.....
"Hera, gue udah di depan rumah lo nih," ujar Frisila yang masih berada di atas motornya menelpon Hera, agar Hera segera keluar.
Hera pun membukakan pintu pagar rumahnya, agar Frisila masuk.
"Ayo masuk!! Btw, Keysa mana? Tumben enggak ikut!!"
"Masih capek katanya."
"Owh oke, ayo masuk."
Mereka pun duduk di kursi ruang tamu Hera.
"Btw, Ibu lu, mana Ra!!"
"Ke kantor, ayah gue juga. Sekarnag gue sendiri, serly di rumah nenek, dia betah banget di sana."
"Hmm, ya udah sih!!"
"Di rumah mulu!! Ayo ke kafe, gue yang teraktir deh," ujar Frisila mengajak Hera, agar tidak di rumah terus.
"Hmm, gue hari ini, lagi enggak mood buat dengar hinaan orang, Frisila."
"Mana ada yang mau hina, cewek secantik lo!!"
"Apa sih, Frisila. Enggak lucu, tau nggak!!"
"Sorry!! Tapi kan emang bener. Coba aja lu glow up!! Gue jamin semua orang bakal pangling lihat lo," sahut Frisila sambil memandangi seluruh tubuh Hera.
"Enggak mungkin!!"
"Iya, emang enggak mungkin."
"Hmm."
"Hehe, maksud gue. Enggak mungkin, kalau enggak mencoba dahulu!!"
"Hmm, nanti aja. Ada masanya, haha," sahut Hera.
"Serah lu deh, Ayo, ke kafe!! Ayo lah!!" ajak Frisila.
"Ya udah, bentar!! Gue ambil tas dulu," sahut Hera yang lalu masuk kedalam kamarnya untuk mengambil tasnya.
"Nah, gitu dong!!" sahut Frisila yang duduk di kursi ruang tamu lalu memainkan hpnya.
Tidak lama kemudian Hera datang dari belakang, Hera melihat Frisila sedang chetan dengan seseorang, tapi Hera tak tau siapa. Yang ada di dalam pikiran Hera, itu adalah Revan, Revan dan Revan.
"Eh, cepat banget!!" ujar Frisila yang kaget melihat Hera sudah berada dibelakangnya dan dia langsung mematikan hpnya.
"Chetan dengan siapa? Asik banget!!" sahut Hera untuk memastikan. Namun Frisila tidak mau memberi tahunya.
"Ada, deh."
"Hmm, bebeb ya?"
Pertanyaan Hera lantas membuat Frisila menjawab dengan terbata bata, "eng, enggak kok."
"Haha, kamu kenapa? Santai aja, kalau punya. Enggak apa apa kok,"
"Enggak usah, bahas itu. Ayo ke kafe!!"
"Hmm, ayo!!"
"Ayo naik!!" ujar Frisila.
"Hmm," sahut Hera yang ragu.
"Mikirin apa?"
"Enggak usah deh, entar meledak, haha."
"Dasar lu ya, lu bukan gajah, yang membuat ban gue meledak!!"
"Hehe, waspada lebih bagus, kan ya."
"Hmm, ayo buruan."
"Ya udah," ujar Hera yang lalu menaiki motor milik Frisila.
......
"Sampai juga!! Akhirnya," ujar Hera.
"Ayo, Ra, masuk," ajak Frisila menggandeng tangan Hera.
"Ayo," sahut Hera.
Mereka masuk ke dalam kafe tersebut dan langsung duduk.
"Lo mau pesan apa Ra?"
"Hmm, ini aja nih," ujar Hera menunjukkan menu yang akan dia pesan.
"Hmm, oke. Mbak pesan 2 es capucinonya dan dessertnya 2!!" ujar Frisila.
"Baik Mbak, di tunggu ya."
"Oke."
Sambil menunggu, Hera terus melihat Frisila yang lagi asik chetan.
Tanpa basa basi Hera langsung menanyakan tujuannya, "Frisila!! Lu jadian, ya, dengan Revan?"
Belum sempat di jawab, tiba tiba pelayang kafe datang membawakan pesanan mereka, "Ini Mbak, pesanannya," ujarnya.
"Makasih," sahut Frisila mengambil makanannya.
"Jawab Frisila gue nanya!!" ujar Hera.
"Nanya apa?" sahut Frisila mengangkat kepala, yang tadinya tidak fokus karena sibuk memandangi hpnya.
"Hmm, lo jadian ya, dengan Revan!!"
Mendengar hal itu, Frisila langsung berhenti. Yang tadinya sedang mengetik pesan, sekarang terdiam.
"Lu tau dari mana?" tanya Frisila kaget.
"Hmm, berarti iya, ya? Hmm, ya udah sih. Haha," ujar Hera tertawa, padahal hatinya sangat terluka.
"Lu, tau dari mana? Jawab gue Ra."
"Ada, seseorang, enggak perlu tau, enggak penting juga."
"Maaf ya Ra," ujar Frisila.merunduk.
Hera hampir saja tersedak oleh minumannya, dan hanya ter bstuk. Karena mendengar perkataan Frisila, "kenapa dia minta maaf? Apa dia udah tau, kalau gue suka sama Revan!" batin Hera.
"Hera, minum itu, pelan pelan," sahut Frisila, yang langsung mengeluarkan tisu dari tasnya, untuk di berikannya ke Hera.
"Hehe, sorry. Lo minta maaf buat apa?" ujar Hera yang ingin tau, sambil mengelap bibirnya.
"Gue minta maaf, kalau lu, harus tau dari orang, bukan dari gue langsung," ujar Frisila menggenggam tangan Hera.
"Lebih baik dari orang, dari pada lu yang duluan bagi tau gue, kalau lu yang bagi tau gue duluan. Mungkin gue bakal marah langsung dengan lu, ya walaupun gue bukan siapa siapanya. Tapi gue suka dengan dia dari lama!!" batin Hera memandangi Frisila.
"Haha, santai aja," ujar Hera menggengnggam erat genggaman Frisila tadi.
"Makasih, ya, Ra."
"Enggak usah, terima kasih. Noh, makan, kalau enggak mau, bagi gue aja. Enak tuh!!" sahut Hera tersenyum.
"Hehe, ambil aja kalau lu mau!!" ujar Frisila menyodorkan dessertnya.
"Haha, gue bercanda!! Makan sana," sahut Hera meletakkan kembali pesanan Frisila.
"Enggak apa, ambil aja!! Kalau enggak pesan lagi aja."
"Eh, enggak usah Frisila."
"Udah diam!! Mbak dessert boxnya 2, bungkus ya," ujar Frisila memesan lagi untuk Hera bawa pulang.
"Makasih, Frisila."
"Iya sama sama," sahut Frisila tersenyum.
.....
Mereka pun pulang. Frisila mengantar Hera pulang terlebih dahulu.
"Bye Frisila, hati hati di jalan ya!!" ujar Hera yang sudah tiba di rumahnya dan melambaikan tangan kepada Frisila yang akan pulang.
"Iya, bye!!" sahut Frisila lalu pergi meninggalkan Hera.
Hera memasuki rumahnya.
"Assalmu'alaikum," salam Hera.
"Wa'alaikum salam," jawab ibunya.
"Udah pulang bu!!"
"Udah, baru aja nyampe!! Kamu dari mana malam baru pulang?
"Oo, aku tadi sore, jalan bareng Frisila ke kafe. Owh iya, Ini dessert di beliin Frisila tadi!!" ujar Hera, lalu menyodorkan 2 box dessert kepada ibunya.
"Owh, rejeki. Btw Ibu mau 1 ya!!"
"Ambil aja, kalau ayah mau nanti, kasih aja!!"
"Oke."
...
"Selamat pagi Hera," ujar Bara yang sedang bersama Revan.
"Pagi!! Gue ke kelas dulu ya," sahut Frisila yang tak mau berhadapan dengan Revan.
"Lah kenapa? Cepat amat!!" sahut Bara.
"Gue mau piket," bohong Hera.
"Owh, ya udah," sahut Bara, lalu membiarkan Hera pergi.
"Eh, bukanya dia piket haru kamis? Iya kan Van?"
"Lah iya," sahut Revan.
"Ini kan masih selasa!! Rajin banget tu anak, astaga haha."
"Biarin dah."
.....
"Hm, ada yang caper sama ketua kelas dan wakil ketua kelas nih!! Iya enggak sih girl's," ujar Raisa melipat kedua tangannya.
"Maksudnya?" sahut Hera.
"Aduh, pake tanya maksud segala lagi. Songong banget lu!!"
"Kok songong sih?"
"Lah, kok nyolot," sahut Raisa, lalu mendorong Hera hingga jatuh ke belakang.
"Aduh, gajah jatuh? Nih!!" sahut Adik kelas X Hera. Bukanya membantu, mereka hanya sibuk menertawai Hera yang terjatuh!!.
Raisa yang melihat hal itu, lantas tertawa dengan teman temannta.
Hera hanya terdiam, dia ingin menangis, namun di tahannya. Agar tidak kelihatan.
"Hera!!" ucap Frisila dari kejauhan yang melihat Hera terduduk dan berhadapan dengan gengnya Raisa. Frisila bergegas berlari menuju Hera, untuk membantunya."Eh, elu enggak apa apa kan?""Iya, Sila gue enggak apa kok!" sahut Hera lalu berdiri di bantu oleh Frisila."Lu di apain sama mereka? Jujur Ra!!""Enggak ada! Udah, ayo ke kelas!!""Lu pada kenapa sih ha? Jahat banget sama Hera!! Hera punya salah apa sama kalian? Enggak ada kan," ujar Frisila menatap Raisa dan rombongonnya.Seketika murid ramai ramai menghampiri mereka, untuk melihat kejadian apa yang terjadi."Lu tanya dia punya salah apa? Hah, banyak banget salah dia," sahut Raisa membalas tatapan Frisila."Hey, ada apa ini!! Bubar kalian, entar di lihatin guru gimana? Ujar Bara mencoba membubarkan mereka."Iya, kalian bubar!! Ada apa sih, ini masalah mereka kalian
"Assalamualaikum," salam Hera saat dia sudah sampai dirumahnya."Wa'alaikum salam," jawab Ibunya."Ayah masih di kantor Bu?""Iya, entar sore pulang kok!""Ibu sendiri?""Ibu, ambil cuti dulu!!""Owh oke," sahut Hera yang tersenyum berusaha menutupi rasa sedih setelah kejadian di sekolah tadi, agar ibunya tidak tahu."Iya, cepat ganti baju, terus makan. Ibu sudah siapin makanan kesukaanmu tuh, di meja makan," ujar ibunya."Iya bu, aku ke kamar dulu ya.""Iya," angguk ibunya.Herapun pergi kekamarnya untuk beristirahat sejenak dan mengganti seragam sekolahnya.Tok tok tok, terdengar suara seseorang mengetuk pintu kamar Hera."Ibu ya? Bentar lagi Bu, aku istirahat bentar.""Hmm, ya udah. Ibu boleh masuk nggak?""Boleh dong bu!! Masuk aja, enggak ke kunci kok.""Oke ibu masuk ya," sahut ibunya dari luar kamar dan langsung membuka pintu kamar Hera.
"Hera, ayo naik. Nih helmnya," ujar Bara yang memberikan sebuah helm cadangan yang di bawanya."Beneran nih?""Iya, buruan ayok."Hera pun naik ke motor Bara namun agak susah karena motor Bara yang agak tinggi, dan karena badanya yang berat."Bisa?""Iya, bisa! Oke udah nih," sahut Hera yang sudah berhasil duduk di motor Bara."Oke!"......"Makasih, Bara," ucap Hera saat mereka sudah tiba di rumahnya."Iya, ra. Sama sama," balas Bara."Nih, helmnya.""Okeh. Lihat, enggak meledakkan? Apa kata gue, sotoy aja lu," ujar Bara yang mengambil helmnya dan memarahi Hera."Kan, cuma opini. Apa salahnya sih, Berhati-hatikan perlu.""Iya, iya Hera.""Hmm, mau masuk dulu enggak? Ayo masuk dulu, singgah rumah gue.""Enggak dulu deh, ra
.....Hera menuruni tangga dengan pelan, agar ibunya yang sedang duduk di kursi sofa tidak mendengarnya. Jadi dia bisa langsung keluar, untuk melihat apakah Bara sudah berada di depan atau belum. Karena jika sudah, Hera dapat mengabari Bara, untuk jauh dari perumahannya dulu.Sebelumnya, Hera sudah berusaha mengechet dan menelpon Bara terlabih, untuk menayakan dimana posisi Bara sekarang. Namun, Bara tidak membalas atau pun mengangkat telpon dari Hera.Tringgg.. Hp Hera berdering."Aduh, ngapain bunyi sih?!"Mendengar ada suara, ibunya langsung beralih pandangan ke arah kebelakang, "eh, Hera," ujar ibunya."I.. iya.. Bu," sahut Hera terbata bata."Udah mau pergi?""Iya, Bu.""Oo, ya udah hati hati.""Iya, Bu...""Iya, iya. Cepatan tuh, dia udah nungguin dari tadi loh. Lama banget geraknya," ucap ibunya yang tersenyum tipis kepada Hera."Ha?" Hera membelalak kaget. "S
Bara beralih tempat duduk ke samping Hera, "udah diam, gue juga bercanda," ucapnya."Tapi, lu enggak marah lagi kan?""Marah sih!""Tuh kan.""Haha, enggak kok." Bara mengelus elus rambut Hera.Merasakan rambutnya baru saja di sentuh Bara, Hera seketika berhenti menangis dan agak menjauh dari Bara.Melihat hal itu Bara menatap heran Hera, "ada apa?" tanyanya."Enggak ada," jawab Hera menggelengkan kepalanya."Terus, kenapa kesana?""Lu enggak malu, dekat dekat perempuan gedut dan jelek seperti gue, di depan orang ramai seperti ini?" tanya Hera."Buat apa malu, lu kan sahabat gue.""Iya, tapi kan!""Hm, ya udah. Mungkin lu aja yang malu punya sahabat kayak gue." ujar Bara lalu berpindah tempat lagi ke tempat duduknya awal."Enggak kok!!" jawab Hera sambil melihat Bara yang berpindah tempat."Hmm, jadi?""Mana mungkin gue malu punya s
Setelah selesai membersihkan diri, Hera segera berbaring di kasurnya. Untuk mengistirahatkan dirinya. Hera memejamkan matanya sebentar. Tiba-tiba pintu kamarnya di ketuk."Hera, ayo keluar sebentar," ajak ibunya yang berada di luar kamar."Iya, bentar Bu!""Oke, Ibu tunggu di ruang keluarga ya.""Oke!" sahut Hera.Hera segera bergegas keluar kamar, menuju ruang keluarganya.Saat tiba, Hera sudah melihat Ayah dan ibunya terduduk di kursi, "ada apa?" tanyanya sambil duduk di kursinya."Hera! Kita akan pindah ke Malaysia," ujar Ayahnya."Hah? Kenapa?" tanya Hera kaget dengan perkataan ayahnya itu."Ayah dan Ibu ada urusan kerja di sana, selama 3 tahun. Ini penting untuk kelancaran perusahaan Ayah," jawab ayahnya."Jadi, sekolah, ku?""Ayah, ka
Di Sekolah baru, Hera melewati hari harinya dengan senyum. Sebenarnya di sana, dia pun mendapat sedikit body shaming dari beberapa siswi di sekolahnya. Namun, dia tak menganggap itu penting dan hanya melewatinya saja.Sekarang, mereka sudah memiliki tempat tinggal baru. Ayah dan ibunya sibuk dengan urusan mereka. Begitu juga Hera sibuk dengan urusannya sendiri dan menjaga Serly ketika ibunya masih sibuk bekerja. Walau begitu, mereka selalu tak lupa untuk bekumpul bersama.Setiap harinya, di waktu kosong, Hera selalu menyempatkan dirinya untuk terus berolahraga dan mempercantik dirinya dengan mencoba berbagai perawatan di sana........2 tahun kemudian.Kini penampilan Hera sudah berubah hampir 99% dari Hera yang dahulu. Sekarang dia sudah memiliki tubuh yang langsing hasil olahraganya selama ini dan memiliki kulit yang cerah, muka yang mulus karena hasil perawatan yang di jalaninya dan karena rutin memakai skincare yang sama dengan yang
Hera masuk kedalam sekolahnya dan melihat keadaan sekolah lamanya itu.Dia berkeliling dan mengingat masa-masanya saat bersekolah di sana. Saat dia tertawa bersama sahabatnya dan tiba-tiba dia juga teringat saat di mana dia di bully oleh rombongan Raisa. Sudah selesai dengan disana, Hera berpindah turun kelapangan. ketika dia memandang lapangan itu, Hera teringat akan saat dimana dia latihan bersama dengan Bara waktu itu. Secara tiba-tiba saja Hera meneteskan air matanya lalu tersenyum bahagia atas pencapaiannya karena sudah berhasil diet dan merubah dirinya seperti dia dan Bara ingin kan kemarin, agar Raisa dan teman-temannya tidak menghinanya lagi.......Akhirnya Hera selesai mengunjungi sekolahnya dan segera menutup pagar sekolahnya. Setelah itu, dia bergegas menghampiri Pak satpam sekolah untuk mengantarkan kunci."Hallo Pak!" sapa Hera kepada Pak satpam yang sedang terduduk sambil menikmati secangkir kopi hangat."Hallo, Neng,