PERTEMUAN KEDUA
DIAN BALLROOM, HOTEL RAFFLES JAKARTA Baby Shower putri pertama Kenzo Maverick. Sean memisahkan diri dari keluarganya, tadi ia pamit untuk mencari minuman. Sesungguhnya bukan minuman yang Sean cari tapi seorang gadis. Sean sudah belajar bahasa Indonesia selama setahun, ia sangat bertekad mendapat istri seorang wanita asli Indonesia. Ia jatuh cinta pada kecantikan wanita Indonesia setelah bertemu Jillian dan Laura meski mereka adalah blasteran. Sekedar memberitau, Jillian adalah istri dari Kenzo Maverick-adik tiri Sean dan Laura adalah ibu tiri Sean. Augusta Maverick menikahi Laura-cinta sejatinya tahun lalu. Sean ingin anak-anaknya secantik Laura dan Jillian bila nanti ia menikahi wanita Indonesia. Satu gelas minuman berada di genggaman Sean, pria itu berjalan pelan sendirian mengitari venue dengan matanya bergerilya mencari mangsa. Sean terlalu fokus menoleh ke samping sampai tidak memperhatikan keadaan di depannya. Bugh! "Yaaaah ...." Seorang gadis mengesah. Sean baru saja menabrak gadis itu dan menumpahkan minuman di bagian dadanya. "Maaf ... aku tidak sengaja," kata Sean menggunakan bahasa Indonesia, pria itu refleks mengusap dada sang gadis yang terkena tumpahan minuman dari gelas miliknya. Gadis itu mendongak, menatap Sean tajam penuh amarah dan kebencian setelah menghela kasar tangan Sean dari dadanya. Tunggu, sepertinya Sean pernah mendapat tatapan itu sebelumnya. Tapi kapan? Dan di mana? "Kamu?" Gadis itu menunjuk Sean, bola matanya seperti berapi dan tampaknya sebentar lagi mulutnya juga akan mengeluarkan api untuk menyembur Sean. Sean ingat sekarang, gadis itu adalah putri dari klien bisnisnya. Setahun lalu ia pernah menumpahkan minuman juga ke dada gadis itu. "Kam—emmmpph." Sean membekap mulut gadis itu menggunakan tangan yang merangkul pundaknya. Sean menyeret Shamika Princes ke luar Ballroom. Tubuh Princes yang jauh lebih kecil membuatnya kesulitan meronta dari kungkungan Sean yang sekarang setengah mengangkat tubuh Princes agar mereka bisa secepatnya berada di luar sebelum tuan Folke melihat mereka. Apa yang harus Sean katakan kepada klien bisnisnya kali ini? Dua kali sudah ia menumpahkan minuman di gaun putri beliau. "kamu mau ngapain?" bentak Princes ketika mereka sudah berada di luar Ballroom. "Aku minta maaf, tolong jangan marah apalagi mengadu kepada tuan Folke ... aku benar-benar tidak sengaja." Sean memohon dan baru Princes sadari kalau pria bule itu fasih berbahasa Indonesia. "Dua kali kamu menumpahkan minuman di dadaku." Princes mengangkat dua jarinya, menatap nyalang Sean yang terlihat cemas, terus-terusan melihat ke belakang. Sean berpikir kalau tuan Folke bersama Princes datang ke pesta ini. Dan ia ingin tahu kenapa kliennya itu bisa berada di pesta ini. "Aku akan ganti ... aku lihat di loby hotel ini ada butik, ayo aku antar kamu ke sana." Princes melirik arloji di tangannya, pesta sebentar lagi akan berakhir tapi ia juga tidak mungkin menggunakan gaun berlumur minuman apalagi warnanya merah sangat kontras dengan gaunnya yang berwarna broken white. "Ya udah ... sana duluan jalan!" seru Princes ketus. "Oke ... aku akan jalan duluan." Sean melangkah lebih dulu diikuti Princes tapi tiba-tiba berhenti sehingga Princes menabrak punggungnya. "Kenapa berhenti?" Princes mengerang, matanya melotot, kedua tangannya terkepal di sisi tubuh. Gadis cantik itu seakan ingin menelan Sean hidup-hidup. "Aku minta maaf lagi, dan ini ...." Sean membuka jasnya lalu menutupi bagian dada Princes. Tangan Princes yang tadi mengusap bagian kening kini beralih menarik jas Sean yang nyaris melorot. Sean menggantikan tangan Princes, mengusap keningnya. "Sakit? Maaf lagi ya?" Sean meringis. Pria itu mencondongkan kepalanya mendekati wajah Princes. Princes terlalu lambat menghindar hingga ia merasakan sebuah tiupan di kening. Gadis itu pun membeku sesaat. "Ayo ...," kata Sean menarik tangan Princes. Jantungnya berdetak kencang, Princess jadi bingung karena debaran ini rasanya bukan diakibatkan oleh kesal melainkan ada sebuah perasaan asing yang ia sendiri tidak tahu apa namanya. Yang pasti mampu meredam segala amarahnya kepada Sean. "Kamu ... kenapa bisa ada di pesta Kenzo?" Sean akhirnya bertanya setelah melihat Princes lebih tenang karena sedang memilih gaun baru. "Kamu sendiri kenapa ada di pesta pak Kenzo?" Princes malah balik bertanya, matanya fokus memindai setiap gaun yang digantung rapih seiring kakinya yang terus melangkah pelan menyusuri lorong demi lorong. "Kenzo adikku ...." Princes langsung berbalik menatap Sean dengan kerutan di kening. "Dia anak dari ayahku tapi beda ibu." Sean menjelaskan. Princes hanya menanggapi dengan membentuk mulutnya seperti huruf O. Memutar tubuhnya dan kembali memilih gaun. "Hey ... kamu belum menjawab pertanyaanku, kenapa bisa diundang di pesta ini?" "Aku menemani sepupuku ... pura-pura jadi kekasihnya karena mantan tunangannya juga diundang ke pesta ini." Princes menjawab santai, masih sibuk memilih gaun. "Jadi, tuan Folke tidak di sini?" "Enggak ... papa di Jerman ... aku lagi liburan di sini." "Syukurlaaaah, dan tolong jangan beritau papamu." Sean memohon. "Jangan beritau yang mana? Yang menumpahkan minuman atau memegang dadaku?" Princes bersarkasme. "Sekali lagi aku minta maaf atas dua-duanya dan tolong jangan beritau papamu dua hal itu." "Hem." Princes merotasi bola mata. "Aku mau yang ini ...." Princes mengangkat satu gaun di tangan kanannya. "Tapi aku juga suka yang ini." Princes mengangkat gaun lain di tangan kirinya. "Tapi yang dipakai manekin itu juga bagus." Princes mengendik ke arah manekin membuat Sean ikut menoleh ke sana. "Aku bingung pilih yang mana." Princes mengerutkan wajahnya. Sean yang sudah mengembalikan tatapan pada Princes mendapati mata indah gadis itu seolah berkata 'aku ingin ketiganya'. Pria itu pun menghela napas. "Ambillah ketiganya." "Yeaaaay, Terimakasih ... aku tidak akan mengatakannya kepada papa tapi aku ingin sepatu heels itu ... itu dan itu juga dan tas itu ... aku belum punya yang warna navy." Princes menunjuk tiga heels sekaligus dan tas produksi dalam Negri yang terkenal hingga manca negara dan sudah tentu harganya juga fantastis. "Hey ... kamu mau merapokku atau apa?" Princes tersenyum sangat manis lalu melengos meminta pelayan membungkus belanjaannya dan memberi tahu kasir agar memberikan tagihannya kepada Sean. "Hey ... emmm ...." Sean mengejar Princes yang sudah keluar dari butik dengan pakaian baru dan tangan penuh paperbag. Sean lupa nama gadis itu. "Nona Folke." Akhirnya Sean memanggil Princes menggunakan marga sang gadis. "Apa?" Princes hanya menoleh sekilas tanpa menghentikan langkahnya. Sangat tidak tahu diri sekali padahal sebanyak puluhan juta Sean menghabiskan uangnya untuk Princess. "Bagaimana aku harus memanggilmu?" "Kamu baru saja memanggilku." "Tunggu sebentar." Sean mencekal tangan Princes. Princes akhirnya menghentikan langkah. "Siapa namamu?" Sean bertanya lagi. "Untuk apa? Kamu hanya klien papa dan kita tidak akan bertemu lagi." Princes menghela tangan Sean. "Semoga kita tidak bertemu lagi." Princes melangkah cepat memasuki sebuah lift yang pintunya terbuka. "Hey ... tunggu!" Sean tidak berhasil menyusul, pintu lift telah tertutup membawa Princes entah ke mana karena Sean yakin gadis itu tidak akan kembali ke Ballroom. Di dalam lift, Princes tersenyum sendiri. "Sekali ... dua kali bisa dikatakan kebetulan tapi kalau sampai terjadi tiga kali, itu berarti takdir dan berarti kamu jodohku." Princes bergumam bersama sisa senyum di bibirnya.Sean akhirnya pergi ke Bar, cukup jauh dari resort tempatnya menginap. Sekitar satu jam perjalanan dengan kecepatan maksimum. Sean meminta driver yang disewanya untuk ikut turun menemani tapi pria itu menolak, akhirnya Sean masuk sendirian. Kalau bukan karena Daisy sedang mengandung—ia akan memaksa Max menghabiskan malam bersamanya di Bar dan karena Max tidak bisa ikut, Keith jadi ikut-ikutan tidak mau ikut. "Dasar pria-pria budak cinta." Sean mengumpati kedua kakaknya. Biasanya Mommy Jeniffer bersedia menemaninya tapi beliau sudah tidur semenjak matahari terbenam. Tapi tidak lucu bila ia pergi ke Bar untuk mencari wanita ditemani Mommy. Sean masuk ke dalam Bar yang direkomendasikan petugas resort dan ternyata cukup bagus. Bukan Bar biasa melainkan Bar khusus orang-orang berkantung tebal. Matanya mengedar ke penjuru Bar dan harus mendapati kekecewaan karena kebanyakan pengunjung adalah warga Negara Asing sama seperti dirinya. Sean baru menyadari kalau ia salah masu
"Emm ... kayanya sih, boleh ... ayo." Princes turun dari stool diikuti Sean yang begitu antusias dengan ajakannya.Sean yang berjalan di belakang Princes menyeringai, berjanji di dalam hati harus mendapatkan Kanaya.Di meja itu ternyata bukan hanya ada Kanaya dan Princes tapi ada seorang gadis yang mirip dengan Kanaya."Sean ... ini Kanaya dan itu kembarannya Kaluna, yang di samping Kaluna itu Brian-kekasihnya dan ini Zyandru ... mereka semua sepupu aku ... kecuali Brian." Princes mengenalkan para sepupunya pada Sean.Sean mengulurkan tangannya menyalami para sepupu Princes di mulai dari Kanaya."Tadi kami sudah berkenalan, tapi baru sekarang resmi berkenalannya," celetuk Sean seraya menggerakan tangan yang sedang bertaut dengan tangan Kanaya. Sean sengaja menahan sebentar tangan Kanaya ketika hendak menariknya membuat Kanaya mendongak dan netra mereka bertemu."Sean ini klien bisnisnya papa di New York," sambung Princes memberitau siapa Sean.Suara Princes menarik Sean dari dalamny
Princes menatap dirinya di cermin wastafel sambil mencuci tangan yang sebenarnya tidak kotor.Wajah cantik Princes memberengut, kesal pada diri sendiri yang nyaris tidak bisa mengendalikan diri.Princes menarik napas kemudian mengeluarkan perlahan."Jangan malu-maluin donk ... ini tuh bukan pertama kali kamu suka sama cowok, kan!" Princes bicara pada cermin di depannya.Menarik napas lagi lalu mengeluarkan perlahan, Princes pun mengayun langkah keluar dari toilet.Ia berharap permainan truth and dare sialan itu tidak dimainkan lagi.Dan harapan Princes terkabul, saat ini Kaluna bersama Brian tengah mengambil alih acara live music.Beruntung Kaluna memiliki suara yang merdu begitu juga Brian, para pengunjung sekarang memfokuskan perhatian ke arah panggung kecil di mana Kaluna dan Brian bersama band sedang menyanyikan sebuah lagu yang sedang hits saat ini sehingga kebanyakan dari mereka ikut menyanyi.Mungkin dari banyaknya pengunjung, hanya Sean yang tidak benar-benar fokus menikmati p
Keesokan paginya, Sean menyempatkan untuk sarapan pagi bersama kakak beserta kakak ipar dan sang Mommy tercinta. Mereka duduk di satu meja bulat dan besar. "Aku tidak suka bawang, Max ... kamu yang makan bawangnya."Daisy yang semenjak mengandung semakin manja tidak pernah bisa membuat hidup Max tenang.Dan tanpa membantah—Max pasti akan mengabulkan permintaan Daisy atau mengikuti perintahnya dan mewujudkan keinginannya."Kamu mau orange juice?" Keith bertanya sebelum beranjak dari kursinya."Boleh." Audrey menjawab. "Dan tolong bawakan salad lagi," tambahnya kemudian dan mendapat anggukan dari Keith sebelum meninggalkan meja.Perlu diketahui, dua kakak Sean yaitu Keith dan Max menikah dengan istri mereka berdasarkan perjodohan.Awalnya Max menolak keras perjodohan tersebut tapi sekarang bucinnya setengah mati kepada Daisy- istrinya.Berbeda halnya dengan Keith yang memang tidak pernah menolak perintah daddy tapi Sean tahu kalau Keith berusaha keras mencintai Audrey dan begitu juga
Sean Ganteng : Hallo 👋Princes mengerjap, nyaris menjatuhkan ponsel yang sedari tadi ia pandangi saat ternyata tiba-tiba Sean mengirim pesan dan langsung terbaca olehnya.Apakah nanti pria itu akan berpikir kalau Princes sedang online sambil membuka ruang pesan dengan Sean tapi tidak mengirim pesan apapun.Maka, buru-buru Princes mengetik sesuatu di sana.Princes : Aku baru mau chat kamu.Sean Ganteng : Jadi, kita satu hati?Princes mendekap ponsel di dada, pipinya seketika merona.Princes : Kami pulang hari ini, aku sedang berada di Bandara.Princes mencoba mengalihkan pertanyaan Sean tadi yang telah membuatnya baper.Sean Ganteng : Sendiri?Princes : Sama yang lain donk.Sean Ganteng : Oh ya? 🤔Padahal Sean tidak mengatakan kalau ia tidak mempercayai ucapan Princes tapi Princes merasa perlu meyakinkan Sean bila ucapannya benar."Kak ... ayo kita selfie," ajak Princes seraya mengangkat ponselnya.Kanaya yang berada di samping Princes langsung tersenyum tipis pada kamera.Tentu Kana
Zyandru seumuran dengan Princes, dia tahu kalau Princes tidak akan percaya apapun nasihatnya jadi menurut cowok itu lebih baik menjodoh-jodohkan Sean dengan Princes saja sekalian.Princes memelototkan mata tapi bibirnya tersenyum kepada Zyandru."Jangan pulang pagi ya Princes." Kaluna berpesan sambil tersenyum penuh makna.Mungkin Kaluna menduga kalau Sean sedang melakukan pendekatan dengan Princes dan Princes juga sebenarnya sudah menyukai Sean.Princes pun balas memberikan senyum teramat manis kepada Kaluna, di luar kebiasaannya karena Princes bukan lah gadis anggun.Meski anak pertama dan memiliki dua adik laki-laki, tapi Princes adalah anak gadis satu-satunya di keluarga Folke yang begitu dimanja oleh sang Papa-Arjuna Bernard Folke.Zyandru sudah berlalu lebih dulu diikuti Kaluna juga Brian meninggalkan Princes yang kemudian menjadi canggung salah tingkah sementara Sean yang sedang berusaha menutupi kecewanya.
"Kenapa tidak membalas pesanku?" Pria tampan di samping Kanaya bertanya."Oh maaf ... aku sibuk." Kanaya menjawab santai.Pria tampan teman dekat Kanaya mengerutkan kening, menyempatkan menoleh sekilas untuk melihat wajah Kanaya."Sibuk apa?" Pria itu bertanya lagi kemudian mengembalikan tatap ke depan karena ia sedang mengemudi."Liburan." Kanaya menjawab tanpa dosa.Sudah pria itu duga kalau Kanaya akan menjawab demikian.Pria itu mendengus kesal."Dua minggu sama sekali tidak ada kabar darimu, kamu membuat aku nyaris gila." Kanaya menghadapkan wajah pada pria di sampingnya, kepalanya miring mengamati pria itu baik-baik."Apa?" Pria itu bertanya maksud dari tindakan Kanaya menatapnya begitu intens."Aku tidak melihat tanda-tanda awal sakit jiwa di diri kamu ... kamu bercukur, sepertinya juga kamu mandi sebelum bertemu denganku dan pakaianmu rapi ... tidak Dean, kamu tidak gila." Kanaya memberitahu hasil penelitiannya.Dean berdecak lidah kesal disertai rotasi mata jengah."Bukan it
Princes masuk dari pintu yang dibuka Zyandru.Kakak sepupunya itu ternyata sudah pulang."Hai Sean." Zyandru menyapa, suaranya masih bisa terdengar oleh Princes yang kini tengah menaiki anak tangga.Princes menempati salah satu kamar di lantai dua dan karena hatinya sedang terluka jadi ia hanya ingin merebahkan dirinya di atas ranjang saja sekarang."Hai ...." Sean balas menyapa lalu berpelukan secara masculin dengan Zyandru."Princes kenapa?" Zyandru bertanya pada Sean karena tadi melihat wajah Princes memberengut."Katanya dia enggak enak badan ... mau aku bawa ke dokter tapi enggak mau ... mungkin kecapean abis liburan kemarin," tutur Sean menjelaskan.Kini ia sudah berada di ruang televisi mengikuti langkah Zyandru.Cowok itu mengangguk mengerti."Sebentar, aku ambilkan minum." Zyandru pergi ke dapur dan kembali dengan dua kaleng minuman di tangannya."Sepi." Sean berujar ketika Zyandru memberikan minuman kaleng padanya.Maksudnya Sean ingin menanyakan keberadaan Kanaya."Kaluna p
Princes masuk dari pintu yang dibuka Zyandru.Kakak sepupunya itu ternyata sudah pulang."Hai Sean." Zyandru menyapa, suaranya masih bisa terdengar oleh Princes yang kini tengah menaiki anak tangga.Princes menempati salah satu kamar di lantai dua dan karena hatinya sedang terluka jadi ia hanya ingin merebahkan dirinya di atas ranjang saja sekarang."Hai ...." Sean balas menyapa lalu berpelukan secara masculin dengan Zyandru."Princes kenapa?" Zyandru bertanya pada Sean karena tadi melihat wajah Princes memberengut."Katanya dia enggak enak badan ... mau aku bawa ke dokter tapi enggak mau ... mungkin kecapean abis liburan kemarin," tutur Sean menjelaskan.Kini ia sudah berada di ruang televisi mengikuti langkah Zyandru.Cowok itu mengangguk mengerti."Sebentar, aku ambilkan minum." Zyandru pergi ke dapur dan kembali dengan dua kaleng minuman di tangannya."Sepi." Sean berujar ketika Zyandru memberikan minuman kaleng padanya.Maksudnya Sean ingin menanyakan keberadaan Kanaya."Kaluna p
"Kenapa tidak membalas pesanku?" Pria tampan di samping Kanaya bertanya."Oh maaf ... aku sibuk." Kanaya menjawab santai.Pria tampan teman dekat Kanaya mengerutkan kening, menyempatkan menoleh sekilas untuk melihat wajah Kanaya."Sibuk apa?" Pria itu bertanya lagi kemudian mengembalikan tatap ke depan karena ia sedang mengemudi."Liburan." Kanaya menjawab tanpa dosa.Sudah pria itu duga kalau Kanaya akan menjawab demikian.Pria itu mendengus kesal."Dua minggu sama sekali tidak ada kabar darimu, kamu membuat aku nyaris gila." Kanaya menghadapkan wajah pada pria di sampingnya, kepalanya miring mengamati pria itu baik-baik."Apa?" Pria itu bertanya maksud dari tindakan Kanaya menatapnya begitu intens."Aku tidak melihat tanda-tanda awal sakit jiwa di diri kamu ... kamu bercukur, sepertinya juga kamu mandi sebelum bertemu denganku dan pakaianmu rapi ... tidak Dean, kamu tidak gila." Kanaya memberitahu hasil penelitiannya.Dean berdecak lidah kesal disertai rotasi mata jengah."Bukan it
Zyandru seumuran dengan Princes, dia tahu kalau Princes tidak akan percaya apapun nasihatnya jadi menurut cowok itu lebih baik menjodoh-jodohkan Sean dengan Princes saja sekalian.Princes memelototkan mata tapi bibirnya tersenyum kepada Zyandru."Jangan pulang pagi ya Princes." Kaluna berpesan sambil tersenyum penuh makna.Mungkin Kaluna menduga kalau Sean sedang melakukan pendekatan dengan Princes dan Princes juga sebenarnya sudah menyukai Sean.Princes pun balas memberikan senyum teramat manis kepada Kaluna, di luar kebiasaannya karena Princes bukan lah gadis anggun.Meski anak pertama dan memiliki dua adik laki-laki, tapi Princes adalah anak gadis satu-satunya di keluarga Folke yang begitu dimanja oleh sang Papa-Arjuna Bernard Folke.Zyandru sudah berlalu lebih dulu diikuti Kaluna juga Brian meninggalkan Princes yang kemudian menjadi canggung salah tingkah sementara Sean yang sedang berusaha menutupi kecewanya.
Sean Ganteng : Hallo 👋Princes mengerjap, nyaris menjatuhkan ponsel yang sedari tadi ia pandangi saat ternyata tiba-tiba Sean mengirim pesan dan langsung terbaca olehnya.Apakah nanti pria itu akan berpikir kalau Princes sedang online sambil membuka ruang pesan dengan Sean tapi tidak mengirim pesan apapun.Maka, buru-buru Princes mengetik sesuatu di sana.Princes : Aku baru mau chat kamu.Sean Ganteng : Jadi, kita satu hati?Princes mendekap ponsel di dada, pipinya seketika merona.Princes : Kami pulang hari ini, aku sedang berada di Bandara.Princes mencoba mengalihkan pertanyaan Sean tadi yang telah membuatnya baper.Sean Ganteng : Sendiri?Princes : Sama yang lain donk.Sean Ganteng : Oh ya? 🤔Padahal Sean tidak mengatakan kalau ia tidak mempercayai ucapan Princes tapi Princes merasa perlu meyakinkan Sean bila ucapannya benar."Kak ... ayo kita selfie," ajak Princes seraya mengangkat ponselnya.Kanaya yang berada di samping Princes langsung tersenyum tipis pada kamera.Tentu Kana
Keesokan paginya, Sean menyempatkan untuk sarapan pagi bersama kakak beserta kakak ipar dan sang Mommy tercinta. Mereka duduk di satu meja bulat dan besar. "Aku tidak suka bawang, Max ... kamu yang makan bawangnya."Daisy yang semenjak mengandung semakin manja tidak pernah bisa membuat hidup Max tenang.Dan tanpa membantah—Max pasti akan mengabulkan permintaan Daisy atau mengikuti perintahnya dan mewujudkan keinginannya."Kamu mau orange juice?" Keith bertanya sebelum beranjak dari kursinya."Boleh." Audrey menjawab. "Dan tolong bawakan salad lagi," tambahnya kemudian dan mendapat anggukan dari Keith sebelum meninggalkan meja.Perlu diketahui, dua kakak Sean yaitu Keith dan Max menikah dengan istri mereka berdasarkan perjodohan.Awalnya Max menolak keras perjodohan tersebut tapi sekarang bucinnya setengah mati kepada Daisy- istrinya.Berbeda halnya dengan Keith yang memang tidak pernah menolak perintah daddy tapi Sean tahu kalau Keith berusaha keras mencintai Audrey dan begitu juga
Princes menatap dirinya di cermin wastafel sambil mencuci tangan yang sebenarnya tidak kotor.Wajah cantik Princes memberengut, kesal pada diri sendiri yang nyaris tidak bisa mengendalikan diri.Princes menarik napas kemudian mengeluarkan perlahan."Jangan malu-maluin donk ... ini tuh bukan pertama kali kamu suka sama cowok, kan!" Princes bicara pada cermin di depannya.Menarik napas lagi lalu mengeluarkan perlahan, Princes pun mengayun langkah keluar dari toilet.Ia berharap permainan truth and dare sialan itu tidak dimainkan lagi.Dan harapan Princes terkabul, saat ini Kaluna bersama Brian tengah mengambil alih acara live music.Beruntung Kaluna memiliki suara yang merdu begitu juga Brian, para pengunjung sekarang memfokuskan perhatian ke arah panggung kecil di mana Kaluna dan Brian bersama band sedang menyanyikan sebuah lagu yang sedang hits saat ini sehingga kebanyakan dari mereka ikut menyanyi.Mungkin dari banyaknya pengunjung, hanya Sean yang tidak benar-benar fokus menikmati p
"Emm ... kayanya sih, boleh ... ayo." Princes turun dari stool diikuti Sean yang begitu antusias dengan ajakannya.Sean yang berjalan di belakang Princes menyeringai, berjanji di dalam hati harus mendapatkan Kanaya.Di meja itu ternyata bukan hanya ada Kanaya dan Princes tapi ada seorang gadis yang mirip dengan Kanaya."Sean ... ini Kanaya dan itu kembarannya Kaluna, yang di samping Kaluna itu Brian-kekasihnya dan ini Zyandru ... mereka semua sepupu aku ... kecuali Brian." Princes mengenalkan para sepupunya pada Sean.Sean mengulurkan tangannya menyalami para sepupu Princes di mulai dari Kanaya."Tadi kami sudah berkenalan, tapi baru sekarang resmi berkenalannya," celetuk Sean seraya menggerakan tangan yang sedang bertaut dengan tangan Kanaya. Sean sengaja menahan sebentar tangan Kanaya ketika hendak menariknya membuat Kanaya mendongak dan netra mereka bertemu."Sean ini klien bisnisnya papa di New York," sambung Princes memberitau siapa Sean.Suara Princes menarik Sean dari dalamny
Sean akhirnya pergi ke Bar, cukup jauh dari resort tempatnya menginap. Sekitar satu jam perjalanan dengan kecepatan maksimum. Sean meminta driver yang disewanya untuk ikut turun menemani tapi pria itu menolak, akhirnya Sean masuk sendirian. Kalau bukan karena Daisy sedang mengandung—ia akan memaksa Max menghabiskan malam bersamanya di Bar dan karena Max tidak bisa ikut, Keith jadi ikut-ikutan tidak mau ikut. "Dasar pria-pria budak cinta." Sean mengumpati kedua kakaknya. Biasanya Mommy Jeniffer bersedia menemaninya tapi beliau sudah tidur semenjak matahari terbenam. Tapi tidak lucu bila ia pergi ke Bar untuk mencari wanita ditemani Mommy. Sean masuk ke dalam Bar yang direkomendasikan petugas resort dan ternyata cukup bagus. Bukan Bar biasa melainkan Bar khusus orang-orang berkantung tebal. Matanya mengedar ke penjuru Bar dan harus mendapati kekecewaan karena kebanyakan pengunjung adalah warga Negara Asing sama seperti dirinya. Sean baru menyadari kalau ia salah masu
PERTEMUAN KEDUA DIAN BALLROOM, HOTEL RAFFLES JAKARTABaby Shower putri pertama Kenzo Maverick.Sean memisahkan diri dari keluarganya, tadi ia pamit untuk mencari minuman.Sesungguhnya bukan minuman yang Sean cari tapi seorang gadis.Sean sudah belajar bahasa Indonesia selama setahun, ia sangat bertekad mendapat istri seorang wanita asli Indonesia.Ia jatuh cinta pada kecantikan wanita Indonesia setelah bertemu Jillian dan Laura meski mereka adalah blasteran.Sekedar memberitau, Jillian adalah istri dari Kenzo Maverick-adik tiri Sean dan Laura adalah ibu tiri Sean.Augusta Maverick menikahi Laura-cinta sejatinya tahun lalu.Sean ingin anak-anaknya secantik Laura dan Jillian bila nanti ia menikahi wanita Indonesia. Satu gelas minuman berada di genggaman Sean, pria itu berjalan pelan sendirian mengitari venue dengan matanya bergerilya mencari mangsa.Sean terlalu fokus menoleh ke samping sampai tidak memperhatikan keadaan di depannya.Bugh!"Yaaaah ...." Seorang gadis mengesah.Sean ba