Share

Bab 3

"Hmm ada, mau ngapain?" sahut Frisila.

"Enggak ada sih."

"Astaga!!" sahut Keysa sebal.

"Hehe, gue cuma mau ajak kalian, main kerumah gue aja. Emang enggak mau?" ujar Hera.

"Hmm, kalau begitu aja sih. Mau, udah lama ni, enggak main rumah lu lagi!!" sahut Frisila.

"Lu gimana Keysa?" tanya Hera.

"Gue ikut aja," sahut Keysa.

.....

Frisila dan Keysa tiba di depan rumah Hera. Tapi sebelum masuk Frisila menelpon Hera terlabih dahulu untuk memastikan dia ada di rumah atau tidak.

"Hallo Hera, lu di mana? Kita udah di depan rumah lu nih."

"Oo udah nyampe? Bentar ya gue turun dulu."

Hera keluar dari rumahnya dan membukakan pagar rumahnya. Dia melihat teman temannya sudah berada di depan rumah.

"Ayo masuk," ujar Hera yang baru keluar dari pagar.

"Oke, makasih," sahut Keysa.

Mereka pun masuk kedalam rumah Hera.

"Assalamu'alaikum," ucap Frisila dan di lanjutkan oleh Keysa.

"Wa'alaikum salam, eh ada kalian," sahut ibu Hera.

"Hehe iya tante," jawab Frisila dan mereka bersalaman dengan ibunya Hera.

"Ayo masuk, duduk dulu sini."

"Iya, makasih tante."

"Tante seneng deh, kalau ada temen Hera yang main kerumah."

"Hehe, iya tante," sahut Keysa.

Mereka berdua duduk dan mengobrol dengan ibunya Hera.

"Eh btw, aku ambil makanan dulu ya," ujar Hera.

"Eh!! enggak usah, repot repot banget, Ra," ujar Frisila.

"Udah enggak papa," sahut ibunya Hera.

Hera pun pergi ke dapur mengambil makanan dan minumun untuk mereka.

"Kalian sering sering kesini ya, main sama Hera. Dia kalau enggak ada temen di kamar mulu," ujar ibunya Hera.

"Aman tante, kami bakalan ke sini terus kok. Kalau lagi enggak ada urusan," ujar Keysa.

"Ceileh urusan!! Urusan apa tuh? Sok sibuk banget," sahut Frisila tetawa.

"Ada deh, kepo banget sih," sahut Keysa tersenyum.

Mereka pun terus mengobrol dan tertawa bersama.

Tidak lama kemudian, Hera datang mengantarkan makanan dan minuman mereka.

"Makasih Hera," ucap Frisila.

"Sama sama."

Tiba tiba ibunya Hera menerima telpon dari teman kerjanya.

"Kalian lanjutkan aja, ya nak. Ibu mau pergi dulu sebentar," ujar Ibunya Hera mengambil kunci mobilnya di tas.

"Baik bu!" sahut Hera.

Ibunya Hera pun pergi menggunakan mobil pribadinya. Namun saat akan membuka pagar agar mobilnya bisa keluar. Ibunya melihat tukang paket sudah berada di depan rumahmya. 

"Ada apa pak?" tanya ibunya Hera.

"Ini bu, ada paket untuk mbak Hera," sahut tukang paket. 

"Pesan apa hera? Sebentar ya saya panggil dulu."

"Hera!!" teriak ibunya dari luar rumah.

"Iya bu... Ada apa?" sahut Hera dari dalam rumah.

"Ada paket kamu. Udah datang tu," ujar ibunya.

Hera terkejut "wah jangan jangan paket skincare, cepat banget datangnya!!" batin hera.

"Oh, bentar ya guys, gue ambil dulu."

"Oke," sahut Keysa yang asik makan.

Hera langsung bergegas keluar mengambil dan membayar paketnya.

.....

"Paket apa Ra?" tanya Frisila.

"Skincare!" jawab Hera yang gembira dan tak memperdulikan sekitarnya.

"What?" sahut Keysa berhenti makan.

"Ha kenapa?" sahut Hera tak sadar bahwa dia keceplosan. Dia tadinya tak ingin membagi tau mereka kalau dia bakal pakai skincare.

"Widih, mau glow up nih, teman kita," ujar Keysa.

"Bagus deh," sahut Frisila.

"Kalian enggak bakal ejak aku kan?" tanya Hera yang malu.

"Buat apa? Malahan kami ikut senang, lo mau berubah," ujar Frisila.

"Yoi," sahut Keysa tersenyum.

"Hmm makasih."

"Sama sama."

"Ayo ke kamar gue, gue takut buka di sini. Entar ibu gue lihat lagi!" ujar Hera mengajak mereka naik ke atas untuk ke kamarnya.

"Wah, lu belum bilang sama orang tua lu?" tanya Frisila

"Belum, hehe. Udah ah nanti aja bahas itu, gue mau buka paket ini dulu. Ayo ke kamar gue," sahut Hera yang tak sabar ingin membuka paketnya.

"Ayo," sahut Frisila.

Mereka pun naik ke atas menuju kamar Hera.

"Ah enggak sabar banget," ujar Hera mengambil alat pemotong kertas dari laci mejanya.

Lantas Hera langsung membuka isi paket yang dia tunggu tunggu. Namun saat Hera sudah membuka isi paket tersebut, Hera yang awalnya gembira sekarang menangis sejadi jadinya.

Frisila dan Keysa pun kaget dengan apa yang di dapati Hera dalam paketnya yang Ternyata hanya ter isi mainan kosmetik semata.

"Astaga orang brengsek, berani beraninya menipu sahabat gue," gerutu Keysa kesal karna Hera sudah di tipu.

"Gu, gue, beli ini mahal, dan udah gue nanti nanti kan, tapi kenapa mereka tega banget," rengek Hera menangis tersedu sedu karena kecewa.

"Sabar Ra, kita laporin aja ya!" ujar Frisila yang menenangkan Hera.

"Iya laporin aja!!" sahut Keysa.

"Jangan, gue enggak mau ber urusan dengan polisi. Ini tandanya gue emang enggak ditakdirkan buat cantik."

"Enggak gitu Ra, lo udah cantik kok. Mana ada perempuan yang enggak cantik," ujar Frisila merasa kasihan dengan nasib sahabatnya ini.

.....

"Kita pulang dulu ya tante, om," ujar Frisila memandangi kamar Hera di atas sana.

"Enggak mau, om antar pulang?" ujar ayahnya Hera.

"Ah enggak usah om, saya juga bawa motor sendiri kok" ujar Frisila.

"Ya udah, kalian hati hati di jalan ya!!" ujar ibunya Hera.

"Iya tante."

Mereka pulang, sementara Hera masih berada di kamarnya, hanya meratapi paket palsu yang sudah berada di tong sampah.

.....

Hari ini ada ujian tengah semeseter, namun tidak seperti biasanya, hera yang bersemangat untuk ujian kini sangat lesu.

"Hallo Hera," sapa Bara yang baru saja melihat Hera lewat dengan muka lesunya.

"Iya Bara," balas Hera dengan lemas.

"Semangat dong, ujian jangan lesu. Entar kalau lu lesu, terus, isi soal ujiannya salah dan isian soal ujian gue yang bener. Nanti gue dong yang juara," ujar Bara berusaha membangkitkan Hera dari rasa lesu, dengan memancing emosi Hera. Karena, Hera sangat tidak suka dengan orang yang meremehkan nilainya.

"Eh enggak bisa, nilai gue pasti bagus dari lu," sahut Hera yang kesal.

"Ya enggak lah, kalau lu begitu mulu. Lagian biarin ngapa gue sekali kali ngerasain juara kelas, lu mulu!!" ujar Bara yang berbalik kesal.

"Lah!! Emang sudah di takdirkan oleh Allah swt, bahwa gue emang pantas buat dapat juara," songong Hera.

"Oo jadi, maksud lo gue enggak pantes gitu?"

"Ya mana gue tau, gue bukan tuhan."

"Ck! Terus kenapa lu bisa ngomong tadi bahwa lo sudah di takdirkan oleh Allah swt. Berarti lu tau dong," gerutu Bara.

"Lah, kan gue punya mulut, ya udah gue ngomong. Gimana sih lu!! "

"Astaga, kok nyolot sih."

"Lah yang nyolot siapa, yang marah siapa."

"Emang ya, wanita selalu benar."

"Emang benar," ujar Hera menjulurkan lidahnya.

Mereka terdiam menatap satu sama lain dan seketika Hera tertawa lepas melihat ekspresi Bara yang marah.

"Haha, maafin gue Bara," ujar Hera namun tak ada balasan.

"Ututu, kalau lo marah terus, Gantengnya hilang loh."

Bara diam tersipu Dipuji Hera, namun dia menahannya agar tidak kelihatan.

"Ye, gue mau gimana pun, tetap ganteng tau." Bara mengusap rambutnya kebelakang.

"Ya ampun, emang ganteng sih, ehhh," batin Hera.

"Ceileh, ngelunjak," sahut Hera.

"Haha biarin," Bara membalas menjulurkan lidahnya.

Hera hanya tersenyum melihat sikap Bara.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status