Share

Bab 7

.....

"Hera, gue udah di depan rumah lo nih," ujar Frisila yang masih berada di atas motornya menelpon Hera, agar Hera segera keluar.

"Oke!!"

Hera pun membukakan pintu pagar rumahnya, agar Frisila masuk.

"Ayo masuk!! Btw, Keysa mana? Tumben enggak ikut!!"

"Masih capek katanya."

"Owh oke, ayo masuk."

Mereka pun duduk di kursi ruang tamu Hera.

"Btw, Ibu lu, mana Ra!!"

"Ke kantor, ayah gue juga. Sekarnag gue sendiri, serly di rumah nenek, dia betah banget di sana."

"Hmm, ya udah sih!!"

"Di rumah mulu!! Ayo ke kafe, gue yang teraktir deh," ujar Frisila mengajak Hera, agar tidak di rumah terus.

"Hmm, gue hari ini, lagi enggak mood buat dengar hinaan orang, Frisila."

"Mana ada yang mau hina, cewek secantik lo!!"

"Apa sih, Frisila. Enggak lucu, tau nggak!!"

"Sorry!! Tapi kan emang bener. Coba aja lu glow up!! Gue jamin semua orang bakal pangling lihat lo," sahut Frisila sambil memandangi seluruh tubuh Hera.

"Enggak mungkin!!"

"Iya, emang enggak mungkin."

"Hmm."

"Hehe, maksud gue. Enggak mungkin, kalau enggak mencoba dahulu!!"

"Hmm, nanti aja. Ada masanya, haha," sahut Hera.

"Serah lu deh, Ayo, ke kafe!! Ayo lah!!" ajak Frisila.

"Ya udah, bentar!! Gue ambil tas dulu," sahut Hera yang lalu masuk kedalam kamarnya untuk mengambil tasnya.

"Nah, gitu dong!!" sahut Frisila yang duduk di kursi ruang tamu lalu memainkan hpnya.

Tidak lama kemudian Hera datang dari belakang, Hera melihat Frisila sedang chetan dengan seseorang, tapi Hera tak tau siapa. Yang ada di dalam pikiran Hera, itu adalah Revan, Revan dan Revan.

"Eh, cepat banget!!" ujar Frisila yang kaget melihat Hera sudah berada  dibelakangnya dan dia langsung mematikan hpnya.

"Chetan dengan siapa? Asik banget!!" sahut Hera untuk memastikan. Namun Frisila tidak mau memberi tahunya.

"Ada, deh."

"Hmm, bebeb ya?"

Pertanyaan Hera lantas membuat Frisila menjawab dengan terbata bata, "eng, enggak kok."

"Haha, kamu kenapa? Santai aja, kalau punya. Enggak apa apa kok,"

"Enggak usah, bahas itu. Ayo ke kafe!!"

"Hmm, ayo!!"

"Ayo naik!!" ujar Frisila.

"Hmm," sahut Hera yang ragu.

"Mikirin apa?"

"Enggak usah deh, entar meledak, haha."

"Dasar lu ya, lu bukan gajah, yang membuat ban gue meledak!!"

"Hehe, waspada lebih bagus, kan ya."

"Hmm, ayo buruan."

"Ya udah," ujar Hera yang lalu menaiki motor milik Frisila.

......

"Sampai juga!! Akhirnya," ujar Hera.

"Ayo, Ra, masuk," ajak Frisila menggandeng tangan Hera.

"Ayo," sahut Hera.

Mereka masuk ke dalam kafe tersebut dan langsung duduk.

"Lo mau pesan apa Ra?"

"Hmm, ini aja nih," ujar Hera menunjukkan menu yang akan dia pesan.

"Hmm, oke. Mbak pesan 2 es capucinonya dan dessertnya 2!!" ujar Frisila.

"Baik Mbak, di tunggu ya."

"Oke."

Sambil menunggu, Hera terus melihat Frisila yang lagi asik chetan.

Tanpa basa basi Hera langsung menanyakan tujuannya, "Frisila!! Lu jadian, ya, dengan Revan?"

Belum sempat di jawab, tiba tiba pelayang kafe datang membawakan pesanan mereka, "Ini Mbak, pesanannya," ujarnya.

"Makasih," sahut Frisila mengambil makanannya.

"Jawab Frisila gue nanya!!" ujar Hera.

"Nanya apa?" sahut Frisila mengangkat kepala, yang tadinya tidak fokus karena sibuk memandangi hpnya.

"Hmm, lo jadian ya, dengan Revan!!"

Mendengar hal itu, Frisila langsung berhenti. Yang tadinya sedang mengetik pesan, sekarang terdiam.

"Lu tau dari mana?" tanya Frisila kaget.

"Hmm, berarti iya, ya?  Hmm, ya udah sih. Haha," ujar Hera tertawa, padahal hatinya sangat terluka.

"Lu, tau dari mana? Jawab gue Ra."

"Ada, seseorang, enggak perlu tau, enggak penting juga."

"Maaf ya Ra," ujar Frisila.merunduk.

Hera hampir saja tersedak oleh minumannya, dan hanya ter bstuk. Karena mendengar perkataan Frisila, "kenapa dia minta maaf? Apa dia udah tau, kalau gue suka sama Revan!" batin Hera.

"Hera, minum itu, pelan pelan," sahut Frisila, yang langsung mengeluarkan tisu dari tasnya, untuk di berikannya ke Hera.

"Hehe, sorry. Lo minta maaf buat apa?" ujar Hera yang ingin tau, sambil mengelap bibirnya.

"Gue minta maaf, kalau lu, harus tau dari orang, bukan dari gue langsung," ujar Frisila menggenggam tangan Hera.

"Lebih baik dari orang, dari pada lu yang duluan bagi tau gue, kalau lu yang bagi tau gue duluan. Mungkin gue bakal marah langsung dengan lu, ya walaupun gue bukan siapa siapanya. Tapi gue suka dengan dia dari lama!!" batin Hera memandangi Frisila.

"Haha, santai aja," ujar Hera menggengnggam erat genggaman Frisila tadi.

"Makasih, ya, Ra."

"Enggak usah, terima kasih. Noh, makan, kalau enggak mau, bagi gue aja. Enak tuh!!" sahut Hera tersenyum.

"Hehe, ambil aja kalau lu mau!!" ujar Frisila menyodorkan dessertnya.

"Haha, gue bercanda!! Makan sana," sahut Hera meletakkan kembali pesanan Frisila.

"Enggak apa, ambil aja!! Kalau enggak pesan lagi aja."

"Eh, enggak usah Frisila."

"Udah diam!! Mbak dessert boxnya 2, bungkus ya," ujar Frisila memesan lagi untuk Hera bawa pulang.

"Makasih, Frisila."

"Iya sama sama," sahut Frisila tersenyum.

.....

Mereka pun pulang. Frisila mengantar Hera pulang terlebih dahulu.

"Bye Frisila, hati hati di jalan ya!!" ujar Hera yang sudah tiba di rumahnya dan melambaikan tangan kepada Frisila yang akan pulang.

"Iya, bye!!" sahut Frisila lalu pergi meninggalkan Hera.

Hera memasuki rumahnya.

"Assalmu'alaikum," salam Hera.

"Wa'alaikum salam," jawab ibunya.

"Udah pulang bu!!"

"Udah, baru aja nyampe!! Kamu dari mana malam baru pulang?

"Oo, aku tadi sore, jalan bareng Frisila ke kafe. Owh iya, Ini dessert di beliin Frisila tadi!!" ujar Hera, lalu menyodorkan 2 box dessert kepada ibunya.

"Owh, rejeki. Btw Ibu mau 1 ya!!"

"Ambil aja, kalau ayah mau nanti, kasih aja!!"

"Oke."

...

"Selamat pagi Hera," ujar Bara yang sedang bersama Revan.

"Pagi!! Gue ke kelas dulu ya," sahut Frisila yang tak mau berhadapan dengan Revan.

"Lah kenapa? Cepat amat!!" sahut Bara.

"Gue mau piket," bohong Hera.

"Owh, ya udah," sahut Bara, lalu membiarkan Hera pergi.

"Eh, bukanya dia piket haru kamis? Iya kan Van?"

"Lah iya," sahut Revan.

"Ini kan masih selasa!! Rajin banget tu anak, astaga haha."

"Biarin dah."

.....

"Hm, ada yang caper sama ketua kelas dan wakil ketua kelas nih!! Iya enggak sih girl's," ujar Raisa melipat kedua tangannya.

"Maksudnya?" sahut Hera.

"Aduh, pake tanya maksud segala lagi. Songong banget lu!!"

"Kok songong sih?"

"Lah, kok nyolot," sahut Raisa, lalu mendorong Hera hingga jatuh ke belakang.

"Aduh, gajah jatuh? Nih!!" sahut Adik kelas X Hera. Bukanya membantu, mereka hanya sibuk menertawai Hera yang terjatuh!!.

Raisa yang melihat hal itu, lantas tertawa dengan teman temannta.

Hera hanya terdiam, dia ingin menangis, namun di tahannya. Agar tidak kelihatan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status