.....
Hera menuruni tangga dengan pelan, agar ibunya yang sedang duduk di kursi sofa tidak mendengarnya. Jadi dia bisa langsung keluar, untuk melihat apakah Bara sudah berada di depan atau belum. Karena jika sudah, Hera dapat mengabari Bara, untuk jauh dari perumahannya dulu.
Sebelumnya, Hera sudah berusaha mengechet dan menelpon Bara terlabih, untuk menayakan dimana posisi Bara sekarang. Namun, Bara tidak membalas atau pun mengangkat telpon dari Hera.
Tringgg.. Hp Hera berdering.
"Aduh, ngapain bunyi sih?!"Mendengar ada suara, ibunya langsung beralih pandangan ke arah kebelakang, "eh, Hera," ujar ibunya.
"I.. iya.. Bu," sahut Hera terbata bata.
"Udah mau pergi?"
"Iya, Bu."
"Oo, ya udah hati hati."
"Iya, Bu..."
"Iya, iya. Cepatan tuh, dia udah nungguin dari tadi loh. Lama banget geraknya," ucap ibunya yang tersenyum tipis kepada Hera.
"Ha?" Hera membelalak kaget. "S
Bara beralih tempat duduk ke samping Hera, "udah diam, gue juga bercanda," ucapnya."Tapi, lu enggak marah lagi kan?""Marah sih!""Tuh kan.""Haha, enggak kok." Bara mengelus elus rambut Hera.Merasakan rambutnya baru saja di sentuh Bara, Hera seketika berhenti menangis dan agak menjauh dari Bara.Melihat hal itu Bara menatap heran Hera, "ada apa?" tanyanya."Enggak ada," jawab Hera menggelengkan kepalanya."Terus, kenapa kesana?""Lu enggak malu, dekat dekat perempuan gedut dan jelek seperti gue, di depan orang ramai seperti ini?" tanya Hera."Buat apa malu, lu kan sahabat gue.""Iya, tapi kan!""Hm, ya udah. Mungkin lu aja yang malu punya sahabat kayak gue." ujar Bara lalu berpindah tempat lagi ke tempat duduknya awal."Enggak kok!!" jawab Hera sambil melihat Bara yang berpindah tempat."Hmm, jadi?""Mana mungkin gue malu punya s
Setelah selesai membersihkan diri, Hera segera berbaring di kasurnya. Untuk mengistirahatkan dirinya. Hera memejamkan matanya sebentar. Tiba-tiba pintu kamarnya di ketuk."Hera, ayo keluar sebentar," ajak ibunya yang berada di luar kamar."Iya, bentar Bu!""Oke, Ibu tunggu di ruang keluarga ya.""Oke!" sahut Hera.Hera segera bergegas keluar kamar, menuju ruang keluarganya.Saat tiba, Hera sudah melihat Ayah dan ibunya terduduk di kursi, "ada apa?" tanyanya sambil duduk di kursinya."Hera! Kita akan pindah ke Malaysia," ujar Ayahnya."Hah? Kenapa?" tanya Hera kaget dengan perkataan ayahnya itu."Ayah dan Ibu ada urusan kerja di sana, selama 3 tahun. Ini penting untuk kelancaran perusahaan Ayah," jawab ayahnya."Jadi, sekolah, ku?""Ayah, ka
Di Sekolah baru, Hera melewati hari harinya dengan senyum. Sebenarnya di sana, dia pun mendapat sedikit body shaming dari beberapa siswi di sekolahnya. Namun, dia tak menganggap itu penting dan hanya melewatinya saja.Sekarang, mereka sudah memiliki tempat tinggal baru. Ayah dan ibunya sibuk dengan urusan mereka. Begitu juga Hera sibuk dengan urusannya sendiri dan menjaga Serly ketika ibunya masih sibuk bekerja. Walau begitu, mereka selalu tak lupa untuk bekumpul bersama.Setiap harinya, di waktu kosong, Hera selalu menyempatkan dirinya untuk terus berolahraga dan mempercantik dirinya dengan mencoba berbagai perawatan di sana........2 tahun kemudian.Kini penampilan Hera sudah berubah hampir 99% dari Hera yang dahulu. Sekarang dia sudah memiliki tubuh yang langsing hasil olahraganya selama ini dan memiliki kulit yang cerah, muka yang mulus karena hasil perawatan yang di jalaninya dan karena rutin memakai skincare yang sama dengan yang
Hera masuk kedalam sekolahnya dan melihat keadaan sekolah lamanya itu.Dia berkeliling dan mengingat masa-masanya saat bersekolah di sana. Saat dia tertawa bersama sahabatnya dan tiba-tiba dia juga teringat saat di mana dia di bully oleh rombongan Raisa. Sudah selesai dengan disana, Hera berpindah turun kelapangan. ketika dia memandang lapangan itu, Hera teringat akan saat dimana dia latihan bersama dengan Bara waktu itu. Secara tiba-tiba saja Hera meneteskan air matanya lalu tersenyum bahagia atas pencapaiannya karena sudah berhasil diet dan merubah dirinya seperti dia dan Bara ingin kan kemarin, agar Raisa dan teman-temannya tidak menghinanya lagi.......Akhirnya Hera selesai mengunjungi sekolahnya dan segera menutup pagar sekolahnya. Setelah itu, dia bergegas menghampiri Pak satpam sekolah untuk mengantarkan kunci."Hallo Pak!" sapa Hera kepada Pak satpam yang sedang terduduk sambil menikmati secangkir kopi hangat."Hallo, Neng,
Hera terdiam, kini ia tak sanggup menahan air matanya lagi karena terharu melihat kejutan ini. Saat ini dia melihat Frisila dan Keysa sedang berdiri di hadapannya membawa sebuah kue ulang tahun."Kalian kenal gue?" tanyanya sambil menangis tersedu-sedu."Haha, sorry Hera! Gue sengaja waktu itu. Eh ternyata lu nya beneran nganggap serius kalau gue enggak kenal sama lu. Hehe, sorry ya, ra!" sahut Frisila mendekati Hera untuk membuatnya berhenti menangis."Hmm.""Btw, lu tambah cantik aja, Hera!" ujar Keysa yang memperhatikan tubuh Hera dari bawah sampai atas.Mendengar pujian Keysa barusan, Hera pun tersenyum sambil mengelap air matanya, "makasih, ya!" ucapnya. Bagaimana pun dia bahagia jika seseorang telah memuji hasil usahanya selama ini."Sama-sama, bahkan melebihi cantiknya gua!""Idih!" sahut Frisila."Lah, kenapa? Kan bener gue cantik.""Iya-iya, serah lu deh.""Haha, makasih pujiannya," ucap
Saat aku sedang presentasi di depan kelasku. Kulihat dia melirik ku, dan tak sengaja mataku dan matanya berpapasan. Kurasakan jantung yang berdegup, entah ini rasa suka atau apa, aku pun tak tahu.Dia datang menghampiri mejaku, "Hera." kejut Revan memukul meja Hera."Apaan sih," jantung Hera berdegup kencang, pipinya memerah. Hanya karena sebatas dikagetkan oleh Revan, siswa tampan, yang menjabat menjadi ketua di kelasnya dan sekaligus ketua osis yang di ikutinya."Haha, kaget kan lo." sahut Revan tersenyum yang membuat jantung Hera berdegup tidak karuan. Hera adalah siswi periang, dia mudah berteman dengan siapa pun. Namun terkadang, dia memiliki sikap agak dingin. Dia bertubuh gendut, mukanya berjerawat dan memiliki warna kulit sawo matang. Namun dengan banyak kekurangannya, dia memiliki kelebihan yang jarang orang dapatkan. Ya, dia pintar, semenjak dia menginjak bangku SD sampai SMA dia selalu mendapatkan juara.
..... "Kenapa diam?" sahut Pak Herman "Lah, kan, bapak tadi yang nyuruh diam!! " ujar Rozi. Rendi reflex langsung menekap mulut Rozi. Pak Herman yang melihatnya, langsung berkata, "Oo iya, bapak lupa. Makasih ya Rozi." "Mm lepasin, noh Bapak aja, terima kasih dengan gue. Yakan pak," ujar Rozi melepaskan tangan Rendi. "Rozi!!" sahut Pak Herman agak meninggikan nada suaranya. "Iya pak? Oo iya, saya lupa. Sama sama pak," ucap Rozi yang tak mengerti kode dari Pak Herman. "Rozi, push up 20 kali. Kalau sudah, kamu keluar. Hormat tiang bendera, sampai jam pulang. Mengerti!!" ujar Pak Herman yang marah. "Eh, kok gitu sih," sahut Rozi "Gitu gimana? Cepat lakukan," ujar Pak Herman menunjuk Rozi. "Iya pak." Rozi maju kedepan kelas untuk makukan hukuman. .....
"Hmm ada, mau ngapain?" sahut Frisila."Enggak ada sih.""Astaga!!" sahut Keysa sebal."Hehe, gue cuma mau ajak kalian, main kerumah gue aja. Emang enggak mau?" ujar Hera."Hmm, kalau begitu aja sih. Mau, udah lama ni, enggak main rumah lu lagi!!" sahut Frisila."Lu gimana Keysa?" tanya Hera."Gue ikut aja," sahut Keysa......Frisila dan Keysa tiba di depan rumah Hera. Tapi sebelum masuk Frisila menelpon Hera terlabih dahulu untuk memastikan dia ada di rumah atau tidak."Hallo Hera, lu di mana? Kita udah di depan rumah lu nih.""Oo udah nyampe? Bentar ya gue turun dulu."Hera keluar dari rumahnya dan membukakan pagar rumahnya. Dia melihat teman temannya sudah berada di depan rumah."Ayo m