meredakan rasa kagetnya.“Jadi kartu nama yang aku kasih waktu itu udah dibuang ya?”“Masih aku simpan kok, tapi aku nggak terlalu perhatiin. Lagian tadi casting-nya nggak di sini, jadi aku nggak tahu.”Bjorka tersenyum tipis. Ternyata ia memang tidak berharga bagi Nicole. Buktinya gadis itu tidak tahu apa-apa bahkan sekadar nama agensinya.“Kami mengadakan casting nggak selalu di kantor.
Nicole berjalan dengan terburu-buru. Kedua tangannya dipenuhi oleh kantong-kantong belanja. Saking terburu-burunya ia jadi menabrak seseorang.“Sorry, sorry,” ucapnya pada lelaki yang ia tabrak.Lelaki berambut gondrong itu tersenyum padanya. “Nggak apa-apa.”Nicole akan kembali meneruskan langkahnya ketika laki-laki itu mencegat.“Biar saya bantu,” ujarnya menawarkan bantuan melihat Nicole kewalahan membawa barang-barang.“Nggak usah, Mas, terima kasih.”“Nggak apa-apa, Mbak, nggak usah sungkan, saya orang baik-baik kok.” Lelaki itu memaksa untuk tetap membantu.Nicole terpaksa memberikan salah satu kantong belanjaannya yang paling besar pada lelaki itu. Lumayan mengurangi bebannya. Lagi pula lelaki itu sepertinya tidak ada maksud buruk. Hanya kasihan pada Nicole yang kewalahan membawa belanjaannya sendiri.“Sendiri aja, Mbak?” tanya laki-laki itu sembari mereka berjalan keluar dari supermarket menuju tempat mobil Nicole diparkir.Nicole mengangguk.“Saya Jojo, kalau Mbak namanya sia
Nicole masuk ke kamar lalu mengunci pintu rapat-rapat. Ia sedang ingin sendiri tanpa seorang pun mengganggunya. Davis baru saja pulang setelah di sisa kebersamaan mereka Nicole memasang tampang masam.Sambil berbaring Nicole mengambil kartu nama dari dalam sakunya lalu membaca dengan seksama.Ada nama dan nomor telepon Bjorka di sana beserta alamat kantornya. Sembari mengamati kartu nama tersebut Nicole mencoba mengingat-ingat masa-masa sekolahnya dulu. Saat masih ABG banyak teman-teman sekolahnya yang menggoda Nicole. Tapi ia tidak terlalu memedulikannya. Prioritasnya saat itu hanya belajar bukan pacaran.Ia kemudian mulai berpikir apa Bjorka adalah salah satu teman sekolah yang tergila-gila padanya?Tidak ingin terbunuh rasa penasaran, Nicole mengambil ponsel lalu menggulirkan jarinya di sana mencari nama teman lama yang sampai saat ini masih keep in touch dengannya. Mungkin temannya itu bisa membantu memulihkan ingatannya.“Halo,” sapa suara di seberang sana.“Rin, sorry ganggu ma
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.