Teringat akan hal ini, raut wajah Hana pun berubah."Di mana dia? Cepat hentikan dia!"Hana dengan kesal menatap Astrid. "Kenapa kamu harus bicara omong kosong? Karena Rizki yang memanggilnya ke sini, maka dia adalah orangnya Rizki. Kalau sekarang kamu memperlakukannya dengan kasar, bagaimana bila dia menjelek-jelekkanku di depan Rizki?"Astrid tercengang di tempat, dia tidak menduga Hana akan menuduhnya. "A-Aku hanya melihatmu menangis dan bersedih, emosimu juga nggak beres, jadi aku ingin menyuruhnya menelepon Rizki."Akan tetapi Hana tidak berniat untuk mendengarkan penjelasan Astrid. Sejak awal, situasinya sudah tidak menguntungkan baginya. Oleh karena itu, dia berencana menderita luka kecil supaya seluruh perhatian Rizki tertuju padanya.Namun siapa sangka, luka kecil itu berubah menjadi luka besar. Ini benar-benar di luar perkiraannya.Lebih buruknya lagi, meskipun dia sudah terluka separah ini, saat ini Rizki masih sempat meninggalkannya.Hal inilah yang paling ditakuti Hana.Ba
Setelah mengucapkan kalimat itu, Rizki pun melangkah pergi ke lantai atas rumah sakit.Orang-orang yang menuruti Hana dan hendak membawa Lutfi kembali, berhenti melangkah ketika melihat Rizki datang."Pak Rizki, Ha-Hana, dia ...."Akan tetapi sebelum mereka dapat menyelesaikan kalimatnya, Rizki berjalan melewati mereka tanpa melirik sedikit pun.Karena perkelahiannya dengan Alya tadi, saat ini suasana hati Rizki sedang sangat buruk. Raut wajahnya tampak suram.Beberapa wanita itu dapat dengan jelas merasakan aura dingin yang memancar dari tubuh Rizki. Mereka pun berdiam di tempat, tidak berani untuk mendekatinya ataupun mengatakan sesuatu.Rizki tiba-tiba merasakan sesuatu. Dia berhenti melangkah, lalu menoleh dan menatap salah satu wanita di antara mereka."Kamu, kenapa kamu masih di sini?"Astrid berdiri di sana bersama dengan yang lainnya, seketika mereka merasakan tatapan sedingin es yang jatuh di atas kepala mereka. Astrid mendongak dan bertemu dengan tatapan tajam Rizki yang berb
Saat ingin menangis, air matanya hampir memenuhi rongga mata, tetapi tidak ada setetes pun air matanya yang jatuh. Akhirnya karena menahan tangis, matanya pun memerah. Lalu dengan keras kepala dia akan berbalik, menyembunyikan semua air matanya dari Rizki.Rizki tiba-tiba memahami sesuatu.Dia ingat saat masih kecil, Alya akan menangis di depannya dengan air mata dan ingus yang mengalir deras. Bahkan Alya juga akan menarik bajunya seperti Hana sekarang. Dengan wajah menyedihkan dan mata yang memerah, gadis itu akan menatapnya sambil menarik ingus.Sejak kapan gadis itu mulai seperti ini?Alya tidak lagi meneteskan air mata di depannya, gadis itu menyembunyikan semua air matanya.Rizki akhirnya mengerti kenapa dia selalu merasakan kekosongan di dalam hatinya. Karena sekarang, terdapat sebuah retakan yang amat dalam di antara Alya dan dirinya.Alya tidak lagi menganggap dirinya sebagai orang dekat yang bisa dia bagi segala emosinya."Rizki ... apa kamu sungguh marah padaku?"Suara lembut
Sekujur tubuh Hana membeku, wajahnya memucat.Dia tidak pernah menduga Rizki akan mengatakan kalimat itu.Apa yang Rizki maksud dengan, karena sudah tahu bahwa dia yang ceroboh, lain kali lebih berhati-hatilah?Jadi, apakah sekarang Rizki berpikir dia jatuh karena kesalahannya sendiri? Sedikit pun tidak ada hubungannya dengan Alya? Rizki juga tidak berniat untuk meminta Alya bertanggung jawab, begitukah?Tidak, sekarang dia tidak seharusnya berpikir seperti ini. Hal yang seharusnya paling dia pikirkan adalah, kenapa Rizki bisa berpikir seperti ini setelah pergi dan kembali ke sini. Pasti Alya mengatakan sesuatu padanya, sehingga sudut pandang Rizki berubah. Mungkinkah begitu?Hana terpikirkan sesuatu dan seketika menjadi pucat pasi.Pasa saat itu, Hana tidak lagi memedulikan apa pun. Dia tiba-tiba melemparkan dirinya ke dada Rizki dan menangis dengan suara kecil."Maaf, aku akan mengingat ucapanmu. Lukaku hanya sakit sekali, selain itu Dokter bilang lukanya akan berbekas, sehingga emos
Namun, ini sama sekali bukan berarti dia bisa menerima bekas luka ini.Jadi setelah sang dokter pergi, Hana mulai menangis pada Rizki lagi."Rizki, begitu aku teringat bahwa luka ini akan berbekas, aku merasa sangat sedih. Apa menurutmu bekas luka ini akan membuatku jelek? Apa kamu akan nggak menyukaiku, lalu nggak menginginkanku?"Bibir tipis Rizki bergerak, tetapi kata-kata yang seharusnya dia ucapkan untuk menjawab Hana saat ini tidak dapat keluar.Akhirnya, dia hanya bisa menjawab, "Istirahatlah dulu, biarkan lukamu sembuh."Tidak mendengar kepastian yang dia mau, Hana pun merasa sangat kecewa. Sebelum berbaring dia bahkan berpikir, selama 2 tahun ini, Rizki tidak mungkin jadi menyukai Alya, 'kan?Tidak, Rizki adalah pria yang dia pilih. Dia tidak akan menyerahkannya pada orang lain.Dia harus memanfaatkan utang budi Rizki padanya dengan baik, mengarahkan semua perhatian Rizki kembali padanya....Ketika bangun, Alya merasa kepalanya pusing. Setelah berbaring sebentar, dia tiba-tib
Setibanya di rumah sakit, hal-hal seperti mendaftar, mengantre, serta membayar semuanya dilakukan oleh Citra.Sementara itu, Alya yang merasa tidak enak badan terus meringkuk di sebuah kursi di sudut ruangan. Ketika Citra selesai mengurus semuanya, dia segera menghampiri Alya.Melihat sahabatnya yang tampak tidak sehat, Citra pun makin khawatir."Kamu baik-baik saja? Kamu hamil tapi kenapa mirip dengan orang sakit?" Setelah itu, Citra mengulurkan tangan untuk mengecek suhu di kening Alya.Begitu memastikan bahwa Alya tidak demam, Citra menghela napas lega.Jika tidak demam, mungkin sahabatnya hanya tidak enak badan karena mual di pagi hari, tidak ada masalah lainnya.Alya tanpa sadar menggosok-gosok telapak tangannya, lalu tertawa dengan ringan. "Sebenarnya aku nggak apa-apa, aku hanya sangat mengantuk, nggak mau makan saat mual, tapi aku selalu ingin makan yang manis-manis.""Makan yang manis-manis? Bahkan di saat normal, kamu nggak boleh terlalu banyak makan makanan manis, apalagi sa
Sekarang situasinya sudah sampai seperti ini. Citra hanya berharap sebelum hati Alya hancur, Alya bisa segera meninggalkan tempat ini, juga meninggalkan Rizki.Jadi saat mereka sedang makan, Citra pun bertanya, "Meskipun aku tahu bahwa agak nggak baik untuk bertanya saat ini, aku masih ingin bertanya. Kapan Nenek Wulan bisa dioperasi lagi? Dia sekarang sudah nggak tinggal di sanatorium dan tinggal di rumah, 'kan?""Ya."Alya sama sekali tidak keberatan bila Citra menanyakannya hal-hal ini. Lagi pula, Citra adalah sahabatnya satu-satunya. Tidak ada yang dia sembunyikan dari sahabatnya."Dia dirawat di rumah, tapi jadwal operasinya masih belum ditentukan. Karena waktu itu Nenek pingsan, Dokter berpikir bahwa kondisi mental Nenek perlu distabilkan. Mereka ingin memberikannya sedikit waktu lagi untuk menghindari tekanan tambahan."Mendengar ini, Citra pun menghela napasnya. "Bukankah artinya masalah ini juga akan diundur?""Ya. Kondisi kesehatan Nenek sangat penting, jadi kita hanya bisa s
Sebelumnya, dia dan Hana mempunya perjanjian lisan karena mereka berdua memiliki kepentingan masing-masing.Namun, sekarang sepertinya hubungan mereka berdua akan memburuk karena kejadian ini. Tak peduli apakah dia mendorong Hana atau tidak, kemungkinan Hana akan menyalahkannya atas semua yang terjadi kali ini.Sepertinya mulai sekarang, sudah mustahil bagi mereka untuk hidup berdampingan dengan damai.Kemudian yang terpenting, setelah kejadian ini, Alya merasa dirinya harus selalu waspada terhadap Hana.Wanita itu jauh berbeda dari yang Alya kira.Awalnya, Alya mengira Hana hanya suka berpura-pura menjadi gadis baik hati yang lemah di depan orang lain. Itu bukan apa-apa, lagi pula semua orang tentu ingin terlihat baik di depan orang lain.Namun, jika di balik penampilannya yang lemah terdapat hati jahat yang suka memfitnah, maka ini bukan masalah sederhana.Memikirkan hal ini, Alya pun berkata pada Citra, "Tenang saja, aku akan melindungi diriku sendiri. Selain itu, lihat bagaimana di