Begitu Rizki mengangkat telepon itu, suara lembut Hana terdengar dari ujung telepon."Rizki, apa kamu sudah selesai kerja? Aku pikir, saat ini seharusnya kamu nggak sibuk. Jadi aku meneleponmu.""Hm." Rizki melirik Alya yang berdiri tidak jauh dari sana. "Aku baru selesai kerja.""Baguslah, aku takut akan mengganggu pekerjaanmu. Bagaimana dengan Nenek? Sebenarnya selama 2 hari ini aku sangat khawatir. Aku nggak bisa beristirahat dengan baik di rumah sakit. Kalau Nenek menyukaiku, aku bisa pergi ke sanatorium untuk menjaganya."Setiap kalimat yang diucapkan Hana selalu berhubungan dengan Wulan, hal ini membuat RIzki merasa bersalah. Dia pun sedikit melembutkan suaranya."Dengan luka seperti itu, kamu masih harus beristirahat di rumah sakit. Jangan pikirkan hal lain dulu.""Aku tahu, Rizki. Aku hanya mengkhawatirkan Nenek .... Bagaimana kalau kamu menjemputku setelah Nenek masuk ke ruang operasi? Dengan begitu Nenek nggak akan melihatku dan Nenek nggak akan marah."Pada hari operasi?Riz
Rizki merasa sikap Alya saat ini mirip dengan saat mereka masih kecil. Di seperti memiliki sebuah ekor kecil di belakangnya.Rizki bukan hanya tidak merasa kesal, dia bahkan merasa senang. Dia bahkan merasa ... kalau Alya mau, dia tidak keberatan membiarkan Alya mengikutinya seperti ini untuk seumur hidup.Pikiran yang tersembunyi jauh di dalam lubuk hatinya ini, memaksa Rizki untuk memikirkan kembali perasaannya.Namun tiap kali dia memikirkan hal ini, sosok wanita lain muncul di pikirannya. Wanita itu cantik dan menyedihkan. Meskipun terlihat lemah, wanita itu mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkannya. Selain itu, wanita tersebut juga selalu memikirkannya.Rizki juga sudah menjanjikan, bahwa tempat di sisinya akan selalu disimpan untuk wanita itu.Menyadari bahwa pikirannya mulai mengalami konflik batin, Rizki merasa bahwa ini adalah sebuah lelucon yang dimainkan oleh takdir.Jika tidak, bagaimana bisa terdapat dua orang di dalam hati seseorang?Memikirkan hal ini, Rizki langsung m
"Operasinya akan dilakukan dalam 2 hari ini? Sungguh?"Hana memegang ponselnya, kegembiraan dan semangat dalam nada bicaranya tidak dapat disembunyikan.Akhirnya Wulan akan dioperasi.Kali ini wanita tua itu tidak akan membuat masalah lagi, 'kan?"Baguslah, operasi Nenek pasti akan berjalan lancar.""Terima kasih."Di tengah kegembiraannya, Hana bertanya lagi, "Rizki, hal yang kita bicarakan waktu itu ... kalau Nenek dioperasi, bisakah aku pergi ke sana? Tenang saja, aku hanya akan menunggu di luar ruang operasi sebentar lalu pergi. Kamu nggak usah menjemput atau mengantarku. Aku hanya akan ke sana untuk melihat diam-diam, bagaimana?"Akan tetapi, kali ini Rizki terdiam.Setelah beberapa waktu, barulah Rizki menjawab dengan suara beratnya, "Hana, aku nggak ingin ada kecelakaan."Mendengar ini, Hana pun tercengang."Kecelakaan apa?""Setelah operasi, Nenek masih perlu waktu untuk pulih."Sampai di sini, bagaimana mungkin Hana tidak mengerti?Dia dengan enggan menggigit bibirnya. "Tapi,
"Bukankah itu beberapa hari yang lalu? Sekarang sudah lewat beberapa hari, 'kan?""... Apa beberapa hari saja cukup untuk membuat perbedaan?" balas David."Pokoknya, kamu mau melakukannya atau nggak? Kalau mau, besok aku akan mengirimkanmu pesan."Setelah ditanyakan seperti ini, David pun terdiam.Astrid menunggu sebentar, tetapi dia tidak juga mendapatkan jawabannya. Jadi dia menyipiykan matanya dan berkata, "David, kamu nggak menyesal, 'kan? Sepertinya janjimu untuk membalaskan dendam Hana hanyalah omong kosong. Aku sudah tahu, omongan kalian para pria memang nggak ada yang benar. Kalian hanya omong besar. Dengan dirimu yang seperti ini, aku kira kamu lebih mampu."Sepertinya perkataan Astrid berhasil memprovokasi David. Pria itu membalas dengan kesal, "Siapa yang menyesal? Apa aku bilang aku menyesal? Astrid, kamu kira aku nggak akan memukul wanita?"Emosinya yang tiba-tiba meledak membuat Astrid takut, butuh beberapa saat bagi Astrid untuk dapat bereaksi."A ... Aku kira kamu nggak
Setelah mobil mereka meninggalkan area kediaman Keluarga Saputra, barulah perasaan ngeri tersebut menghilang.Meskipun begitu, perasaan tadi masih membuat Alya sangat tidak nyaman.Setelah mobil mereka pergi, Alya masih menoleh untuk melihat area hutan tadi.Apakah ada seseorang di sana? Atau akhir-akhir ini dia hanya terlalu sensitif?Akhir-akhir ini dia selalu menumpang mobil Rizki. Ke mana pun dia pergi, dia selalu bersama Rizki. Selama ini tidak ada hal aneh yang terjadi.Namun, perasaan tadi benar-benar terlalu aneh."Ada apa?"Ketika suara Rizki terdengar dari sampingnya, barulah Alya tersadar kembali.Dia tersadar dari lamunannya dan menggeleng."Bukan apa-apa."Alya merapatkan bibir merahnya. Mungkinkah karena Wulan akan dioperasi, akhir-akhir ini dia jadi merasa gelisah dan berhalusinasi?Rizki meliriknya, menyadari bahwa Alya terlihat lebih buruk dibandingkan saat mereka keluar rumah. Kemudian dia pun melirik ke arah yang dilihat oleh Alya melalui kaca spion tengah.Barusan A
Namun, untuk menghindari kecurigaan Astrid, Hana tidak bisa terlalu cepat menyetujuinya.Memikirkan hal tersebut, Hana pun memasang ekspresi yang menunjukkan bahwa dirinya sedikit tergoda. Akan tetapi, dia tetap tidak segera menyetujuinya.Melihat ekspresi temannya, Astrid kembali membujuk dengan berkata, "Hana, menjalani operasi bukanlah hal kecil. Kamu hanya pergi karena terlalu khawatir. Lagi pula, nantinya Rizki akan bercerai dan bersama denganmu. Kalau nanti Nenek Wulan tahu bagaimana kamu masih diam-diam datang untuk menjenguknya meskipun kamu sendiri masih sakit, begitu melihatmu, dia pasti akan merasa sangat tersentuh."Raut wajah Hana masih terlihat agak ragu. "Kalau kamu mengatakannya seperti ini, kedengarannya cukup masuk akal.""Iya, 'kan?""Kalau begitu ... aku akan pikir-pikir dulu.""Ya. Lagi pula operasi nenek itu masih akan dilakukan siang nanti, kamu pikirkan saja dulu pelan-pelan."Begitu siang hari tiba, Hana pun memberi tahu Astrid, "Aku akan pergi. Aku rasa perkat
Lampu ruang operasi pun dengan cepat menyala. Anggota keluarga hanya bisa menunggu di luar ruangan.Rizki pun menarik Alya untuk duduk.Meskipun sudah duduk, Alya masih mendapatkan firasat buruk.Alisnya terus berkerut dengan gelisah.Entah kenapa sejak pagi hingga sekarang, dia terus merasa bahwa ada yang tidak beres.Namun karena semua perhatiannya difokuskan pada sang nenek. dia pun tidak memikirkan hal yang lain.Selain itu Rizki yang duduk di sampingnya, sejak tadi tidak melepaskan tangannya.Pria itu menggenggamnya dengan erat, telapak tangannya pun terasa sangat hangat dan membuat Alya merasa tenang.Jika bukan karena Rizki, dia mungkin sudah jauh lebih gelisah.Ketika dia sedang termenung, ponsel di saku Rizki pun bergetar.Setelah Wulan memasuki ruang operasi, Rizki mengatur ponselnya ke mode getar. Selain itu, semua orang di perusahaan tahu bahwa Wulan akan dioperasi, sehingga saat ini mereka tidak akan menghubungi Rizki.Yang dapat menghubunginya di saat seperti ini adalah .
"Ponselmu bergetar lagi, kamu nggak angkat?"Mendengar ini, Rizki merapatkan bibir tipisnya. Lalu dia berkata, "Sekarang ponselku sudah berada di tanganmu."Apa maksudnya?Apa Rizki ingin berkata bahwa hak untuk mengangkat telepon tersebut sudah diserahkan padanya?Awalnya, Alya masih bisa pura-pura mengabaikannya. Jika Rizki ingin menyerahkan ponselnya padanya ya serahkan saja. Memangnya Rizki kira dia akan melunak?Akan tetapi, ponsel itu terus bergetar di dalam saku. Lama-kelamaan Alya pun merasa kesal.Dia memutuskan untuk melihat ke arah Rizki dan berkata, "Kalau aku mematikan ponselmu dan kamu jadi melewatkan sesuatu karenanya, apa nanti kamu akan menyalahkanku?"Tatapan Rizki seketika jatuh ke wajahnya."Dari kita kecil sampai sekarang, kapan aku pernah menyalahkanmu?"Pertanyaannya ini membuat Alya tertegun."Oke, kamu sendiri yang mengatakannya. Kalau begitu aku akan mematikan ponselmu, soalnya mengganggu sekali."Setelah itu, Alya pun mengeluarkan ponsel tersebut dari dalam s