Triiing bel tanda masuk berbunyi.
"Ayo ke kelas, udah masuk nih," ajak Bara.
"Bara, tunggu," sahut Hera memanggil, yang membuat Bara berbalik.
"Ada apa lagi? Udah masuk tuh, entar telat. Kalau telat otomatis enggak ikut ujian dong kita!! nah, kalau enggak ikut, kita berdua enggak bisa dapat juara dong. Gimana? Mau?" ujar Bara.
"Makasih ya."
"Buat?"
"Ayo masuk entar telat, kalau telat, otomatis enggak ikut ujian dong kita!!nah, kalau enggak ikut, kita berdua enggak bisa dapat juara dong. Gimana? Mau?" ujar Hera yang mengulangi perkataan Bara tadi.
"Ealah, malah ngulangin," sahut Bara menepuk kepala Hera.
"Hehe, ayo."
Mereka pun masuk ke kelas mereka, dan saatnya ujian di mulai.
"Oke anak anak, silahkan mulai isi jawaban kalian," ujar ibu guru.
"Hera semangat," ujar Bara menyemangati Hera yang duduk di meja paling samping.
Hera yang melihat pun langsung membalasnya, "lu juga."
.....
Waktu ujian pun habis.
"Oke anak anak, waktunya sudah habis. Silahkan antar soal dan jawaban kalian kedepan," ujar ibu guru.
"Baik bu."
Saat Hera akan berdiri untuk mengantarkan soal dan jawabannya kedepan, secara tiba tiba Revan yang duduk di meja belakang, melewati Hera dan tak sengaja menyengol Hera. Hera langsung terduduk kembali ke kursinya dan semua kertas ujiannya terjatuh.
"Astaga!!" ujar Hera.
"Eh sorry, Hera. Sini biar aku bantu," ujar Revan yang berbalik badan dan langsung membantu mengambilkan kertas ujian Hera.
"Eh, enggak usah Van," sahut Hera menghentikan Revan.
"Udah enggak papa, gue salah."
"Enggak kok, kan lu enggak sengaja Van."
"Ini kertasnya, maaf ya," ujar Revan menatap Hera dan memberikan kertas ujian Hera yang terjatuh tadi.
"Eh, iya makasih," sahut Hera mengambil kertasnya kembali. Jantungnya berdegup kencang saat dia di tatap oleh Revan.
"Van tungguin gue!!" ujar Bara yang baru siap menyelesaikan soal ujiannya.
"Ah, lu, cepet dikit mangkanya. Noh ibu guru udah mau keluar," sahut Revan.
"Hmm, sabar dikit ngapa!! Gue kan perlu konsetrasi buat ngerjainnya. Ya kan Ra?" sahut Bara yang lalu menanyai Hera.
"Eleh, konsetrasi konon," jawab Hera.
"Lu ni Ra, jawab iya aja, apa susahnya sih!!!" ujar Bara yang kesal dengan jawaban Hera.
"Hehe, sorry," sahut Hera.
"Hera!" ibu guru memanggil Hera dari depan kelas.
"Eh iya bu, ada apa?" tanya Hera.
"Nanti, tolongin bawa ini ke kantor ya," ujar ibu guru meminta tolong.
"Owh, oke bu!!" sahut Hera.
"Mau gue tolongin enggak Ra?" tanya Revan.
"Eh, enggak usah, gue bisa kok."
"Hmm, ya udah. Ini punya gue, mana punya lu Bara?"
"Eh iya, ini!!" sahut Bara memberikan kertas ujiannya.
"Oke."
Hera pun mengambil semua kertas dan pergi ke kantor untuk mengantarkannya.
"Hei Ra," ujar Frisila yang melihat Hera berjalan menuju kantor.
"Ha, ada apa?" jawab Hera menoleh kebelakang.
"Enggak ada sih, manggil doang."
"Ealah," sahut Hera dan melanjutkan jalannya menuju kantor.
"Eh tungguin gue, gue ikut!!" ujar Frisila.
"Mau nganter soal?" tanya Frisila sambil ikut berjalan menuju kantor.
"Iya Frisila."
"Oo oke," sahut Frisila yang mengikuti Hera.
Saat selesai mengantarkan soal, Hera dan Frisila langsung lanjut menuju ke Kelas, untuk menemui Keysa yang sendirian.
"Hallo Keysa cantik," sapa Hera kepada keysa yang duduk membaca bukunya.
"Tumben rajin banget," sahut Frisila.
"Gue enggak ada kerjaan, kan nanti masuk, masih ada ujian!!" ujar Keysa.
"Oo iya ya, semangat ya," sahut Hera.
"O iya Ra, tadi pagi tumben tumbenan lu enggak ada muncul, telat ya lu?" tanya Frisila.
"Oo tadi pagi gue bicara dengan Bara, niat gue sih emang enggak mau kemana mana, gue masih lemes gegara semalam, terus pas udah selesai bicara eh bunyi belnya. Ya udah gue langsung masuk aja!!" jelas Hera.
"Widih, bicara apa lu dengan Bara?" sahut Keysa yang kepo.
"Enggak ada yang penting sih," sahut Hera.
"Hmm, mencurigakan," Sahut Frisila terseyum.
"Curiga apa an sih?" tanya Hera.
"Lu pacaran ya, dengan Bara?" Tanya Frisila.
Seketika Hera kaget, bisa bisanya Frisila berpikiran seperti itu, "haha, lawak lu. Gue jelek, gendut, ah banyak lagi kekurangan gue, sedangkan dia tampan, ya mana mungkin. Apa salahnya dia bicara dengan gue, emang kalau udah bicara dengan gue, itu pacaran? Apa sih Frisila, enggak lucu tau enggak," oceh Hera yang lalu pergi meninggalkan mereka menuju kelasnya.
"Bu ... bukan gitu Ra," sahut Frisila yang merasa bersalah dan tinggaalkan Oleh Hera.
"Lu sih, ada ada aja pertanyaannya. Udah tau mood si Hera, belum balik sempurna," Ujar Keysa yang juga merasa bersalah.
....
Hera masuk kedalam kelasnya.
"Hallo Hera," sapa Bara yang berjalan dengan Revan untuk menuju kelasnya.
"Iya," balas Hera dengan lesu.
"Lah, ngapa lagi ni anak. Tadi udah baik lu, kenapa lesu lagi?" ujar Bara menanyai Hera.
"Hmm," sahut Hera lemas.
Saat Revan akan berbicara bel masuk berbunyi, "Lu ... " ujar Revan terputus.
"Udah lah, biarin aja dia dulu," sahut Bara mengajak Revan pergi.
Mereka pun pergi meninggal Hera menuju meja mereka.
....
Jam pulang,
"Hera!!"
"Iya," sahut Hera berbalik badan memandangi orang yang memanggilnya yang ternyata Keysa dan sebelahnya ada Frisila.
Keysa dan Frisila pun menghampiri Hera, "Eh mau pulang?" tanya Frisila.
"Iya," jawab Hera.
"Lu masih marah? Maafin gue Ra," sahut Frisila.
"Hmm."
"Ya, Ra!! Gue tadi bercanda doang! Serius dah."
"Hmm, ya udah."
"Lu maafin gue?"
"Iya," ujar Hera yang membuat Frisila memeluk dirinya.
"Gue janji, enggak bakal sembarangan lagi!!" ujar Frisila.
"Hmm, ya udah sih."
"Lu nanti, ada waktu enggak? Kita mau ajakin lu ke kafe, kumpul bareng!!" ujar Frisila.
"Sorry ya, gue lagi enggak mau kemana mana nih." sahut Hera.
"Hmm, ya udah deh, kalau gitu. Kapan kapan aja."
"Iya, maaf ya." ujar Hera.
"Iya, santai aja," sahut Keysa.
"Ya udah, kalau gitu gue pulang dulu ya. Bye," ucap Hera.
"Oke, bye," balas Keysa.
....
"Assalamu'alaikum," salam Hera memasuki rumahnya.
"Wa'alaikum salam," balas ayahnya.
"Ibu mana yah?" tanya Hera tidak melihat keberadaan ibunya.
"Ibu mu, lagi keluar. Katanya ada urusan."
"Oo oke, aku ke kamar dulu, ya ayah."
Hera langsung menaiki tangga menuju kamarnya. Setibanya dia di kamar, dia langsung merebahkan dirinya ke kasur empuknya.
"Ah, capek banget." Tiba tiba hp Hera berdering karena ada sebuah notif pesan masuk, yang ternyata adalah pesan dari Frisila.
"Hera,online."
"Ada apa?"
"Online aja cepat, pulsa gue enggak cukup buat sms lu."
"Astaga, iya iya."
Hera pun online dan langsung ada masuk pesan grup yang ternyata grup pramuka, dan Hera baru saja di tambahkan.
"Hey ini apa? Kok gue masuk ke sana?" ujar Hera mengirim kan poto grup ke Frisila kalau dia telah di tambahkan di sana.
"Tadi Pak Ali, minta no wa lu ke gue. Katanya lu bakal di ikutin dalam kegiatan pramuka di sana, dalam bidang cerdas cermat.
Hera berpikir sejenak, dia sangat ingin mengikutinya namun dia harus berpikir 3 kali, untuk kesana. Karena dia tau, disana, dia pasti bakalan di hujat dengan fisiknya seperti ini. Hera merasa prustasi dengan dirinya sendiri.
"Ah gue pengen ikut, tapi ... Enggak usah deh, gue izin keluar aja kali ya."
Saat Hera akan meminta izin untuk tidak bisa ikut dalam kegiatan tersebut, tiba tiba Pak Ali mengirimkan list list siapa saja yang ikut dalam kegiatan dan apa yang akan mereka ikuti. Hera melihat lihat, tenyata benar namanya sudah ter isi di bagian cerdas cermat. Hera melihat lihat, siapa saja yang ikut? Saat Hera melihat disana ada tertulis nama Revan, Bara, Frisila, Raisa dan lain lain.
Hera berpikir lagi, apakah dia akan ikut atau pun tidak.
"Eh enggak usah deh, biarin mereka. Apa lagi di sana ada Raisa, bisa bisa tersiksa batin gue di sana." ujar Hera yang langsung mengirimkan pesan nya tadi ke grup.
"Hallo, untuk bapak dan teman teman. Saya Hera Giselia meminta izin untuk mengundurkan diri dari kegiatan Pramuka yang akan datang, sekian terimakasih."
"Lah kenapa Ra?
"Ada apa Hera?
"Ikut aja Ra, enggak ada yang pinter lagi selain lu!!"
"why, Hera. How do you think?"
"Jangan Ra, elu adalah harapan kami."
Jawaban masing masing siswa dan siswi yang mengikuti kegiatan pramuka, tentang pengunduran diri Hera.
"Saya hanya merasa tidak pantas. Sekian makasih sudah memilih saya." Hera pun keluar dari grup tersebut.Tidak lama kemudian ada notif pesan masuk, Hera kira dari Frisila namun ternyata itu adalah Bara."Hera.""Iya, ada apa.""Gue Bara, gue dapat nomor lo, dari grup.""Owh oke.""Iya. Btw, kok lu keluar dari grup? Emangnya kenapa? Lu beneran enggak mau ikut?""I
.....Pagi tiba, Hera yang bersemangat untuk pulang, sudah turun dari ranjang rumah sakit."Ayo bu, pulang," ujar Hera, turun dari ranjang rumah sakit."Hmm, udah merasa sehat?" sahut ibunya, memandangi Hera."Iya, Bu, nih sehat!!" sahut Hera sambil meregangkan tubuhnya."Hmm, ya udah.""Ayah mana?""Ada urusan, di kantor. Jadi, pagi pagi, udah pergi deh!!""Hmm, oke."Mereka pun pulang kerumah mereka......"Hahhh, assalmu'alaikum rumah," ujar Hera yang rindu akan rumahnya, seakan akan ia sudah berada di rumah sakit lama sekali. Padahal cuma 1 hari 1 malam ia di rawat inap di sana."Ayo, masuk!!" sahut ibunya.Mereka pun masuk kerumahnya, dan Hera langsung menuju kamarnya."Hallo kamar!! Apa kabar? Baik pastinya. Rindu aku enggak? Heheh g
....."Hera, gue udah di depan rumah lo nih," ujar Frisila yang masih berada di atas motornya menelpon Hera, agar Hera segera keluar."Oke!!"Hera pun membukakan pintu pagar rumahnya, agar Frisila masuk."Ayo masuk!! Btw, Keysa mana? Tumben enggak ikut!!""Masih capek katanya.""Owh oke, ayo masuk."Mereka pun duduk di kursi ruang tamu Hera."Btw, Ibu lu, mana Ra!!""Ke kantor, ayah gue juga. Sekarnag gue sendiri, serly di rumah nenek, dia betah banget di sana.""Hmm, ya udah sih!!""Di rumah mulu!! Ayo ke kafe, gue yang teraktir deh," ujar Frisila mengajak Hera, agar tidak di rumah terus."Hmm, gue hari ini, lagi enggak mood buat dengar hinaan orang, Frisila.""Mana ada yang mau hina, cewek secantik lo!!"
"Hera!!" ucap Frisila dari kejauhan yang melihat Hera terduduk dan berhadapan dengan gengnya Raisa. Frisila bergegas berlari menuju Hera, untuk membantunya."Eh, elu enggak apa apa kan?""Iya, Sila gue enggak apa kok!" sahut Hera lalu berdiri di bantu oleh Frisila."Lu di apain sama mereka? Jujur Ra!!""Enggak ada! Udah, ayo ke kelas!!""Lu pada kenapa sih ha? Jahat banget sama Hera!! Hera punya salah apa sama kalian? Enggak ada kan," ujar Frisila menatap Raisa dan rombongonnya.Seketika murid ramai ramai menghampiri mereka, untuk melihat kejadian apa yang terjadi."Lu tanya dia punya salah apa? Hah, banyak banget salah dia," sahut Raisa membalas tatapan Frisila."Hey, ada apa ini!! Bubar kalian, entar di lihatin guru gimana? Ujar Bara mencoba membubarkan mereka."Iya, kalian bubar!! Ada apa sih, ini masalah mereka kalian
"Assalamualaikum," salam Hera saat dia sudah sampai dirumahnya."Wa'alaikum salam," jawab Ibunya."Ayah masih di kantor Bu?""Iya, entar sore pulang kok!""Ibu sendiri?""Ibu, ambil cuti dulu!!""Owh oke," sahut Hera yang tersenyum berusaha menutupi rasa sedih setelah kejadian di sekolah tadi, agar ibunya tidak tahu."Iya, cepat ganti baju, terus makan. Ibu sudah siapin makanan kesukaanmu tuh, di meja makan," ujar ibunya."Iya bu, aku ke kamar dulu ya.""Iya," angguk ibunya.Herapun pergi kekamarnya untuk beristirahat sejenak dan mengganti seragam sekolahnya.Tok tok tok, terdengar suara seseorang mengetuk pintu kamar Hera."Ibu ya? Bentar lagi Bu, aku istirahat bentar.""Hmm, ya udah. Ibu boleh masuk nggak?""Boleh dong bu!! Masuk aja, enggak ke kunci kok.""Oke ibu masuk ya," sahut ibunya dari luar kamar dan langsung membuka pintu kamar Hera.
"Hera, ayo naik. Nih helmnya," ujar Bara yang memberikan sebuah helm cadangan yang di bawanya."Beneran nih?""Iya, buruan ayok."Hera pun naik ke motor Bara namun agak susah karena motor Bara yang agak tinggi, dan karena badanya yang berat."Bisa?""Iya, bisa! Oke udah nih," sahut Hera yang sudah berhasil duduk di motor Bara."Oke!"......"Makasih, Bara," ucap Hera saat mereka sudah tiba di rumahnya."Iya, ra. Sama sama," balas Bara."Nih, helmnya.""Okeh. Lihat, enggak meledakkan? Apa kata gue, sotoy aja lu," ujar Bara yang mengambil helmnya dan memarahi Hera."Kan, cuma opini. Apa salahnya sih, Berhati-hatikan perlu.""Iya, iya Hera.""Hmm, mau masuk dulu enggak? Ayo masuk dulu, singgah rumah gue.""Enggak dulu deh, ra
.....Hera menuruni tangga dengan pelan, agar ibunya yang sedang duduk di kursi sofa tidak mendengarnya. Jadi dia bisa langsung keluar, untuk melihat apakah Bara sudah berada di depan atau belum. Karena jika sudah, Hera dapat mengabari Bara, untuk jauh dari perumahannya dulu.Sebelumnya, Hera sudah berusaha mengechet dan menelpon Bara terlabih, untuk menayakan dimana posisi Bara sekarang. Namun, Bara tidak membalas atau pun mengangkat telpon dari Hera.Tringgg.. Hp Hera berdering."Aduh, ngapain bunyi sih?!"Mendengar ada suara, ibunya langsung beralih pandangan ke arah kebelakang, "eh, Hera," ujar ibunya."I.. iya.. Bu," sahut Hera terbata bata."Udah mau pergi?""Iya, Bu.""Oo, ya udah hati hati.""Iya, Bu...""Iya, iya. Cepatan tuh, dia udah nungguin dari tadi loh. Lama banget geraknya," ucap ibunya yang tersenyum tipis kepada Hera."Ha?" Hera membelalak kaget. "S
Bara beralih tempat duduk ke samping Hera, "udah diam, gue juga bercanda," ucapnya."Tapi, lu enggak marah lagi kan?""Marah sih!""Tuh kan.""Haha, enggak kok." Bara mengelus elus rambut Hera.Merasakan rambutnya baru saja di sentuh Bara, Hera seketika berhenti menangis dan agak menjauh dari Bara.Melihat hal itu Bara menatap heran Hera, "ada apa?" tanyanya."Enggak ada," jawab Hera menggelengkan kepalanya."Terus, kenapa kesana?""Lu enggak malu, dekat dekat perempuan gedut dan jelek seperti gue, di depan orang ramai seperti ini?" tanya Hera."Buat apa malu, lu kan sahabat gue.""Iya, tapi kan!""Hm, ya udah. Mungkin lu aja yang malu punya sahabat kayak gue." ujar Bara lalu berpindah tempat lagi ke tempat duduknya awal."Enggak kok!!" jawab Hera sambil melihat Bara yang berpindah tempat."Hmm, jadi?""Mana mungkin gue malu punya s