"Hmm ada, mau ngapain?" sahut Frisila.
"Enggak ada sih."
"Astaga!!" sahut Keysa sebal.
"Hehe, gue cuma mau ajak kalian, main kerumah gue aja. Emang enggak mau?" ujar Hera.
"Hmm, kalau begitu aja sih. Mau, udah lama ni, enggak main rumah lu lagi!!" sahut Frisila.
"Lu gimana Keysa?" tanya Hera.
"Gue ikut aja," sahut Keysa.
.....
Frisila dan Keysa tiba di depan rumah Hera. Tapi sebelum masuk Frisila menelpon Hera terlabih dahulu untuk memastikan dia ada di rumah atau tidak.
"Hallo Hera, lu di mana? Kita udah di depan rumah lu nih."
"Oo udah nyampe? Bentar ya gue turun dulu."
"Ayo masuk," ujar Hera yang baru keluar dari pagar.
"Oke, makasih," sahut Keysa.
Mereka pun masuk kedalam rumah Hera.
"Assalamu'alaikum," ucap Frisila dan di lanjutkan oleh Keysa.
"Wa'alaikum salam, eh ada kalian," sahut ibu Hera.
"Hehe iya tante," jawab Frisila dan mereka bersalaman dengan ibunya Hera.
"Ayo masuk, duduk dulu sini."
"Iya, makasih tante."
"Tante seneng deh, kalau ada temen Hera yang main kerumah."
"Hehe, iya tante," sahut Keysa.
Mereka berdua duduk dan mengobrol dengan ibunya Hera.
"Eh btw, aku ambil makanan dulu ya," ujar Hera.
"Eh!! enggak usah, repot repot banget, Ra," ujar Frisila.
"Udah enggak papa," sahut ibunya Hera.
Hera pun pergi ke dapur mengambil makanan dan minumun untuk mereka.
"Kalian sering sering kesini ya, main sama Hera. Dia kalau enggak ada temen di kamar mulu," ujar ibunya Hera.
"Aman tante, kami bakalan ke sini terus kok. Kalau lagi enggak ada urusan," ujar Keysa.
"Ceileh urusan!! Urusan apa tuh? Sok sibuk banget," sahut Frisila tetawa.
"Ada deh, kepo banget sih," sahut Keysa tersenyum.
Mereka pun terus mengobrol dan tertawa bersama.
Tidak lama kemudian, Hera datang mengantarkan makanan dan minuman mereka.
"Makasih Hera," ucap Frisila.
"Sama sama."
Tiba tiba ibunya Hera menerima telpon dari teman kerjanya.
"Kalian lanjutkan aja, ya nak. Ibu mau pergi dulu sebentar," ujar Ibunya Hera mengambil kunci mobilnya di tas.
"Baik bu!" sahut Hera.
Ibunya Hera pun pergi menggunakan mobil pribadinya. Namun saat akan membuka pagar agar mobilnya bisa keluar. Ibunya melihat tukang paket sudah berada di depan rumahmya.
"Ada apa pak?" tanya ibunya Hera.
"Ini bu, ada paket untuk mbak Hera," sahut tukang paket.
"Pesan apa hera? Sebentar ya saya panggil dulu."
"Hera!!" teriak ibunya dari luar rumah.
"Iya bu... Ada apa?" sahut Hera dari dalam rumah.
"Ada paket kamu. Udah datang tu," ujar ibunya.
Hera terkejut "wah jangan jangan paket skincare, cepat banget datangnya!!" batin hera.
"Oh, bentar ya guys, gue ambil dulu."
"Oke," sahut Keysa yang asik makan.
Hera langsung bergegas keluar mengambil dan membayar paketnya.
.....
"Paket apa Ra?" tanya Frisila.
"Skincare!" jawab Hera yang gembira dan tak memperdulikan sekitarnya.
"What?" sahut Keysa berhenti makan.
"Ha kenapa?" sahut Hera tak sadar bahwa dia keceplosan. Dia tadinya tak ingin membagi tau mereka kalau dia bakal pakai skincare.
"Widih, mau glow up nih, teman kita," ujar Keysa.
"Bagus deh," sahut Frisila.
"Kalian enggak bakal ejak aku kan?" tanya Hera yang malu.
"Buat apa? Malahan kami ikut senang, lo mau berubah," ujar Frisila.
"Yoi," sahut Keysa tersenyum.
"Hmm makasih."
"Sama sama."
"Ayo ke kamar gue, gue takut buka di sini. Entar ibu gue lihat lagi!" ujar Hera mengajak mereka naik ke atas untuk ke kamarnya.
"Wah, lu belum bilang sama orang tua lu?" tanya Frisila
"Belum, hehe. Udah ah nanti aja bahas itu, gue mau buka paket ini dulu. Ayo ke kamar gue," sahut Hera yang tak sabar ingin membuka paketnya.
"Ayo," sahut Frisila.
Mereka pun naik ke atas menuju kamar Hera.
"Ah enggak sabar banget," ujar Hera mengambil alat pemotong kertas dari laci mejanya.
Lantas Hera langsung membuka isi paket yang dia tunggu tunggu. Namun saat Hera sudah membuka isi paket tersebut, Hera yang awalnya gembira sekarang menangis sejadi jadinya.
Frisila dan Keysa pun kaget dengan apa yang di dapati Hera dalam paketnya yang Ternyata hanya ter isi mainan kosmetik semata.
"Astaga orang brengsek, berani beraninya menipu sahabat gue," gerutu Keysa kesal karna Hera sudah di tipu.
"Gu, gue, beli ini mahal, dan udah gue nanti nanti kan, tapi kenapa mereka tega banget," rengek Hera menangis tersedu sedu karena kecewa.
"Sabar Ra, kita laporin aja ya!" ujar Frisila yang menenangkan Hera.
"Iya laporin aja!!" sahut Keysa.
"Jangan, gue enggak mau ber urusan dengan polisi. Ini tandanya gue emang enggak ditakdirkan buat cantik."
"Enggak gitu Ra, lo udah cantik kok. Mana ada perempuan yang enggak cantik," ujar Frisila merasa kasihan dengan nasib sahabatnya ini.
.....
"Kita pulang dulu ya tante, om," ujar Frisila memandangi kamar Hera di atas sana.
"Enggak mau, om antar pulang?" ujar ayahnya Hera.
"Ah enggak usah om, saya juga bawa motor sendiri kok" ujar Frisila.
"Ya udah, kalian hati hati di jalan ya!!" ujar ibunya Hera.
"Iya tante."
Mereka pulang, sementara Hera masih berada di kamarnya, hanya meratapi paket palsu yang sudah berada di tong sampah.
.....
Hari ini ada ujian tengah semeseter, namun tidak seperti biasanya, hera yang bersemangat untuk ujian kini sangat lesu."Hallo Hera," sapa Bara yang baru saja melihat Hera lewat dengan muka lesunya.
"Iya Bara," balas Hera dengan lemas.
"Semangat dong, ujian jangan lesu. Entar kalau lu lesu, terus, isi soal ujiannya salah dan isian soal ujian gue yang bener. Nanti gue dong yang juara," ujar Bara berusaha membangkitkan Hera dari rasa lesu, dengan memancing emosi Hera. Karena, Hera sangat tidak suka dengan orang yang meremehkan nilainya.
"Eh enggak bisa, nilai gue pasti bagus dari lu," sahut Hera yang kesal.
"Ya enggak lah, kalau lu begitu mulu. Lagian biarin ngapa gue sekali kali ngerasain juara kelas, lu mulu!!" ujar Bara yang berbalik kesal.
"Lah!! Emang sudah di takdirkan oleh Allah swt, bahwa gue emang pantas buat dapat juara," songong Hera.
"Oo jadi, maksud lo gue enggak pantes gitu?"
"Ya mana gue tau, gue bukan tuhan."
"Ck! Terus kenapa lu bisa ngomong tadi bahwa lo sudah di takdirkan oleh Allah swt. Berarti lu tau dong," gerutu Bara.
"Lah, kan gue punya mulut, ya udah gue ngomong. Gimana sih lu!! "
"Astaga, kok nyolot sih."
"Lah yang nyolot siapa, yang marah siapa."
"Emang ya, wanita selalu benar."
"Emang benar," ujar Hera menjulurkan lidahnya.
Mereka terdiam menatap satu sama lain dan seketika Hera tertawa lepas melihat ekspresi Bara yang marah.
"Haha, maafin gue Bara," ujar Hera namun tak ada balasan.
"Ututu, kalau lo marah terus, Gantengnya hilang loh."
Bara diam tersipu Dipuji Hera, namun dia menahannya agar tidak kelihatan.
"Ye, gue mau gimana pun, tetap ganteng tau." Bara mengusap rambutnya kebelakang.
"Ya ampun, emang ganteng sih, ehhh," batin Hera.
"Ceileh, ngelunjak," sahut Hera.
"Haha biarin," Bara membalas menjulurkan lidahnya.
Hera hanya tersenyum melihat sikap Bara.
Triiing bel tanda masuk berbunyi."Ayo ke kelas, udah masuk nih," ajak Bara."Bara, tunggu," sahut Hera memanggil, yang membuat Bara berbalik."Ada apa lagi? Udah masuk tuh, entar telat. Kalau telat otomatis enggak ikut ujian dong kita!! nah, kalau enggak ikut, kita berdua enggak bisa dapat juara dong. Gimana? Mau?" ujar Bara."Makasih ya.""Buat?""Ayo masuk entar telat, kalau telat, otomatis enggak ikut ujian dong kita!!nah, kalau enggak ikut, kita berdua enggak bisa dapat juara dong. Gimana? Mau?" ujar Hera yang mengulangi perkataan Bara tadi."Ealah, malah ngulangin," sahut Bara menepuk kepala Hera."Hehe, ayo."Mereka pun masuk ke kelas mereka, dan saatnya ujian di mulai."Oke anak anak, silahkan mulai isi jawaban kalian," ujar ibu guru."Hera semangat," ujar Bara me
"Saya hanya merasa tidak pantas. Sekian makasih sudah memilih saya." Hera pun keluar dari grup tersebut.Tidak lama kemudian ada notif pesan masuk, Hera kira dari Frisila namun ternyata itu adalah Bara."Hera.""Iya, ada apa.""Gue Bara, gue dapat nomor lo, dari grup.""Owh oke.""Iya. Btw, kok lu keluar dari grup? Emangnya kenapa? Lu beneran enggak mau ikut?""I
.....Pagi tiba, Hera yang bersemangat untuk pulang, sudah turun dari ranjang rumah sakit."Ayo bu, pulang," ujar Hera, turun dari ranjang rumah sakit."Hmm, udah merasa sehat?" sahut ibunya, memandangi Hera."Iya, Bu, nih sehat!!" sahut Hera sambil meregangkan tubuhnya."Hmm, ya udah.""Ayah mana?""Ada urusan, di kantor. Jadi, pagi pagi, udah pergi deh!!""Hmm, oke."Mereka pun pulang kerumah mereka......"Hahhh, assalmu'alaikum rumah," ujar Hera yang rindu akan rumahnya, seakan akan ia sudah berada di rumah sakit lama sekali. Padahal cuma 1 hari 1 malam ia di rawat inap di sana."Ayo, masuk!!" sahut ibunya.Mereka pun masuk kerumahnya, dan Hera langsung menuju kamarnya."Hallo kamar!! Apa kabar? Baik pastinya. Rindu aku enggak? Heheh g
....."Hera, gue udah di depan rumah lo nih," ujar Frisila yang masih berada di atas motornya menelpon Hera, agar Hera segera keluar."Oke!!"Hera pun membukakan pintu pagar rumahnya, agar Frisila masuk."Ayo masuk!! Btw, Keysa mana? Tumben enggak ikut!!""Masih capek katanya.""Owh oke, ayo masuk."Mereka pun duduk di kursi ruang tamu Hera."Btw, Ibu lu, mana Ra!!""Ke kantor, ayah gue juga. Sekarnag gue sendiri, serly di rumah nenek, dia betah banget di sana.""Hmm, ya udah sih!!""Di rumah mulu!! Ayo ke kafe, gue yang teraktir deh," ujar Frisila mengajak Hera, agar tidak di rumah terus."Hmm, gue hari ini, lagi enggak mood buat dengar hinaan orang, Frisila.""Mana ada yang mau hina, cewek secantik lo!!"
"Hera!!" ucap Frisila dari kejauhan yang melihat Hera terduduk dan berhadapan dengan gengnya Raisa. Frisila bergegas berlari menuju Hera, untuk membantunya."Eh, elu enggak apa apa kan?""Iya, Sila gue enggak apa kok!" sahut Hera lalu berdiri di bantu oleh Frisila."Lu di apain sama mereka? Jujur Ra!!""Enggak ada! Udah, ayo ke kelas!!""Lu pada kenapa sih ha? Jahat banget sama Hera!! Hera punya salah apa sama kalian? Enggak ada kan," ujar Frisila menatap Raisa dan rombongonnya.Seketika murid ramai ramai menghampiri mereka, untuk melihat kejadian apa yang terjadi."Lu tanya dia punya salah apa? Hah, banyak banget salah dia," sahut Raisa membalas tatapan Frisila."Hey, ada apa ini!! Bubar kalian, entar di lihatin guru gimana? Ujar Bara mencoba membubarkan mereka."Iya, kalian bubar!! Ada apa sih, ini masalah mereka kalian
"Assalamualaikum," salam Hera saat dia sudah sampai dirumahnya."Wa'alaikum salam," jawab Ibunya."Ayah masih di kantor Bu?""Iya, entar sore pulang kok!""Ibu sendiri?""Ibu, ambil cuti dulu!!""Owh oke," sahut Hera yang tersenyum berusaha menutupi rasa sedih setelah kejadian di sekolah tadi, agar ibunya tidak tahu."Iya, cepat ganti baju, terus makan. Ibu sudah siapin makanan kesukaanmu tuh, di meja makan," ujar ibunya."Iya bu, aku ke kamar dulu ya.""Iya," angguk ibunya.Herapun pergi kekamarnya untuk beristirahat sejenak dan mengganti seragam sekolahnya.Tok tok tok, terdengar suara seseorang mengetuk pintu kamar Hera."Ibu ya? Bentar lagi Bu, aku istirahat bentar.""Hmm, ya udah. Ibu boleh masuk nggak?""Boleh dong bu!! Masuk aja, enggak ke kunci kok.""Oke ibu masuk ya," sahut ibunya dari luar kamar dan langsung membuka pintu kamar Hera.
"Hera, ayo naik. Nih helmnya," ujar Bara yang memberikan sebuah helm cadangan yang di bawanya."Beneran nih?""Iya, buruan ayok."Hera pun naik ke motor Bara namun agak susah karena motor Bara yang agak tinggi, dan karena badanya yang berat."Bisa?""Iya, bisa! Oke udah nih," sahut Hera yang sudah berhasil duduk di motor Bara."Oke!"......"Makasih, Bara," ucap Hera saat mereka sudah tiba di rumahnya."Iya, ra. Sama sama," balas Bara."Nih, helmnya.""Okeh. Lihat, enggak meledakkan? Apa kata gue, sotoy aja lu," ujar Bara yang mengambil helmnya dan memarahi Hera."Kan, cuma opini. Apa salahnya sih, Berhati-hatikan perlu.""Iya, iya Hera.""Hmm, mau masuk dulu enggak? Ayo masuk dulu, singgah rumah gue.""Enggak dulu deh, ra
.....Hera menuruni tangga dengan pelan, agar ibunya yang sedang duduk di kursi sofa tidak mendengarnya. Jadi dia bisa langsung keluar, untuk melihat apakah Bara sudah berada di depan atau belum. Karena jika sudah, Hera dapat mengabari Bara, untuk jauh dari perumahannya dulu.Sebelumnya, Hera sudah berusaha mengechet dan menelpon Bara terlabih, untuk menayakan dimana posisi Bara sekarang. Namun, Bara tidak membalas atau pun mengangkat telpon dari Hera.Tringgg.. Hp Hera berdering."Aduh, ngapain bunyi sih?!"Mendengar ada suara, ibunya langsung beralih pandangan ke arah kebelakang, "eh, Hera," ujar ibunya."I.. iya.. Bu," sahut Hera terbata bata."Udah mau pergi?""Iya, Bu.""Oo, ya udah hati hati.""Iya, Bu...""Iya, iya. Cepatan tuh, dia udah nungguin dari tadi loh. Lama banget geraknya," ucap ibunya yang tersenyum tipis kepada Hera."Ha?" Hera membelalak kaget. "S