KETIKA SI BUNGA DESA JADI PEMBANTU DI KOTA

KETIKA SI BUNGA DESA JADI PEMBANTU DI KOTA

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-10
Oleh:  Wiks_elsakkakini   On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
Belum ada penilaian
35Bab
3.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Menceritakan perjuangan seorang Sekar, gadis cantik dari desa yang terpaksa pergi ke kota menjadi seorang pembantu, demi bisa membiayai pengobatan ibunya yang sakit. Tak di sangka, kehidupan sebagai pembantu, nyatanya merubah nasib hidupnya yang miskin dan sederhana. ikuti ceritanya yuk, di jamin seru dan menghibur🤗

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

BAB 1

"Kamu yakin Nduk, mau kerja ke kota?" tanya Pak Ramli sambil terbatuk-batuk, karena penyakitnya yang tak kunjung sembuh. "Mau bagaimana lagi Pak? kalau bukan Sekar yang kerja, terus siapa?" jawab gadis berusia 18 tahun itu, menatap wajah Bapaknya, yang terlihat sedih."Bapak masih bisa kerja Nduk.." ucap lelaki paruh baya itu, tampak tak setuju. Apalagi Sekar, anaknya itu baru saja lulus dari sekolah menengah atas nya."Tapi kita butuh biaya cepat, untuk berobat Ibu Pak, kata dokter penyakit Ibu harus segera di operasi." jawab gadis yang terkenal sebagai bunga desa di kampungnya itu, tetap ngotot untuk berangkat kerja, di kota."Bapak khawatir Nduk.." ucap Pak Ramli dengan wajah sendu. Usianya yang baru 45 tahun itu, terlihat jauh lebih tua dari usia aslinya, karena beratnya pekerjaan, yang selama ini ia lakoni."Bapak ndak usah khawatir ya, kemarin Mbak Novi sudah menghubungi Sekar, katanya di rumah tempat dia bekerja, lagi butuh dua orang pembantu lagi." ucap Sekar, mencoba menen

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
35 Bab

BAB 1

"Kamu yakin Nduk, mau kerja ke kota?" tanya Pak Ramli sambil terbatuk-batuk, karena penyakitnya yang tak kunjung sembuh. "Mau bagaimana lagi Pak? kalau bukan Sekar yang kerja, terus siapa?" jawab gadis berusia 18 tahun itu, menatap wajah Bapaknya, yang terlihat sedih."Bapak masih bisa kerja Nduk.." ucap lelaki paruh baya itu, tampak tak setuju. Apalagi Sekar, anaknya itu baru saja lulus dari sekolah menengah atas nya."Tapi kita butuh biaya cepat, untuk berobat Ibu Pak, kata dokter penyakit Ibu harus segera di operasi." jawab gadis yang terkenal sebagai bunga desa di kampungnya itu, tetap ngotot untuk berangkat kerja, di kota."Bapak khawatir Nduk.." ucap Pak Ramli dengan wajah sendu. Usianya yang baru 45 tahun itu, terlihat jauh lebih tua dari usia aslinya, karena beratnya pekerjaan, yang selama ini ia lakoni."Bapak ndak usah khawatir ya, kemarin Mbak Novi sudah menghubungi Sekar, katanya di rumah tempat dia bekerja, lagi butuh dua orang pembantu lagi." ucap Sekar, mencoba menen
Baca selengkapnya

BAB 2

"Aku bukan copet woi!! aku lagi nungguin orang, buat aku jemput!!" jawab pemuda itu marah.."Sek sek Mas, aku lagi ada sms ini!" jawab Sekar segera membuka ponselnya yang berbunyi.["Ini nomor hp Mas Niko, yang jemput kamu ya Sekar."] tulis pesan itu, yang ternyata dari Novi.Sekar segera menghubungi nomor itu dengan terburu-buru. Tapi ternyata, ponsel pemuda di depannya berbunyi, dan ia segera menjawab."Ya hallo..!!" jawab pemuda itu ketus."Hhhhallo... " Sekar menjawab, dan segera melihat pemuda itu, dengan wajah ketakutan.Aduh! !! mati aku!' gumam nya, saat melihat mata pemuda itu melotot kepadanya tak percaya, jika ternyata orang yang sedang di tunggunya dari tadi, adalah gadis yang ada di depan nya saat ini, yang hampir saja membuatnya mati konyol di pukuli oleh warga."Kamu!!!!" seru pemuda yang bernama Niko itu, melotot dan menunjuk wajah Sekar, dengan sangat kesal.Warga yang masih berkerumun dan melihat hal itu, seketika bubar dengan ketakutan.Mereka takut, kalau sampai p
Baca selengkapnya

BAB 3

"Jadi ini, pembantu yang akan mengurus Tania?" tanya bu Raya, ibu dari Niko memandangi Sekar, dari atas sampai bawah."Iya Nyonya." jawab Novi."Tapi apa dia sudah berpengalaman? kelihatannya masih muda banget, berapa usia kamu?" tanya bu Raya, memandang Sekar."Saya baru mau 19 tahun Nyonya." jawab Sekar."19 tahun?? masih muda sekali. Terus kamu berani melamar kerja di rumahku ini, sudah punya keahlian apa?" tanya perempuan paruh baya, yang masih terlihat begitu cantik dan modis di usianya yang sudah tak muda lagi itu, menatap tajam Sekar."Banyak Nyonya, saya bisa bersih-bersih, bisa masak, nyuci.." jawab Sekar."Kalau ngurus balita berkebutuhan khusus bisa?" tanya Bu Raya lagi, masih menatap Sekar."Balita??" tanya gadis belia itu, kemudian menoleh ke arah Novi, karena sebelumnya, Novi tak pernah menyebut balita, dalam pekerjaannya.Tapi kemudian, dengan mantap Sekar segera mengangguk."Bisa Nyonya." jawabnya, tanpa ragu."Oke, baiklah. Tapi sebelum kamu benar-benar di terima di r
Baca selengkapnya

BAB 4

"Kenalin Mbak, namaku Sekar." Sekar mencoba berkenalan dengan Sisil, yang terlihat angkuh itu.Sisil hanya menatap tangan Sekar sekilas, saat mengajaknya untuk bersalaman.Merasa di abaikan, Sekar akhirnya menyibukkan diri, untuk menata baju-baju nya, ke dalam lemari pakaian."Perlu aku garis bawahi ke kamu, gak usah sok dekat deh sama aku. Status kita itu berbeda, karena sebentar lagi, aku akan menjadi bagian dari keluarga ini, sedangkan kamu, akan tetap menjadi babu!!" ucap Sisil sinis."Mendengar ucapan Sisil barusan, tahulah Sekar, jika gadis yang sekarang menjadi teman satu kamarnya itu, tak menyukai dirinya."Satu lagi, kamu jangan pernah kegenitan atau godain Mas Denis! karena Mas Denis itu pacar aku!!" ucap gadis berambut pendek itu, bersedekap, dan menatap wajah cantik Sekar, yang sepertinya bisa menjadi sebuah ancaman baginya.Sekar sedikit terkejut mendengar itu, ia tak menyangka, kalau ternyata pelayan sepertinya, bisa berpacaran dengan anak majikan."Saya disini cuma mau
Baca selengkapnya

BAB 5

"Syukurlah Tania mau membuka diri pada gadis itu, Raya." ucap Oma, yang juga tampak bahagia, melihat cicit nya mulai terlihat ceria lagi.Ketika Mama Tania meninggal, waktu itu Tania baru berusia 4 tahun.Hampir 3 bulan lamanya, semenjak Mamanya pergi, gadis kecil itu setiap hari menangis mencari Mamanya, dan selalu berlari kesana kemari, mencari sang Mama.Tak ada yang tak menangis, melihat gadis kecil itu, begitu kehilangan sosok sang Mama.Setiap pengasuh yang datang, tak ada satupun yang bisa merebut kembali hati bocah itu.Bu Raya menyusut air matanya, karena bahagia, akhirnya cucunya bisa tersenyum lagi.Niko hanya diam saja menyaksikan itu, walau dalam hati kecilnya, dia sungguh merasa sangat bersyukur, akhirnya ada orang yang bisa mengasuh Putri semata wayangnya itu.Sisil yang menyaksikan itu semua, merasa sangat kesal, apalagi saat di lihatnya, Denis kekasihnya juga menatap kagum ke arah Sekar."Adududuhhhh..jangan keras-keras donk pijitnya, kan sakit !" seru Oma, memecah ke
Baca selengkapnya

BAB 6

"Kata Oma buburnya gak enak Nyonya." jelas Novi, yang hendak mengambilkan makanan baru untuk Oma."Kok bisa??" Bu Raya segera menatap ke arah Sisil, yang hendak membuang bubur ke tempat sampah."Tunggu, jangan di buang dulu, tadi sudah kamu icipi belum? terus kamu bikinnya sesuai dengan resepnya kan??" tanya bu Raya, menatap tajam, ke arah gadis yang memanyunkan bibirnya itu."Sudah kok." jawab Sisil, tampak sedikit gugup."Coba sekarang kamu cicipi bubur itu!" perintah bu Raya tegas."Tapi tadi sudah saya icip kok Nyah!" Sisil tampak tidak mau, untuk mencicipi bubur buatannya sendiri."Sudah, sekarang coba kamu icip lagi!" Dengan berat hati, akhirnya Sisil menyuap satu sendok kecil, bubur yang dia buat tadi."Huekkk! " dengan langkah tergesa, dia segera berlari menuju kamar mandi belakang, ingin muntah.Bu Raya tampak geram melihat itu."Bagaimana rasanya??" tanya perempuan paruh baya itu, begitu Sisil telah keluar dari kamar mandi. "Eng..gak enak Nyonya." jawab Sisil, nyengir tan
Baca selengkapnya

BAB 7

"Gak mau ke Kafe Bang? sekarang pesanan via online sedang rame-rame nya," ujar Denis, yang melihat Kakaknya masih asik memainkan ponselnya di ruang tengah. "Iya, gue mandi deh." jawab Niko, yang mulai remaja sudah turun langsung, ke dunia bisnis orang tuanya dan membantu usaha kuliner, milik keluarga nya itu.Niko kemudian segera beranjak, dan naik ke lantai lima, menggunakan lift yang memang tersedia di rumah yang memiliki ruangan, hingga 5 lantai itu."Sekar, setelah buburnya matang, kamu langsung antarkan ke kamar Oma ya?" perintah bu Raya, karena kebetulan Tania masih tidur."Emm tapi kamar Oma yang mana ya, Nya? saya tidak tahu." jawab Sekar bingung."Biar saya aja, yang antar kan Nyah..!" Sisil yang tengah mengepel lantai, menawarkan diri, karena merasa jenuh harus memegang gagang pel terus mulai tadi. "Gak usah, biar Sekar aja! lagian Oma juga sudah tidak mau di urusin sama kamu!" cetus bu Raya, dengan tegas menolak.Sisil memberengut kesal, dan langsung pergi sambil menghent
Baca selengkapnya

BAB 8

"Kenapa kakinya Bang?" Denis menata heran, kaki Kakaknya yang berbalut kain kasa."Iya, kamu kenapa Niko?" bu Raya juga tampak penasaran. "Ini nih, ulah pembantu kesayangan Mama!" cetus pemuda berambut cepak itu, melirik kesal ke arah Sekar, yang sedang membuang sisa pecahan gelas, ke tempat sampah."Maksud kamu siapa sih?" tanya bu Raya, pura-pura tak tahu."Tuh!" Niko memonyongkan bibirnya, menunjuk Sekar."Ohh, jadi gara-gara Sekar lagi ya? kok bisa sih?" tanya bu Raya, merasa penasaran. "Dia jalan gak hati-hati, main tabrak orang saja, jadi pecah deh gelas yang di bawanya, beling nya kena kaki Niko nih!" jawab Niko, menunjukkan lukanya."Ya ampun. tapi sudah di obati kan?" tanya bu Raya, sambil sibuk meletakkan bunga-bunga baru ke dalam vas, yang ia letakkan di meja."Sudah. Pokoknya jangan dekatkan dia ke Niko Mah, bisa sial hidup Niko, kalau kayak gini terus. Kemarin muka di bonyokin, sekarang kaki hhuh!" gerutunya, tak selesai selesai."Jangan gitu Bang, entar Abang jatuh cin
Baca selengkapnya

BAB 9

Sepanjang perjalanan, Tania tampak menikmati perjalanan dengan terus menatap ke arah luar jendela. Tapi tiba-tiba Tania menangis, sambil terus menarik-menarik tangan Sekar. Sekar jadi bingung dibuatnya, karena gadis kecil itu sama sekali tak mau mengungkapkan dengan kata_kata-kata, hanya tangannya saja, yang terus menarik-menarik tangan Sekar, sambil menangis."Tania kenapa?" tanya Niko, menatap melalui kaca depan. "Tidak tahu Mas, sepertinya ada sesuatu yang di inginkan sama Non Tania." jawab Sekar, tampak sedikit kewalahan menghadapi Tania yang menangis.Niko segera minggir, dan menghentikan mobilnya.Lelaki dengan postur tinggi tegap itu, segera turun dari mobil, padahal perjalanan menuju restonya, tinggal sebentar lagi."Ada apa?" Niko segera membuka pintu belakang, dan mengambil Tania dalam gendongannya."Tidak tahu Mas, sepertinya ada sesuatu yang Non Tania inginkan.." jawab Sekar, segera ikut turun."Apa ya?" gumam Niko, sambil melihat ke sekeliling.Tiba-tiba Niko teringat,
Baca selengkapnya

BAB 10

"Lah, kok gitu sih Ma? ya gak bisa main pecat gitu aja dong!" Denis yang mendengar itu, tampak tak terima."Kamu kenapa sih Denis? aneh banget, langsung nyolot gitu Mama mau pecat Sisil? jangan-jangan kalian??" Bu Raya, menatap Denis dan Sisil bergantian, membuat wajah manis Denis, seketika gugup. "Bukan gitu maksud Denis, Mama.." ucapnya, mencoba sesantai mungkin."Denis kan jadi gak enak sama teman Denis itu, coba beri kesempatan sekali lagi aja Ma." ucap pemuda berparas tampan itu, membujuk ibunya. Bu Raya yang marasa curiga dengan gelagat putra bungsunya itu, akhirnya mengangguk setuju. Dia ingin tahu, kenapa putranya seakan ada sesuatu yang sedang ia tutupi.Sikap Denis akhir-akhir ini, dan gerak gerik nya, memang sangat mencurigakan."Oke, Mama akan beri dia kesempatan sekali lagi, Mama ingin tahu, bagaimana selanjutnya.." jawab bu Raya, kemudian menyuruh Sisil ke belakang. Denis tampak tersenyum lega, karena Mamanya urung, memecat kekasihnya itu."Napa senyum-senyum gitu?
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status