Pertanyaan ini membuat Alya tertegun.Ketika Alya kesusahan untuk menjawab pertanyaaan ini, Joko tiba-tiba berkata, "Setelah Tuan kembali semalam, sampai sekarang dia masih belum makan."Alya terdiam.Apa gunanya memberi tahu dia hal ini sekarang?"Meskipun aku nggak tahu apa yang terjadi di antara Tuan dan Nyonya, kalian sudah begitu lama bersama, kalau kalian bisa menyelesaikan masalahnya ...."Alya berkata dengan suara ringan, "Nggak bisa diselesaikan."Mendengar ini, sang kepala pelayan tak bisa mengucapkan sepatah kata pun.Setelah beberapa saat, dia berkata dengan lembut, "Kalau Nyonya sudah menetapkan hati, aku hanya bisa mendoakan Nyonya supaya selamat dalam perjalanan,"Tadinya ekspresi Alya tampak agak gelisah, tetapi sesaat kemudian, dia pun tersenyum dengan lega."Terima kasih, Paman Joko. Mulai sekarang tolong jaga dirimu baik-baik. Sementara mengenai Nenek Wulan ... tolong rawat dia."Joko pun mengangguk dengan sungguh-sungguh dan tulus."Aku adalah kepala pelayan dari Ke
Hana sama sekali tidak menemuinya. Kalau dia berani menerobos masuk, seseorang akan mengusirnya keluar.Astrid menjalani hidup yang amat menyedihkan.Karena tekanan yang luar biasa, ibunya bahkan ingin minum obat tidur untuk bunuh diri. Untungnya, adik Astrid menemukannya tepat waktu dan berhasil menghentikannya.Akhirnya, sang adik pun berlutut di depan Astrid. "Kak, tolong, bisakah kamu melakukan permohonanku? Sebenarnya siapa yang sudah kamu singgung? Tolong pergi dan memohonlah pada mereka! Kalau terus seperti ini, seluruh keluarga kita harus melompat ke sungai!"Akhirnya, bahkan sang ibu juga berlutut dan memohon padanya."Astrid, sejak dulu keluarga kita nggak pernah memperlakukanmu dengan nggak adil hanya karena kamu seorang anak perempuan. Sekarang keluarga kita dalam masalah, sebenarnya siapa yang kamu singgung? Cepatlah minta maaf dan tebus kesalahanmu. Keluarga kita nggak bisa seperti ini terus."Siapa yang dia singgung?Astrid tentu saja tahu siapa yang dia singgung.Dipaks
Kalimat itu dalam sekejap membungkam Hana.Keheningannya membuat Astrid sangat puas."Kenapa diam saja, Hana? Menurutmu, bagaimana reaksi Rizki kalau aku memberitahukan hal ini padanya?""Astrid!"Di ujung telepon, Hana seketika menjadi panik. Bahkan Astrid dapat mendengar bagaimana Hana buru-buru berdiri dan berjalan keluar. Hana berusaha membujuk Astrid dengan berkata, "Kalau ada sesuatu, kita bisa mendiskusikannya. Jangan bertindak gegabah, oke?"Mendengar ini, Astrid pun tersenyum puas.Ternyata tebakannya benar.Hana sangat takut bahwa dia akan memberitahukan hal tersebut pada Rizki.Ternyata seperti ini, ya."Aku nggak gegabah, Hana. Aku hanya ingin Rizki mengetahui kebenarannya. Setiap orang berhak untuk mengetahui kebenaran, bukankah begitu?""Astrid ...." Hana berhenti melangkah, nada bicaranya terdengar menderita. "Apa kamu menyalahkanku atas kejadian belakangan ini? Maaf, aku bukannya sengaja mengabaikanmu. Hanya saja, orang tuaku menyuruhku untuk nggak berhubungan denganmu
Hana merasa bahwa Astrid menjadi lebih tenang setelah menerima uangnya. Dia berkata dengan lembut, "Astrid, apa kamu sekarang ada di gerbang rumah Rizki? Aku akan ke sana untuk menemuimu, oke?""Oke."Astrid menjawab dengan penuh kebohongan, "Aku juga sudah lama nggak bertemu denganmu, aku sangat merindukanmu."".... Kalau begitu tunggu aku di sana, aku akan segera pergi," ucap Hana.Astrid menemukan sebuah tempat yang rindang dan duduk di sana sambil menunggu.Tak lama kemudian, mobil Hana pun tiba. Setelah membuka pintu mobil, Hana cepat-cepat berlari menghampiri Astrid dan tersenyum dengan waspada.Setelah dia melirik gerbang rumah Rizki yang berada tak jauh di belakang Astrid, Hana bertanya dengan hati-hati, "Kamu nggak masuk, 'kan?"Astrid menatap Hana. Dibandingkan dengan penampilan Hana yang rapi dan indah, beberapa hari ini dia tampak seperti orang miskin.Memikirkan bagaimana dirinya jadi seperti ini karena Hana, juga bagaimana Hana baru mau menemuinya setelah diancam, hati As
"Kamu salah paham." Hana menggenggam tangan Astrid, mereka berdua tampak seperti teman baik. "Bagaimana mungkin aku berencana untuk melawanmu? Setelah sesuatu terjadi padamu waktu itu, aku ingin membantumu. Tapi Rizki terus mengabaikanku, sehingga aku sangat sedih dan nggak bisa memikirkan hal lain."Astrid mendengar suatu hal penting."Rizki mengabaikanmu?"Tidak mungkin, 'kan? Bagaimana mungkin Rizki mengabaikan Hana? Bukankah Hana adalah penyelamat nyawanya Rizki?Meskipun Rizki mengabaikan siapa saja, Rizki tidak mungkin mengabaikan Hana, 'kan?"Ya, sekarang dia sama sekali nggak memperhatikanku. Aku khawatir dia nggak menginginkanku lagi."Astrid yang tadinya sangat angkuh dan berpikir bahwa dia bisa menggunakan kehamilan Alya untuk memeras Hana, seketika mengubah raut wajahnya setelah mendengar berita ini.Jika Rizki benar-benar mengabaikan Hana atau tidak memiliki apa-apa dengan Hana.Maka informasi yang dikiranya akan berguna ini, sepertinya tidak begitu berguna.Padahal akhirn
Kemudian, bahkan di rumah sampai ada satu tempat yang disediakan khusus untuk Alya. Tempat tersebut berfungsi untuk menyimpan barang-barang yang diberikan Rizki padanya.Seiring berjalannya waktu, tempat itu pun hampir penuh.Dalam kepergiannya kali ini, Alya tidak membawa apa-apa. Dia bahkan tidak membawa cincin pernikahan yang ada di kamarnya.Saat keluarganya bangkrut waktu itu, Alya sama sekali tidak memiliki uang. Semua yang dia miliki dibelikan oleh Rizki.Jadi ketika dia pergi, tentu saja dia tidak akan membawanya."Jangan berkata seperti itu. Meskipun itu hanyalah harta benda, masih membutuhkan uang untuk membelinya."Citra tampak menyayangkannya.Mendengar ini, Alya tiba-tiba menyadari sesuatu dan berkata dengan santai, "Begitukah? Tahu begitu, aku seharusnya membawa beberapa barang berharga. Setidaknya nanti aku bisa menukarnya dengan uang."Citra pun segera mengganti pandangannya."Sudahlah, lupakan saja. Lagi pula, kamu akan pergi. Membuang barang-barang lama untuk memulai
Waktu itu dia tidak menandatangani perjanjiannya.Dia khawatir menandatanganinya hanya akan membawa masalah di masa depan. Sementara mengenai kondisi-kondisi yang terdapat dalam perjanjian tersebut, karena dia sudah berjanji, maka dia akan berusaha untuk memenuhinya.Akan tetapi, Citra yang berada di seberangnya sama sekali tidak memiliki pikiran yang sama."Huh, membicarakan hal ini saja aku langsung bisa merasakan betapa nggak tahu malunya dia. Dia menggunakan fakta bahwa dia pernah menolongmu untuk memintamu pergi dari sini. Kalau setiap orang yang menolong orang lain meminta pamrih dengan nggak tahu malu begini, sebaiknya dari awal nggak usah menolong saja sekalian."Dibandingkan dengan amarah Citra yang tidak terkontrol, Alya tampak jauh lebih tenang. Alya hanya tersenyum tak berdaya dan berkata, "Mau bagaimana lagi? Aku sudah berutang padanya."Citra masih ingin mengutuk, tetapi Alya menghentikannya."Sudah, aku tahu kamu marah demi diriku, tapi situasinya sudah jadi seperti ini.
"Nggak punya rencana atau belum memikirkannya?"Irfan mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya. Dari suaranya, dia seperti sedang tersenyum. "Bukankah kamu ingin membesarkan anakmu sendiri? Kamu nggak bisa nggak punya rencana."Mendengar ini, Alya pun mendongak. Melalui kacamata pria itu, dia dapat melihat sepasang mata yang hangat dan tersenyum."Apa kamu mau membantu perusahaanku?" tawar Irfan.Alya refleks menggelengkan kepala."Nggak.""Cepat sekali menolaknya. Apa kamu takut kondisi yang kuberikan padamu akan kurang bagus?""Bukan begitu." Alya menggeleng. "Bukankah kamu berencana untuk mengembangkan bisnismu di dalam negeri untuk jangka yang panjang? Sepertinya aku harus pergi dalam beberapa hari ini."Tatapan Irfan pun menegang."Pergi ke mana?""Ke luar negeri," jawab Alya tak acuh.Tangan Irfan mengepal dengan erat. Setelah beberapa saat, kepalan tangannya pun mengendur."Ternyata sesuai dengan dugaanku. Aku masih mengira kamu akan tetap tinggal di sini.""Kamu tahu aku mau ke luar