Sean Maverick, pria lajang, tampan dan mapan itu sudah dua kali menumpahkan minuman ke gaun Shamika Princess di dua pesta berbeda. Lucunya, pertemuan yang menjengkelkan tersebut justru membuat Shamika Princes jatuh cinta pada Sean. Namun sayang, pada pertemuan ketiga mereka—Princes mengenalkan Sean pada Kayana Shaqeenarava Gunadhya yang merupakan kakak sepupunya. Sean malah menaruh hati pada Kanaya dan menggunakan Shamika Princes untuk mendekati gadis itu. Kadung cinta, Princes rela menjadi perantara Sean dengan Kayana. Princess tidak serta-merta membenci Kanaya karena tahu Kanaya tidak pernah mau berkomitmen dengan satu pria apalagi jatuh cinta. Jadi Princes bertahan tetap berada di antara Sean dan Kanaya sambil menyadarkan Sean jika hanya dia yang memiliki cinta tulus kepadanya. Tapi sampai kapan Princes sanggup mengorbankan perasaannya demi Sean?
view morePERTEMUAN PERTAMA
PERPUSTAKAAN UMUM NEWYORK Pesta pernikahan Keith Maverick dan Audrey Jackson. Lidah Sean Maverick berdecak, menatap malas layar ponselnya yang berkedip menunjukkan foto seorang gadis cantik bernama Britney. Terhitung sudah panggilan ke sepuluh yang gadis itu lakukan tapi Sean masih malas menjawab panggilan sang gadis. Britney adalah anak dari klien Augusta Maverick-sang ayah yang tergila-gila padanya. Beruntung gadis itu masih duduk di bangku sekolah menengah atas sehingga Charles Jhon-ayah Britney tidak mungkin menjodohkan sang putri dengan Sean. Tinggal menunggu waktu sampai Augusta Maverick dan Charles Jhon menjodohkan Sean dengan Britney. Sean akan bernasib sama seperti Keith-sang kakak yang menikah karena perjodohan. Tapi beruntung bagi Keith dijodohkan dengan gadis cantik seorang Pengacara yang memiliki pembawaan kalem, anggun dan elegan tidak seperti Britney yang tingkahnya selalu membuat Sean sakit kepala. Meski cantik tapi Britney bukan tipe gadis yang disukai Sean dan ia akan menolak perjodohan dengan Britney bagaimanapun caranya. Sean menyelinap ke pojok Ballroom, ada sebuah stand minuman dan ia memilih menikmati pesta pernikahan Keith dan Audrey dari situ. Netranya tanpa sengaja menangkap sosok Britney yang sedang celingukan mencarinya. Tentu saja dia diundang ke pesta pernikahan sang kakak karena Charles Jhon-daddynya Britney adalah klien besar di perusahaan Augusta Maverick. Sean refleks bangkit dari kursi, mengendap-ngendap keluar menuju pintu samping yang bisa mengantarkannya ke sebuah taman besar. Ia akan bersembunyi sementara waktu di sana hingga Britney dan kedua orang tuanya pulang. Sean melangkah panjang dan cepat menyusuri bagian sisi ruangan dengan sesekali menoleh ke belakang memastikan pelariannya ini tidak ketahui Britney. Bugh! Sean menabrak sesuatu karena tidak fokus malah terus melihat ke belakang saat berjalan. "Ups!" seru seorang gadis, gaun bagian dadanya tersiram minuman dari gelas yang ia pegang karena Sean menabraknya. "Sorry!" Sean berbisik, ia panik sampai mengusap dada sang gadis bermaksud menghilangkan noda. "Cukup!" sentak suara gadis yang matanya menyalang itu dengan lantang membuat Sean semakin panik dan menutup mulut sang gadis dengan telapak tangannya. "Jangan berisik!" Sean berbisik, menoleh ke belakang untuk mencari tahu apakah suara gadis mungil itu mendapat perhatian dari para tamu undangan dan Britney. "Ikut aku," kata Sean seraya menarik tangan sang gadis melewati pintu setelah memastikan situasi aman dan Britney masih celingukan di sisi lain ruangan mencarinya. "Dengar ... aku minta maaf, aku tidak sengaja." Sean memegang lengan gadis yang masih menunjukkan ekspresi berang. "Maaf untuk yang mana? Yang menabrakku hingga gaun aku hancur seperti ini atau karena telah menyentuh dadaku?" Kalimat pertanyaan dalam bentuk sindiran itu membuat Sean menaikkan kedua alisnya bingung. Butuh waktu tiga detik hingga ia sadar jika tadi telah lancang menyentuh dada bagian atas gadis itu karena panik. Sean memijat pelipisnya bersama pejaman mata erat. "Aku minta maaf untuk dua-duanya ... aku tidak sengaja." "Sean!" panggil Britney dari belakang pintu. Sontak Sean menarik tangan gadis itu untuk bersembunyi di balik pilar. Jantungnya berdetak kencang tidak karuan, tanpa sadar untuk yang kedua kali telah berbuat lancang dengan mendekap tubuh gadis yang ketumpahan minuman itu agar Britney tidak menemukan mereka. Mata sang gadis membulat, kedua tangannya terkepal di depan dada Sean lalu memberikan dorongan tapi Sean menahannya. "Sssttt!" desis Sean, menatap sang gadis penuh peringatan. "Seaaan, kamu di mana?" Britney mendesah panjang. Sementara gadis yang sedang Sean peluk itu tenggelam di dada Sean yang bidang. Tidak bisa bergerak karena Sean menguncinya dengan pelukan. Sean melepaskan gadis itu setelah memastikan Britney masuk kembali ke dalam venue. "Sorry, sampai mana kita tadi?" Plak! Sean merasakan pipinya perih, gadis itu menamparnya. "Apa-apaan kamu?" Pria itu malah bertanya dengan ekspresi tidak terima. "Pertama ... kamu menabrakku ... menumpahkan minuman ke gaunku, kedua kamu memegang dadaku dengan sangat kurangajar dan ketiga kamu memelukku tanpa ijin." Sang gadis langsung menjawab dengan napas memburu berbalut emosi. "Aku minta maaf, aku sedang melarikan diri dari seorang gadis yang tergila-gila denganku dan aku harus memastikan dia tidak melihat kita, itu kenapa aku ... memelukmu, aku refleks ... maaf." Sean meringis, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Dasar brengsek!" umpat sang gadis sambil melengos. "Tunggu!" sergah Sean mencekal pergelangan tangan sang gadis. "Princes!" Suara berat seorang pria membuat sang gadis urung mengumpati Sean. "Papa!" Gadis bernama Shamika Princes itu bergumam saat melihat sosok papanya mendekat. "Tuan Folke?" Sean menyapa dengan nada tidak percaya karena klien di perusahaannya ternyata ayah dari gadis yang baru saja menamparnya. "Tuan Maverick!" Arjuna Bernard Folke balas menyapa. Raut wajah pria itu terlihat bingung melihat sang putri sedang berduaan bersama klien bisnisnya. "Papa kenal sama ...." Shamika Princes, putri pertama Arjuna Bernard Folke pengusaha IT dari Jerman—menunjuk Sean dan papanya bergantian dengan ekspresi tidak percaya. "Tuan Maverick ini klien bisnis Papa ...." Arjuna Folke menerangkan, tampak senyum sarat makna tercetak di wajahnya yang tampan. "Anda sudah mengenal putri saya Tuan Maverick?" Arjuna melirik tangan Sean yang sedang mencekal tangan Princes. "Ah maaf ... Tuan Folke, saya minta maaf ... tadi saya tidak sengaja menabrak putri Anda dan menumpahkan minuman ke gaunnya tapi saya akan bertanggung jawab, di sebelah gedung ini ada butik ... bagaimana kalau saya ganti gaun putri Anda dengan yang baru?" Arjuna Folke menoleh pada putrinya yang masih memberengut karena kesal. "Bagaimana Princes, kamu mau?" Arjuna Folke mengembalikan tawaran tersebut kepada Princes. Princess menatap Sean kesal. "Tentu saja dia harus bertanggung jawab, Papa." "Aku akan memilih gaun yang sangat mahal, biar kamu tahu rasa," ujar Princes di dalam hati. "Baiklah kalau begitu Tuan Folke, saya bawa putri Anda sebentar ... tenang saja, saya akan menjaganya dengan nyawa saya." Sean memang berlebihan, ia mengatakan hal tersebut hanya karena tidak enak hati mengetahui gadis yang telah ia lecehkan secara tidak sengaja dengan cara memegang dada dan memeluknya itu adalah putri klien bisnisnya. Ia harus membungkam mulut Shamika Princes agar tidak mengadu kepada papanya. Semoga saja gadis itu seperti para kekasihnya yang bisa disogok menggunakan barang- barang bermerk. Arjuna Folke tertawa kemudian mengangguk, pria yang masih tampan di usia paruh baya itu bergerak merapat ke dinding untuk memberi jalan kepada putrinya dan Sean. "Tunggu Princes ya, Pa ...." "Ya sayang." Sean kembali memegang pergelangan tangan Princess, menuntun gadis itu menuju pintu keluar lain yang penting tidak melewati venue karena mungkin Britney masih ada di sana. "Lepasin ih, enggak usah pegang-pegang juga." Princess menghela tangan Sean kasar. Princes menggunakan bahasa Indonesia, bahasa dari tanah kelahiran sang Mama-Kejora Gunadhya. Langkah Sean terhenti seketika, pria itu menoleh dramatis keningnya mengkerut dalam. "Bahasa apa itu?" "Kamu tidak akan mengerti," ketus Princes, memalingkan wajah, menarik langkah panjang melewati Sean dengan ekspresi judes. Sean merotasi matanya jengah tapi tak ayal menyusul Princes yang sudah beberapa langkah di depan.Mansion milik keluarga Alterio yang terletak di Florida-Negara bagian Amerika Serikat tidak pernah seramai sekarang.Itu terjadi karena liburan musim panas tahun ini, keluarga Alterio dan keluarga Gunadhya kompak melakukan liburan bersama.Bisa dibayangkan bila The Gunadhya yang banyak itu berkumpul ditambah keluarga Alterio yang juga merupakan keluarga besar maka sudah bisa dipastikan Mansion dengan dua puluh kamar tersebut nyaris tidak dapat menampung mereka.Beberapa lajang harus tidur di ruang televisi atau perpustakaan yang di sulap menjadi kamar yang nyaman.Tapi keseruan bisa berkumpul bersama belum tentu bisa terulang lagi.Tahun ini banyak sekali kelahiran baik di keluarga Alterio maupun Gunadhya, jadi tangis bayi menggema hampir di seluruh ruangan."Ryleeeey!" Kanaya berseru memanggil suaminya yang entah ada di mana.Dia kelelahan mencari ayah dari Arthur itu di Mansion yang luas ini sambil menggendong sang putra yang tidak berhenti menangis."Liat Ryley enggak, Bang?" Kanay
Chapter 59 – BABY BOY "Hai," suara serak Ryley menjadi yang pertama kali Kanaya dengar begitu dia tersadar."Ry ... ley," panggil Kanaya parau."Yes babe." Ryley menggenggam tangan Kanaya erat.Kanaya mengernyit ketika perih terasa di kulit bagian perut.Dia pun melihat ke sana kemudian refleks memegang perutnya."Bayi kita ... mana bayi kita," kata Kanaya di antara tubuhnya yang lemah."Dia sedang di ruangan bayi ... kamu berhasil mengeluarkannya." "Benarkah?" Kanaya tampak tidak percaya.Ryley mengecup kening Kanaya, membungkukan tubuhnya lebih dalam untuk memeluk Kanaya."Aku pikir aku akan kehilanganmu, aku takut sekali." Ryley berbisik lirih.Kanaya malah terkekeh tapi tak ayal membalaskan pelukan suaminya."Apa benar anak kita laki-laki seperti hasil USG terakhir?" Kanaya hanya memastikan.Ryley mengurai pelukan setelah sebelumnya mengecup kening Kanaya.Dia pergi menjauh menuju pantri mengambil air minum untuk Kanaya."Aku tidak tahu, aku belum melihatnya." Ryley menyahut sei
Karena takut kehilangan Princes lagi, Sean melengkapi setiap sudut rumahnya dengan CCTV.Dari kantor dia bisa melihat apa saja yang dilakukan Princes seharian.Dan itu kenapa juga dia selalu bisa menemukan Princes setiap pulang kerja tanpa perlu berteriak memanggilnya.Meski sibuk, Sean tidak pernah lupa untuk mengecek kondisi Princes dan bayi perempuan mereka yang diberi nama Brielle Taleigha Maverick melalui CCTV.Sean menyesal kalau hari ini dia harus lembur sehingga tiba di rumah saat malam sudah larut.Dia langsung menuju kamar utama, Sean melihat istrinya dan putri mereka sudah terlelap dengan posisi sama yang ia lihat sebelum pulang melalui aplikasi ponsel yang tersambung ke kamera CCTV kamar.Bergegas Sean pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh dan mengganti pakaian.Brielle atau Elle nama kecil panggilan kedua orangtuanya—tengah terlelap begitu pulas di samping Princes.Sean menarik selimut untuk membalut tubuh sang istri yang seharian ini sudah bekerja keras merawat p
Hampir seminggu Kanaya tidak bicara dengan suaminya semenjak malam pesta pernikahan mereka, setiap kali Ryley bertanya—Kanaya tidak pernah menjawab.Dia akan menunjukkan wajah masam dan sering melempar-lempar barang untuk menunjukkan kekesalannya.Ryley harus menerima sikap Kanaya dengan lapang dada karena dia telah membuat singa betina marah.Meskipun berulang kali Ryley minta maaf dan menjelaskan alasannya bersikap kasar malam itu namun tidak ada ampun bagi Kanaya.Dia akan berprilaku seperti ini sampai suasana hatinya membaik.Bisa satu bulan, satu tahun atau mungkin sepuluh tahun.Walau mendiamkan Ryley, Kanaya tetap berbelanja menggunakan kartu kredit unlimited milik pria itu.Kanaya menghabiskan banyak uang suaminya untuk membeli pakaian, sepatu, tas, accesories, makeup sampai perhiasan.Dia berdalih kalau itu semua untuk membeli sakit hati yang ditorehkan sang suami padanya.Ryley tidak mempermasalahkan, dia senang-senang saja Kanaya menghabiskan uangnya.Dia beranggapan kalau
Di pesta pernikahan yang digelar sangat mewah dan meriah di kota New Yor, Kanaya mengundang teman-temannya yang beberapa bulan lalu sempat dia jauhi.Atau lebih tepatnya dia yang mengucilkan diri dari circle anak Crazy Rich New York.Pasalnya menikah dan langsung memiliki anak tidak pernah terlintas dalam benak Kanaya apalagi menjadi rencananya.Lalu bagaimana nanti tanggapan para pria teman bercintanya di masa lalu bila mengetahui hal ini?Mereka tidak pernah diberikan kesempatan oleh Kanaya untuk menjalin hubungan asmara karena Kanaya selalu berdalih kalau dia tidak percaya akan cinta.Beruntung Kanaya menikahi seorang Konglomerat, level Ryley sangat jauh di atas para pria teman bercintanya Kanaya yang dulu.Jadi mungkin opini mereka tentang Kanaya tidak akan terlalu buruk.Mereka pasti beranggapan bahwa jelas saja Kanaya mengubah prinsipnya karena dipinang oleh Konglomerat Negri ini.Dan hal itu menjadi alasan kenapa Kanaya kembali menjalin hubungan dengan para sahabatnya.Kanaya b
"Kamu saja yang datang ... ah, tidak ... aku saja ...." Kanaya berulang kali mengatakan hal tersebut sambil mondar-mandir di kamarnya yang luas.Ryley sudah terbiasa melihat pemandangan ini jadi dia hanya bisa meluruskan kakinya di sofa kemudian bersandar nyaman dengan kedua tangan di lipat di belakang kepala. "Ryley!" seru Kanaya menghentikan langkah."Yes Babe." Ryley menegakan punggung juga menurunkan kakinya."Bantu aku memikirkan apakah aku atau kamu yang datang ke Baby shower anaknya Princes? Atau kita tidak perlu datang saja sekalian?" Kanaya menghentakan kakinya kemudian duduk menyamping di atas pangkuan Ryley.Kedua tangannya melingkar di leher Ryley namun sayangnya wajah cantik itu terus memberengut. "Bagaimana kalau kita berdua datang ... kamu dan Princes adalah sepupu, kita sudah mendapat kebahagiaan kita sendiri ... kamu tidak perlu cemburu lagi dengan Princes dan aku juga tidak akan mengungkit masa lalu kamu dengan Sean."Tentu saja Ryley bisa dengan mudah mengatakan
Kanaya memang tega, tanpa perasaan melarang Ryley untuk mengundang Princes ke pesta pernikahan mereka yang dirayakan di New York."Bagaimana aku mengatakannya kepada Sean, Babe?" Ryley mengesah, dia stress karena tidak berhasil membujuk Kanaya, meluluhkan hatinya selama seminggu ini."Kamu tinggal mengatakan kalau Sean boleh datang tapi istrinya tidak," jawab Kanaya santai tanpa beban.Kanaya sedang memoles blushon di pipinya.Hari ini mereka akan pergi memilih kue dan mencicipi catering untuk pesta pernikahan yang akan berlangsung dua minggu lagi."Dia sepupumu." Ryley mengingatkan."Betul, dan dia merebut priaku." Kanaya mengarahkan ujung blushon pada Ryley yang duduk di kursi di bagian kaki ranjang.Ryley mengesah panjang. "Aku tidak tega mengatakannya kepada Sean... Princes pasti akan sakit hati...." Ryley menggantung kalimatnya."Memangnya kamu belum bisa melupakan Sean?" tanya Ryley hati-hati tidak ingin si ibu hamil dengan hormon yang membuat mood berubah-ubah itu mengamuk."
Perut buncit Princes menjadi daya tarik sendiri bagi Sean, dia suka sekali mengusap perut Princes dan menurutnya dengan kehamilan itu—Princes tampak berkali-kali lipat lebih seksi.Selama resepsi berlangsung, Sean mati-matian menahan gairahnya.Dan akhirnya sekarang dia bisa berdua saja dengan Princes melewati malam pertama setelah mereka resmi menjadi suami istri."Aku bantu," ujar Sean menahan tangan Princes yang tengah membuka sleting di belakang punggung.Princes mengumpulkan rambutnya di pundak agar Sean mudah membuka sleting.Perlahan tangan pria itu menurunkan resleting lalu menarik bagian atas gaun ke bawah namun tertahan di pinggang karena perut Princes yang besar.Princes harus menggunakan kedua tangan dan menggoyangkan sedikit bokong agar bisa menurunkan gaun itu melewati perutnya."Bisa?" tanya Sean perhatian."Bisa ...." Princes menjawab setelah berhasil melepas gaun menyisakan camisol sebagai dalaman.Dia membalikan badan mengajadap Sean."Aku bantu buka kemejanya ya?""
Princes seringkali menonton film di Netflix yang menceritakan tentang hubungan calon mempelai pengantin yang sering kali tidak sependapat ketika mempersiapkan pernikahan sampai berujung dibatalkannya pernikahan tersebut.Awalnya ketika Sean mengatakan dia mengambil cuti untuk membantu mempersiapkan pesta pernikahan—jujur, Princes khawatir kalau kisahnya dan Sean akan berakhir seperti film di Netflix.Tapi nyatanya yang terjadi pada Princes, mempersiapkan pernikahan bersama orang dicintai menjadi pengalaman paling seru dan menarik.Karena Sean selalu mendukung keinginan Princes tapi terkadang dia juga memberikan masukan yang tidak mendapat penolakan dari Princes.Malah selisih paham terjadi antara Princes dengan ayahnya, tapi Papa Juna segera mengalah.Shamika Princes benar-benar menjadi seorang Princes yang keinginannya selalu diikuti oleh Raja dan Ratu juga semua orang.Dan hari yang dinanti-nanti oleh Princes juga Sean telah tiba.Princes dan Sean tentu menjadi orang paling bahagia
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments