Dia datang menghampiri mejaku, "Hera." kejut Revan memukul meja Hera.
"Apaan sih," jantung Hera berdegup kencang, pipinya memerah. Hanya karena sebatas dikagetkan oleh Revan, siswa tampan, yang menjabat menjadi ketua di kelasnya dan sekaligus ketua osis yang di ikutinya.
"Haha, kaget kan lo." sahut Revan tersenyum yang membuat jantung Hera berdegup tidak karuan. Hera adalah siswi periang, dia mudah berteman dengan siapa pun. Namun terkadang, dia memiliki sikap agak dingin. Dia bertubuh gendut, mukanya berjerawat dan memiliki warna kulit sawo matang. Namun dengan banyak kekurangannya, dia memiliki kelebihan yang jarang orang dapatkan. Ya, dia pintar, semenjak dia menginjak bangku SD sampai SMA dia selalu mendapatkan juara.
...
Istirahat tiba, terlihat Frisila yang melambaikan tangannya kepada Hera dari kelas sebelahnya yakni 12A.
Frisila adalah siswa pindahan dan masuk waktu kelas 11 SMA, tidak sengaja dia di masukan di dalam ruang kelas yang sama dengan Hera yakni ruang kelas 11A. Waktu mereka kelas 11 Hera yang di kenal dengan sifatnya yang periang, mengajak Frisila untuk bergabung dengannya. Namun Frisila di tarik duluan oleh rombongan Raisa, dia adalah rombongan cewe cewe cantik yang dekat dengan hampir semua cowo di sekolah. Raisa mengajak Frisila bergabung denganya, agar Frisila tidak usah dekat dekat dengan Hera. Frisila yang masih baru di sana, hanya mengikuti saja. Namun lama kelamaan sudah menjauhi Hera, Frisila di tinggal oleh rombongan Raisa.
"Kamu kenapa, enggak bergabung dengan rombongan Raisa lagi?" tanya Hera yang melihat Frisila duduk sendirian di dalam kelas.
Frisila yang tersadar bahwa Hera sudah berada di dekatnya pun menjawab, "Ah enggak kok, aku lagi enggak mau ikut mereka aja." bohongnya.
"Oo, ya udah," sahut Hera, yang lalu mengajak Frisila mengobrol agar dia tidak sendirian.
Karena keasikan mengobrol, tidak sadar lonceng masuk sudah berbunyi.
"Eh, udah bunyi aja. Aku balik ke bangku ku ya!!" ujar Hera.
"Eh, iya," balas Frisila.
Karena sering bersama, lama kelamaan mereka dekat. Dan satu lagi temannya yakni Keysa, mereka bertiga bergurau becanda bersama. Hingga kelas 12 mereka bersahabat bersama.
Frisila dan Keysa menerima Hera apa adanya bahkan bersahabat dengan Hera adalah hal terbaik bagi mereka.
Disekolah mereka setiap kelas selalu di bedakan menjadi 2 ruang kelas, yakni A dan kelas B, Karena siswa yang mendaftar terlalu banyak.
Saat kelas 11 keysa berbeda ruang kelas dengan Hera dan Frisila. Namun saat naik kelas 12, Keysa satu ruang kelas dengan Frisila yakni 12A. Tetapi tidak dengan Hera, sekarang Hera berada di ruang kelas 12B dimana Revan juga disana. Dia tidak menyangka sebelumnya, dari kelas 10 sampai kelas 11 dia tidak pernah satu ruang kelas dengan Revan."Hai sila," sapa Hera membalas lambaian Frisila dan segera mendekatinya.
"Hai Ra," sahut Frisila.
"Mana Keysa?" tanya Hera mencari-cari Keysa di dalam kelas namun tak jumpa.
"Dia di panggil guru tadi," sahut Frisila melihat Hera mondar mandir mencari Keysa didalam kelas.
"Oo, ngapain?" sahut Hera keluar kelas.
"Enggak tau, mungkin mau di suruh suruh ibu!! Hehe," ujar Frisilla tertawa.
"Hmm, oke," sahut Hera.
"Ya udah, ayo kekantin. Nanti juga nyusul tuh Keysa." Frisila menggandeng tangan Hera menuju kantin.
....
"Hello bu," sapa Frisila kepada ibu penjaga kantin.
"Hello, Frisila" sahut ibu penjaga kantin.
"Pesan mi ayam, ya bu," ujar Frisila.
"Oke," sahut ibu penjaga kantin.
"Saya biasalah bu!! baksoo," ujar Hera
"Oke Hera," sahut ibu penjaga kantin yang langsung menyiapkan makanan.
Sementara menunggu pesanan, Hera melihat lihat dimana ada meja kosong untuk dia dan Frisila akan duduk. Saat dia melihat lihat, tak sengaja dia melihat makhluk tampan duduk di kursi bersama teman temannya. Ya, dia, tentu saja adalah Revan.
Hera menatapnya, dia berpikir, apakah Revan bisa menyukainya? dan secara tiba-tiba, tidak sengaja Revan beralih pandangan ke arahnya. Hera reflex memalingkan pandangannya dari Revan. Hera mengira, Revan melihat dirinya. Ternyata tidak, ternyata Revan memandang ibu penjaga kantin karena ingin memesan lagi.
"Ah, bu. Saya mau pesan es capucinonya lagi 1 ya, bu," ujar Revan dengan suara agak keras agar terdengar oleh ibu penjaga kantin.
"Oke!! di tunggu ya Revan," sahut ibu penjaga kantin.
"Oke bu," jawab Revan.
Hera sangat malu karena sudah berpikiran seperti tadi. Dia menunduk, kenapa bisa dia memikirkan hal itu. Dia saja tidak cantik, sedangkan Revan tampan. Mana mungkin.
"Hey ra," panggil Frisila kepada Hera yang menunduk.
"Ha, iya, ada apa?" sahut Hira kaget, dan langsung mengangkat kepalanya.
"Ealah gitu doang kaget," ujar Frisila tertawa kecil.
"Hehe sorry."
"Nih pesanan lu dah jadi," Frisila memberikan semangkuk mi ayam kepada Hera.
"Oke, makasih Frisila Anjelita, makasih juga bu," ujar Hera.
"Sama sama," sahut ibu penjaga kantin
"Hmm ayo," ajak Frisila untuk duduk.
"Ayo," sahut Hera.
Merekapun mendapatkan bangku yang kosong, untuk mereka duduki. Saat mereka sedang asik makan, tiba tiba terlihat Keysa datang dengan nafas ter engah-engah.
"Hey lu pada, tega ya ninggalin gue. Gue cari cari juga, dari tadi, kemana mana. Eh rupanya disini," ujar Keysa lalu mengatur nafasnya kembali.
"Nanti aja bicaranya!! Noh pesan dulu," sahut Hera.
"Hmm, ya udah. Bu pesan 1 porsi bakso dan 1 es teh ya," lanjut Keysa memesan.
"Oke,"
Saat Keysa sudah menerima pesanan, ibu penjaga kantin meminta tolong Keysa untuk mengantarkan pesanan capucino kemejanya Revan.
"Keysa, bisa antarin ini, sekalian ke meja Revan nggak?" tanya ibu penjaga kantin meminta tolong.
"Saya bu? Hmm, oke. Sini mana pesanannya," sahut Keysa mengambil pesanan Revan lalu pergi mengantarkan pesanan capucino kemejanya.
"Hey lu ... " ucap Hera terpotong saat akan menanyai Keysa.
"Bentar Ra, gue antar ini dulu," sahut Keysa.
Hera hanya melihat Keysa mengantarkan pesanan Revan.
"Nih Van, pesanan lu." Keysa meletakkan es capucino milik Revan ke atas meja.
"Makasih," sahut Revan.
"Sama sama," Keysa langsung pergi dan duduk ditempat yang sama dengan Frisila dan Hera.
"Udah?" tanya Hera.
"Iya udah," jawab Keysa.
"Lu tadi, lari?" tanya Hera.
"Iya."
"Ngapain lari sih? Ni kantin, enggak bakal pindah juga," ujar Hera.
"Iya, emang. Lagian, gimana bisa sih, kalau kantin lari? Penasaran gue. Lucu pasti ya!!" ujar Keysa tertawa.
"Yee, lu malah bercanda."
"Hehe, gue takut bel bunyi Ra," jelas Keysa sambil memakan baksonya.
"Emangnya, lu di suruh ngapain sih? Lama bener," lanjut Frisila.
"Tadi gue, di suruh bantu nyusunin buku, sama Ibu Ros," jelas Keysa.
"Ah untung, waktu Ibu Ros lewat, gue lagi ditoilet. Kalau enggak, pasti gue di suruh juga. Hahaha," sahut Frisila terkekeh.
"Bangga lu?" tanya Keysa.
"Ya, bangga nggak bangga sih," jawab Frisilla.
"Udah udah, gw dah selesai nih. Kalian lamban banget ya ampun makannya," ujar Hera yang sudah selesai menyantap mi ayamnya.
"Ya sabar ra," sahut Keysa.
"Lagian kalian, bukannya makan! Malah nyerocos mulu. Kan, kagak selesai selesai tu makannya," ujar Hera.
.....
Trriiinggg ... Bel lonceng berbunyi mendakan jam masuk kelas.
"Wey jamkos," ujar sahril berteriak.
JAMKOS(JAM KOSONG artinya tidak ada guru yang masuk ke kelas. Mungkin saja ada rapat atau kendala lain)
"Yuhuuu," seluruh murid kelas 12B bersorak girang.
Mereka sibuk masing masing. Ada yang sibuk bermain lempar lemparan, ada yang sibuk bergosip, ada yang usil, ada yang tidur, dan ada yang sibuk mondar mandi ke toilet.
Sedangkan Hera sendiri, sibuk menulis nulis bukunya."Hey ndut, sini," ajak Monica kepada Hira untuk bergabung.
"Aku?" sahut hera menunjuk dirinya.
"Iyalah siapa lagi, emang ada yang lebih gend ... " ucapan Monica di hentikan oleh Bara.
"Eh, mulut lu!! di jaga," sahut Bara, Bara adalah wakil ketua kelas 12B yang tak kalah tampan dari Revan. Dia tadinya akan duduk kembali di tempatnya, namun tidak sengaja dia mendengarkan Monica akan membody shaming Hera.
"Hmm, kok lu belain dia? Tapi kan, gue cuma mau ajak dia ngumpul, sama gue. Kasian noh sendiri mulu," ujar Monica.
"Iya, gue tau, niat lu baik mau ajak kumpul. Tapi jangan body shaming juga, tau enggak lu!!!" sahut Bara mengingatkan Monica.
"Syutt, udah Bara. Biarin," sahut Hera.
"Yang begitu, enggak bisa, di biarin Ra!! Entar kebiasaan," sahut Bara.
"Iya iya, ya udah tenang." ujar Hera
Tiba tiba Revan datang, dari luar kelas dan melihat keributan apa yang terjadi.
"Ada apa nih?" tanya Revan
Hera yang melihat Revan datang, hanya terdiam memandangi Revan.
"Ada apa, Ra?" tanya Revan lagi, kepada Hera yang memandanginya.
Hera yang tersadar, di tanyai Revan pun menjawab gugup, "Hah?"
"Astaga, orang nanya juga. Malah di bales, hah," ujar Revan membalas jawaban Hera.
"Hehe sorry." sahut Hera yang tadinya menghadap belakang, langsung berbalik ke depan.
"Gue kenapa sih," batin Hera, dan memukul dahinya.
Revan lanjut menanyai, Bara.
"Ada apa Bara?" tanya Revan.
"Enggak ada, ayo duduk," sahut Bara mengajak Revan duduk.
Monica hanya terdiam, setelah kedatangan Revan tadi.
"Hmm, oke," jawab Revan bingung, dengan apa yang terjadi.
Tiba tiba ada guru dari sebelah datang gara gara keributan kelas mereka.
"Ehemm," sahut guru dari pintu kelas.
"Woy guru," ujar sahril.
"Ha? ha, apa? Apa?" tanya Dela yang tadinya asik tertidur.
"Guru!! astaga. Makanya, jangan tidur mulu," ujar Rana menggeleng kepala.
Seketika semuanya berhamburan lari menuju bangku masing masing.
"Ribut banget! Sampai kedengaran di sebelah loh," sahut Pak Herman guru olahraga.
Semuanya hanya diam. Ada yang menunduk, ada juga yang hanya menatap papan tulis.
"Boleh ribut, asal jangan berisik. dengar!!" lanjut pak Herman.
"Astaga, gimana tuh?" guman Rozi.
"Bisa diam nggak lu!! Mau lu, di jemur di lapangan sama Pak herman?" sahut pelan Rendi menutup mulut Rozi. Karena dia tau, pak herman seperti apa. Bicaranya memang pelan, tetapi, sekali menghukum nggak tanggung tanggung.
"Iya iya, sorry."
"Ssst, diam." Rendi menutup mulut Rendi.
..... "Kenapa diam?" sahut Pak Herman "Lah, kan, bapak tadi yang nyuruh diam!! " ujar Rozi. Rendi reflex langsung menekap mulut Rozi. Pak Herman yang melihatnya, langsung berkata, "Oo iya, bapak lupa. Makasih ya Rozi." "Mm lepasin, noh Bapak aja, terima kasih dengan gue. Yakan pak," ujar Rozi melepaskan tangan Rendi. "Rozi!!" sahut Pak Herman agak meninggikan nada suaranya. "Iya pak? Oo iya, saya lupa. Sama sama pak," ucap Rozi yang tak mengerti kode dari Pak Herman. "Rozi, push up 20 kali. Kalau sudah, kamu keluar. Hormat tiang bendera, sampai jam pulang. Mengerti!!" ujar Pak Herman yang marah. "Eh, kok gitu sih," sahut Rozi "Gitu gimana? Cepat lakukan," ujar Pak Herman menunjuk Rozi. "Iya pak." Rozi maju kedepan kelas untuk makukan hukuman. .....
"Hmm ada, mau ngapain?" sahut Frisila."Enggak ada sih.""Astaga!!" sahut Keysa sebal."Hehe, gue cuma mau ajak kalian, main kerumah gue aja. Emang enggak mau?" ujar Hera."Hmm, kalau begitu aja sih. Mau, udah lama ni, enggak main rumah lu lagi!!" sahut Frisila."Lu gimana Keysa?" tanya Hera."Gue ikut aja," sahut Keysa......Frisila dan Keysa tiba di depan rumah Hera. Tapi sebelum masuk Frisila menelpon Hera terlabih dahulu untuk memastikan dia ada di rumah atau tidak."Hallo Hera, lu di mana? Kita udah di depan rumah lu nih.""Oo udah nyampe? Bentar ya gue turun dulu."Hera keluar dari rumahnya dan membukakan pagar rumahnya. Dia melihat teman temannya sudah berada di depan rumah."Ayo m
Triiing bel tanda masuk berbunyi."Ayo ke kelas, udah masuk nih," ajak Bara."Bara, tunggu," sahut Hera memanggil, yang membuat Bara berbalik."Ada apa lagi? Udah masuk tuh, entar telat. Kalau telat otomatis enggak ikut ujian dong kita!! nah, kalau enggak ikut, kita berdua enggak bisa dapat juara dong. Gimana? Mau?" ujar Bara."Makasih ya.""Buat?""Ayo masuk entar telat, kalau telat, otomatis enggak ikut ujian dong kita!!nah, kalau enggak ikut, kita berdua enggak bisa dapat juara dong. Gimana? Mau?" ujar Hera yang mengulangi perkataan Bara tadi."Ealah, malah ngulangin," sahut Bara menepuk kepala Hera."Hehe, ayo."Mereka pun masuk ke kelas mereka, dan saatnya ujian di mulai."Oke anak anak, silahkan mulai isi jawaban kalian," ujar ibu guru."Hera semangat," ujar Bara me
"Saya hanya merasa tidak pantas. Sekian makasih sudah memilih saya." Hera pun keluar dari grup tersebut.Tidak lama kemudian ada notif pesan masuk, Hera kira dari Frisila namun ternyata itu adalah Bara."Hera.""Iya, ada apa.""Gue Bara, gue dapat nomor lo, dari grup.""Owh oke.""Iya. Btw, kok lu keluar dari grup? Emangnya kenapa? Lu beneran enggak mau ikut?""I
.....Pagi tiba, Hera yang bersemangat untuk pulang, sudah turun dari ranjang rumah sakit."Ayo bu, pulang," ujar Hera, turun dari ranjang rumah sakit."Hmm, udah merasa sehat?" sahut ibunya, memandangi Hera."Iya, Bu, nih sehat!!" sahut Hera sambil meregangkan tubuhnya."Hmm, ya udah.""Ayah mana?""Ada urusan, di kantor. Jadi, pagi pagi, udah pergi deh!!""Hmm, oke."Mereka pun pulang kerumah mereka......"Hahhh, assalmu'alaikum rumah," ujar Hera yang rindu akan rumahnya, seakan akan ia sudah berada di rumah sakit lama sekali. Padahal cuma 1 hari 1 malam ia di rawat inap di sana."Ayo, masuk!!" sahut ibunya.Mereka pun masuk kerumahnya, dan Hera langsung menuju kamarnya."Hallo kamar!! Apa kabar? Baik pastinya. Rindu aku enggak? Heheh g
....."Hera, gue udah di depan rumah lo nih," ujar Frisila yang masih berada di atas motornya menelpon Hera, agar Hera segera keluar."Oke!!"Hera pun membukakan pintu pagar rumahnya, agar Frisila masuk."Ayo masuk!! Btw, Keysa mana? Tumben enggak ikut!!""Masih capek katanya.""Owh oke, ayo masuk."Mereka pun duduk di kursi ruang tamu Hera."Btw, Ibu lu, mana Ra!!""Ke kantor, ayah gue juga. Sekarnag gue sendiri, serly di rumah nenek, dia betah banget di sana.""Hmm, ya udah sih!!""Di rumah mulu!! Ayo ke kafe, gue yang teraktir deh," ujar Frisila mengajak Hera, agar tidak di rumah terus."Hmm, gue hari ini, lagi enggak mood buat dengar hinaan orang, Frisila.""Mana ada yang mau hina, cewek secantik lo!!"
"Hera!!" ucap Frisila dari kejauhan yang melihat Hera terduduk dan berhadapan dengan gengnya Raisa. Frisila bergegas berlari menuju Hera, untuk membantunya."Eh, elu enggak apa apa kan?""Iya, Sila gue enggak apa kok!" sahut Hera lalu berdiri di bantu oleh Frisila."Lu di apain sama mereka? Jujur Ra!!""Enggak ada! Udah, ayo ke kelas!!""Lu pada kenapa sih ha? Jahat banget sama Hera!! Hera punya salah apa sama kalian? Enggak ada kan," ujar Frisila menatap Raisa dan rombongonnya.Seketika murid ramai ramai menghampiri mereka, untuk melihat kejadian apa yang terjadi."Lu tanya dia punya salah apa? Hah, banyak banget salah dia," sahut Raisa membalas tatapan Frisila."Hey, ada apa ini!! Bubar kalian, entar di lihatin guru gimana? Ujar Bara mencoba membubarkan mereka."Iya, kalian bubar!! Ada apa sih, ini masalah mereka kalian
"Assalamualaikum," salam Hera saat dia sudah sampai dirumahnya."Wa'alaikum salam," jawab Ibunya."Ayah masih di kantor Bu?""Iya, entar sore pulang kok!""Ibu sendiri?""Ibu, ambil cuti dulu!!""Owh oke," sahut Hera yang tersenyum berusaha menutupi rasa sedih setelah kejadian di sekolah tadi, agar ibunya tidak tahu."Iya, cepat ganti baju, terus makan. Ibu sudah siapin makanan kesukaanmu tuh, di meja makan," ujar ibunya."Iya bu, aku ke kamar dulu ya.""Iya," angguk ibunya.Herapun pergi kekamarnya untuk beristirahat sejenak dan mengganti seragam sekolahnya.Tok tok tok, terdengar suara seseorang mengetuk pintu kamar Hera."Ibu ya? Bentar lagi Bu, aku istirahat bentar.""Hmm, ya udah. Ibu boleh masuk nggak?""Boleh dong bu!! Masuk aja, enggak ke kunci kok.""Oke ibu masuk ya," sahut ibunya dari luar kamar dan langsung membuka pintu kamar Hera.