Perkataan Rizki seharusnya dilanjutkan dengan aku melihatmu pulang naik mobilnya Irfan.Namun begitu kalimat itu mencapai bibir, Rizki malah tidak mengucapkannya.Rizki berpikir, mungkin Alya sendiri yang akan menjelaskannya. Lagi pula orang itu sampai mengantar Alya ke pintu.Akan tetapi saat pertanyaan tersebut mencapai telinga Alya, dia mengira Rizki membicarakan luka Hana.Alya yakin dirinya tidak mendorong Hana, tetapi bila dia mengatakan seperti itu, akankah Rizki percaya?Pria itu mungkin hanya akan memercayai Hana, 'kan?Memikirkan hal tersebut, Alya bertanya kembali padanya, "Bagaimana dia mengatakannya padamu?""Apa?"Untuk sesaat Rizki tidak bereaksi, karena perhatiannya masih terfokus pada Alya yang diantar pulang oleh Irfan.Sesaat kemudian, dia pun menyadari hal apa yang ditanyakan Alya."Maksudmu Hana?"Hana, dia memanggilnya dengan begitu hangat.Alya tersenyum. "Ya, bukankah dia terluka? Akankah kamu percaya kalau aku bilang dia jatuh sendiri?"Setelah mengatakan itu,
"Aku tahu malam ini terasa nggak adil bagimu, tapi aku janji, pasti ....""Kamu mau keluar atau nggak?"Alya mengambil sebuah botol sabun dan melemparnya pada Rizki."Pergi!"Rizki yang tadinya ingin menjelaskan pun tercengang di tempat.Ini pertama kalinya Alya berbicara sekasar ini padanya.Rizki berdiri di tempat, menatap wanita di depannya dengan wajah pucat. Bibirnya dirapatkan hingga membentuk garis lurus, menunjukkan emosinya saat ini.Sementara itu, Alya berdiri di sana dengan tatapan dingin. Ekspresinya menunjukkan bahwa dia tidak ingin melihat Rizki lagi.Setelah terdiam beberapa saat, Rizki akhirnya berbalik dan pergi.Setelah pria itu pergi, bahu Alya seolah kehilangan tenaga. Dia hampir jatuh dan cepat-cepat memegang dinding. Kemudian dia perlahan bersandar pada dinding dan duduk, lalu memejamkan matanya.Barusan, perkataan Rizki mungkin telah memicu amarahnya meledak, sehingga sekarang dia merasa pusing dan mual.Mual?Seolah teringat sesuatu, Alya segera membuka matanya.
Makin dia memikirkan hal ini, kebencian di hati Hana pun menjadi makin kuat. Dia mengabaikan semua orang yang berusaha menghentikannya dan terus melampiaskan amarahnya.Jelas-jelas sekarang sudah di luar jam kerja, tetapi Lutfi yang dipanggil oleh Rizki melalui telepon, sekarang sedang berdiri di depan pintu. Dia diam-diam melihat orang di dalam marah-marah sambil membanting barang.Lutfi menyilangkan lengannya dan bersandar di dinding. Melihat pemandangan ini, dia hanya bisa menggelengkan kepalanya di dalam hati dengan tak berdaya.Tentu saja, penampilan lembut wanita itu hanya akting.Meskipun begitu, Lutfi masih merasa cukup kasihan pada Hana. Kening wanita itu terluka hingga seperti ini, apalagi Dokter bilang lukanya akan meninggalkan bekas.Lagi pula, luka yang merusak wajah seperti ini merupakan pukulan besar bagi seorang wanita.Namun begitu Lutfi teringat dengan Alya yang sudah hamil, dalam sekejap dia tidak lagi merasa kasihan pada Hana.Selain itu, teman-teman Hana selalu ber
Teringat akan hal ini, raut wajah Hana pun berubah."Di mana dia? Cepat hentikan dia!"Hana dengan kesal menatap Astrid. "Kenapa kamu harus bicara omong kosong? Karena Rizki yang memanggilnya ke sini, maka dia adalah orangnya Rizki. Kalau sekarang kamu memperlakukannya dengan kasar, bagaimana bila dia menjelek-jelekkanku di depan Rizki?"Astrid tercengang di tempat, dia tidak menduga Hana akan menuduhnya. "A-Aku hanya melihatmu menangis dan bersedih, emosimu juga nggak beres, jadi aku ingin menyuruhnya menelepon Rizki."Akan tetapi Hana tidak berniat untuk mendengarkan penjelasan Astrid. Sejak awal, situasinya sudah tidak menguntungkan baginya. Oleh karena itu, dia berencana menderita luka kecil supaya seluruh perhatian Rizki tertuju padanya.Namun siapa sangka, luka kecil itu berubah menjadi luka besar. Ini benar-benar di luar perkiraannya.Lebih buruknya lagi, meskipun dia sudah terluka separah ini, saat ini Rizki masih sempat meninggalkannya.Hal inilah yang paling ditakuti Hana.Ba
Setelah mengucapkan kalimat itu, Rizki pun melangkah pergi ke lantai atas rumah sakit.Orang-orang yang menuruti Hana dan hendak membawa Lutfi kembali, berhenti melangkah ketika melihat Rizki datang."Pak Rizki, Ha-Hana, dia ...."Akan tetapi sebelum mereka dapat menyelesaikan kalimatnya, Rizki berjalan melewati mereka tanpa melirik sedikit pun.Karena perkelahiannya dengan Alya tadi, saat ini suasana hati Rizki sedang sangat buruk. Raut wajahnya tampak suram.Beberapa wanita itu dapat dengan jelas merasakan aura dingin yang memancar dari tubuh Rizki. Mereka pun berdiam di tempat, tidak berani untuk mendekatinya ataupun mengatakan sesuatu.Rizki tiba-tiba merasakan sesuatu. Dia berhenti melangkah, lalu menoleh dan menatap salah satu wanita di antara mereka."Kamu, kenapa kamu masih di sini?"Astrid berdiri di sana bersama dengan yang lainnya, seketika mereka merasakan tatapan sedingin es yang jatuh di atas kepala mereka. Astrid mendongak dan bertemu dengan tatapan tajam Rizki yang berb
Saat ingin menangis, air matanya hampir memenuhi rongga mata, tetapi tidak ada setetes pun air matanya yang jatuh. Akhirnya karena menahan tangis, matanya pun memerah. Lalu dengan keras kepala dia akan berbalik, menyembunyikan semua air matanya dari Rizki.Rizki tiba-tiba memahami sesuatu.Dia ingat saat masih kecil, Alya akan menangis di depannya dengan air mata dan ingus yang mengalir deras. Bahkan Alya juga akan menarik bajunya seperti Hana sekarang. Dengan wajah menyedihkan dan mata yang memerah, gadis itu akan menatapnya sambil menarik ingus.Sejak kapan gadis itu mulai seperti ini?Alya tidak lagi meneteskan air mata di depannya, gadis itu menyembunyikan semua air matanya.Rizki akhirnya mengerti kenapa dia selalu merasakan kekosongan di dalam hatinya. Karena sekarang, terdapat sebuah retakan yang amat dalam di antara Alya dan dirinya.Alya tidak lagi menganggap dirinya sebagai orang dekat yang bisa dia bagi segala emosinya."Rizki ... apa kamu sungguh marah padaku?"Suara lembut
Sekujur tubuh Hana membeku, wajahnya memucat.Dia tidak pernah menduga Rizki akan mengatakan kalimat itu.Apa yang Rizki maksud dengan, karena sudah tahu bahwa dia yang ceroboh, lain kali lebih berhati-hatilah?Jadi, apakah sekarang Rizki berpikir dia jatuh karena kesalahannya sendiri? Sedikit pun tidak ada hubungannya dengan Alya? Rizki juga tidak berniat untuk meminta Alya bertanggung jawab, begitukah?Tidak, sekarang dia tidak seharusnya berpikir seperti ini. Hal yang seharusnya paling dia pikirkan adalah, kenapa Rizki bisa berpikir seperti ini setelah pergi dan kembali ke sini. Pasti Alya mengatakan sesuatu padanya, sehingga sudut pandang Rizki berubah. Mungkinkah begitu?Hana terpikirkan sesuatu dan seketika menjadi pucat pasi.Pasa saat itu, Hana tidak lagi memedulikan apa pun. Dia tiba-tiba melemparkan dirinya ke dada Rizki dan menangis dengan suara kecil."Maaf, aku akan mengingat ucapanmu. Lukaku hanya sakit sekali, selain itu Dokter bilang lukanya akan berbekas, sehingga emos
Namun, ini sama sekali bukan berarti dia bisa menerima bekas luka ini.Jadi setelah sang dokter pergi, Hana mulai menangis pada Rizki lagi."Rizki, begitu aku teringat bahwa luka ini akan berbekas, aku merasa sangat sedih. Apa menurutmu bekas luka ini akan membuatku jelek? Apa kamu akan nggak menyukaiku, lalu nggak menginginkanku?"Bibir tipis Rizki bergerak, tetapi kata-kata yang seharusnya dia ucapkan untuk menjawab Hana saat ini tidak dapat keluar.Akhirnya, dia hanya bisa menjawab, "Istirahatlah dulu, biarkan lukamu sembuh."Tidak mendengar kepastian yang dia mau, Hana pun merasa sangat kecewa. Sebelum berbaring dia bahkan berpikir, selama 2 tahun ini, Rizki tidak mungkin jadi menyukai Alya, 'kan?Tidak, Rizki adalah pria yang dia pilih. Dia tidak akan menyerahkannya pada orang lain.Dia harus memanfaatkan utang budi Rizki padanya dengan baik, mengarahkan semua perhatian Rizki kembali padanya....Ketika bangun, Alya merasa kepalanya pusing. Setelah berbaring sebentar, dia tiba-tib