PERTEMUAN PERTAMA
PERPUSTAKAAN UMUM NEWYORK Pesta pernikahan Keith Maverick dan Audrey Jackson. Lidah Sean Maverick berdecak, menatap malas layar ponselnya yang berkedip menunjukkan foto seorang gadis cantik bernama Britney. Terhitung sudah panggilan ke sepuluh yang gadis itu lakukan tapi Sean masih malas menjawab panggilan sang gadis. Britney adalah anak dari klien Augusta Maverick-sang ayah yang tergila-gila padanya. Beruntung gadis itu masih duduk di bangku sekolah menengah atas sehingga Charles Jhon-ayah Britney tidak mungkin menjodohkan sang putri dengan Sean. Tinggal menunggu waktu sampai Augusta Maverick dan Charles Jhon menjodohkan Sean dengan Britney. Sean akan bernasib sama seperti Keith-sang kakak yang menikah karena perjodohan. Tapi beruntung bagi Keith dijodohkan dengan gadis cantik seorang Pengacara yang memiliki pembawaan kalem, anggun dan elegan tidak seperti Britney yang tingkahnya selalu membuat Sean sakit kepala. Meski cantik tapi Britney bukan tipe gadis yang disukai Sean dan ia akan menolak perjodohan dengan Britney bagaimanapun caranya. Sean menyelinap ke pojok Ballroom, ada sebuah stand minuman dan ia memilih menikmati pesta pernikahan Keith dan Audrey dari situ. Netranya tanpa sengaja menangkap sosok Britney yang sedang celingukan mencarinya. Tentu saja dia diundang ke pesta pernikahan sang kakak karena Charles Jhon-daddynya Britney adalah klien besar di perusahaan Augusta Maverick. Sean refleks bangkit dari kursi, mengendap-ngendap keluar menuju pintu samping yang bisa mengantarkannya ke sebuah taman besar. Ia akan bersembunyi sementara waktu di sana hingga Britney dan kedua orang tuanya pulang. Sean melangkah panjang dan cepat menyusuri bagian sisi ruangan dengan sesekali menoleh ke belakang memastikan pelariannya ini tidak ketahui Britney. Bugh! Sean menabrak sesuatu karena tidak fokus malah terus melihat ke belakang saat berjalan. "Ups!" seru seorang gadis, gaun bagian dadanya tersiram minuman dari gelas yang ia pegang karena Sean menabraknya. "Sorry!" Sean berbisik, ia panik sampai mengusap dada sang gadis bermaksud menghilangkan noda. "Cukup!" sentak suara gadis yang matanya menyalang itu dengan lantang membuat Sean semakin panik dan menutup mulut sang gadis dengan telapak tangannya. "Jangan berisik!" Sean berbisik, menoleh ke belakang untuk mencari tahu apakah suara gadis mungil itu mendapat perhatian dari para tamu undangan dan Britney. "Ikut aku," kata Sean seraya menarik tangan sang gadis melewati pintu setelah memastikan situasi aman dan Britney masih celingukan di sisi lain ruangan mencarinya. "Dengar ... aku minta maaf, aku tidak sengaja." Sean memegang lengan gadis yang masih menunjukkan ekspresi berang. "Maaf untuk yang mana? Yang menabrakku hingga gaun aku hancur seperti ini atau karena telah menyentuh dadaku?" Kalimat pertanyaan dalam bentuk sindiran itu membuat Sean menaikkan kedua alisnya bingung. Butuh waktu tiga detik hingga ia sadar jika tadi telah lancang menyentuh dada bagian atas gadis itu karena panik. Sean memijat pelipisnya bersama pejaman mata erat. "Aku minta maaf untuk dua-duanya ... aku tidak sengaja." "Sean!" panggil Britney dari belakang pintu. Sontak Sean menarik tangan gadis itu untuk bersembunyi di balik pilar. Jantungnya berdetak kencang tidak karuan, tanpa sadar untuk yang kedua kali telah berbuat lancang dengan mendekap tubuh gadis yang ketumpahan minuman itu agar Britney tidak menemukan mereka. Mata sang gadis membulat, kedua tangannya terkepal di depan dada Sean lalu memberikan dorongan tapi Sean menahannya. "Sssttt!" desis Sean, menatap sang gadis penuh peringatan. "Seaaan, kamu di mana?" Britney mendesah panjang. Sementara gadis yang sedang Sean peluk itu tenggelam di dada Sean yang bidang. Tidak bisa bergerak karena Sean menguncinya dengan pelukan. Sean melepaskan gadis itu setelah memastikan Britney masuk kembali ke dalam venue. "Sorry, sampai mana kita tadi?" Plak! Sean merasakan pipinya perih, gadis itu menamparnya. "Apa-apaan kamu?" Pria itu malah bertanya dengan ekspresi tidak terima. "Pertama ... kamu menabrakku ... menumpahkan minuman ke gaunku, kedua kamu memegang dadaku dengan sangat kurangajar dan ketiga kamu memelukku tanpa ijin." Sang gadis langsung menjawab dengan napas memburu berbalut emosi. "Aku minta maaf, aku sedang melarikan diri dari seorang gadis yang tergila-gila denganku dan aku harus memastikan dia tidak melihat kita, itu kenapa aku ... memelukmu, aku refleks ... maaf." Sean meringis, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Dasar brengsek!" umpat sang gadis sambil melengos. "Tunggu!" sergah Sean mencekal pergelangan tangan sang gadis. "Princes!" Suara berat seorang pria membuat sang gadis urung mengumpati Sean. "Papa!" Gadis bernama Shamika Princes itu bergumam saat melihat sosok papanya mendekat. "Tuan Folke?" Sean menyapa dengan nada tidak percaya karena klien di perusahaannya ternyata ayah dari gadis yang baru saja menamparnya. "Tuan Maverick!" Arjuna Bernard Folke balas menyapa. Raut wajah pria itu terlihat bingung melihat sang putri sedang berduaan bersama klien bisnisnya. "Papa kenal sama ...." Shamika Princes, putri pertama Arjuna Bernard Folke pengusaha IT dari Jerman—menunjuk Sean dan papanya bergantian dengan ekspresi tidak percaya. "Tuan Maverick ini klien bisnis Papa ...." Arjuna Folke menerangkan, tampak senyum sarat makna tercetak di wajahnya yang tampan. "Anda sudah mengenal putri saya Tuan Maverick?" Arjuna melirik tangan Sean yang sedang mencekal tangan Princes. "Ah maaf ... Tuan Folke, saya minta maaf ... tadi saya tidak sengaja menabrak putri Anda dan menumpahkan minuman ke gaunnya tapi saya akan bertanggung jawab, di sebelah gedung ini ada butik ... bagaimana kalau saya ganti gaun putri Anda dengan yang baru?" Arjuna Folke menoleh pada putrinya yang masih memberengut karena kesal. "Bagaimana Princes, kamu mau?" Arjuna Folke mengembalikan tawaran tersebut kepada Princes. Princess menatap Sean kesal. "Tentu saja dia harus bertanggung jawab, Papa." "Aku akan memilih gaun yang sangat mahal, biar kamu tahu rasa," ujar Princes di dalam hati. "Baiklah kalau begitu Tuan Folke, saya bawa putri Anda sebentar ... tenang saja, saya akan menjaganya dengan nyawa saya." Sean memang berlebihan, ia mengatakan hal tersebut hanya karena tidak enak hati mengetahui gadis yang telah ia lecehkan secara tidak sengaja dengan cara memegang dada dan memeluknya itu adalah putri klien bisnisnya. Ia harus membungkam mulut Shamika Princes agar tidak mengadu kepada papanya. Semoga saja gadis itu seperti para kekasihnya yang bisa disogok menggunakan barang- barang bermerk. Arjuna Folke tertawa kemudian mengangguk, pria yang masih tampan di usia paruh baya itu bergerak merapat ke dinding untuk memberi jalan kepada putrinya dan Sean. "Tunggu Princes ya, Pa ...." "Ya sayang." Sean kembali memegang pergelangan tangan Princess, menuntun gadis itu menuju pintu keluar lain yang penting tidak melewati venue karena mungkin Britney masih ada di sana. "Lepasin ih, enggak usah pegang-pegang juga." Princess menghela tangan Sean kasar. Princes menggunakan bahasa Indonesia, bahasa dari tanah kelahiran sang Mama-Kejora Gunadhya. Langkah Sean terhenti seketika, pria itu menoleh dramatis keningnya mengkerut dalam. "Bahasa apa itu?" "Kamu tidak akan mengerti," ketus Princes, memalingkan wajah, menarik langkah panjang melewati Sean dengan ekspresi judes. Sean merotasi matanya jengah tapi tak ayal menyusul Princes yang sudah beberapa langkah di depan.PERTEMUAN KEDUA DIAN BALLROOM, HOTEL RAFFLES JAKARTABaby Shower putri pertama Kenzo Maverick.Sean memisahkan diri dari keluarganya, tadi ia pamit untuk mencari minuman.Sesungguhnya bukan minuman yang Sean cari tapi seorang gadis.Sean sudah belajar bahasa Indonesia selama setahun, ia sangat bertekad mendapat istri seorang wanita asli Indonesia.Ia jatuh cinta pada kecantikan wanita Indonesia setelah bertemu Jillian dan Laura meski mereka adalah blasteran.Sekedar memberitau, Jillian adalah istri dari Kenzo Maverick-adik tiri Sean dan Laura adalah ibu tiri Sean.Augusta Maverick menikahi Laura-cinta sejatinya tahun lalu.Sean ingin anak-anaknya secantik Laura dan Jillian bila nanti ia menikahi wanita Indonesia. Satu gelas minuman berada di genggaman Sean, pria itu berjalan pelan sendirian mengitari venue dengan matanya bergerilya mencari mangsa.Sean terlalu fokus menoleh ke samping sampai tidak memperhatikan keadaan di depannya.Bugh!"Yaaaah ...." Seorang gadis mengesah.Sean ba
Sean akhirnya pergi ke Bar, cukup jauh dari resort tempatnya menginap. Sekitar satu jam perjalanan dengan kecepatan maksimum. Sean meminta driver yang disewanya untuk ikut turun menemani tapi pria itu menolak, akhirnya Sean masuk sendirian. Kalau bukan karena Daisy sedang mengandung—ia akan memaksa Max menghabiskan malam bersamanya di Bar dan karena Max tidak bisa ikut, Keith jadi ikut-ikutan tidak mau ikut. "Dasar pria-pria budak cinta." Sean mengumpati kedua kakaknya. Biasanya Mommy Jeniffer bersedia menemaninya tapi beliau sudah tidur semenjak matahari terbenam. Tapi tidak lucu bila ia pergi ke Bar untuk mencari wanita ditemani Mommy. Sean masuk ke dalam Bar yang direkomendasikan petugas resort dan ternyata cukup bagus. Bukan Bar biasa melainkan Bar khusus orang-orang berkantung tebal. Matanya mengedar ke penjuru Bar dan harus mendapati kekecewaan karena kebanyakan pengunjung adalah warga Negara Asing sama seperti dirinya. Sean baru menyadari kalau ia salah masu
"Emm ... kayanya sih, boleh ... ayo." Princes turun dari stool diikuti Sean yang begitu antusias dengan ajakannya.Sean yang berjalan di belakang Princes menyeringai, berjanji di dalam hati harus mendapatkan Kanaya.Di meja itu ternyata bukan hanya ada Kanaya dan Princes tapi ada seorang gadis yang mirip dengan Kanaya."Sean ... ini Kanaya dan itu kembarannya Kaluna, yang di samping Kaluna itu Brian-kekasihnya dan ini Zyandru ... mereka semua sepupu aku ... kecuali Brian." Princes mengenalkan para sepupunya pada Sean.Sean mengulurkan tangannya menyalami para sepupu Princes di mulai dari Kanaya."Tadi kami sudah berkenalan, tapi baru sekarang resmi berkenalannya," celetuk Sean seraya menggerakan tangan yang sedang bertaut dengan tangan Kanaya. Sean sengaja menahan sebentar tangan Kanaya ketika hendak menariknya membuat Kanaya mendongak dan netra mereka bertemu."Sean ini klien bisnisnya papa di New York," sambung Princes memberitau siapa Sean.Suara Princes menarik Sean dari dalamny
Princes menatap dirinya di cermin wastafel sambil mencuci tangan yang sebenarnya tidak kotor.Wajah cantik Princes memberengut, kesal pada diri sendiri yang nyaris tidak bisa mengendalikan diri.Princes menarik napas kemudian mengeluarkan perlahan."Jangan malu-maluin donk ... ini tuh bukan pertama kali kamu suka sama cowok, kan!" Princes bicara pada cermin di depannya.Menarik napas lagi lalu mengeluarkan perlahan, Princes pun mengayun langkah keluar dari toilet.Ia berharap permainan truth and dare sialan itu tidak dimainkan lagi.Dan harapan Princes terkabul, saat ini Kaluna bersama Brian tengah mengambil alih acara live music.Beruntung Kaluna memiliki suara yang merdu begitu juga Brian, para pengunjung sekarang memfokuskan perhatian ke arah panggung kecil di mana Kaluna dan Brian bersama band sedang menyanyikan sebuah lagu yang sedang hits saat ini sehingga kebanyakan dari mereka ikut menyanyi.Mungkin dari banyaknya pengunjung, hanya Sean yang tidak benar-benar fokus menikmati p
Keesokan paginya, Sean menyempatkan untuk sarapan pagi bersama kakak beserta kakak ipar dan sang Mommy tercinta. Mereka duduk di satu meja bulat dan besar. "Aku tidak suka bawang, Max ... kamu yang makan bawangnya."Daisy yang semenjak mengandung semakin manja tidak pernah bisa membuat hidup Max tenang.Dan tanpa membantah—Max pasti akan mengabulkan permintaan Daisy atau mengikuti perintahnya dan mewujudkan keinginannya."Kamu mau orange juice?" Keith bertanya sebelum beranjak dari kursinya."Boleh." Audrey menjawab. "Dan tolong bawakan salad lagi," tambahnya kemudian dan mendapat anggukan dari Keith sebelum meninggalkan meja.Perlu diketahui, dua kakak Sean yaitu Keith dan Max menikah dengan istri mereka berdasarkan perjodohan.Awalnya Max menolak keras perjodohan tersebut tapi sekarang bucinnya setengah mati kepada Daisy- istrinya.Berbeda halnya dengan Keith yang memang tidak pernah menolak perintah daddy tapi Sean tahu kalau Keith berusaha keras mencintai Audrey dan begitu juga
Sean Ganteng : Hallo 👋Princes mengerjap, nyaris menjatuhkan ponsel yang sedari tadi ia pandangi saat ternyata tiba-tiba Sean mengirim pesan dan langsung terbaca olehnya.Apakah nanti pria itu akan berpikir kalau Princes sedang online sambil membuka ruang pesan dengan Sean tapi tidak mengirim pesan apapun.Maka, buru-buru Princes mengetik sesuatu di sana.Princes : Aku baru mau chat kamu.Sean Ganteng : Jadi, kita satu hati?Princes mendekap ponsel di dada, pipinya seketika merona.Princes : Kami pulang hari ini, aku sedang berada di Bandara.Princes mencoba mengalihkan pertanyaan Sean tadi yang telah membuatnya baper.Sean Ganteng : Sendiri?Princes : Sama yang lain donk.Sean Ganteng : Oh ya? 🤔Padahal Sean tidak mengatakan kalau ia tidak mempercayai ucapan Princes tapi Princes merasa perlu meyakinkan Sean bila ucapannya benar."Kak ... ayo kita selfie," ajak Princes seraya mengangkat ponselnya.Kanaya yang berada di samping Princes langsung tersenyum tipis pada kamera.Tentu Kana
Zyandru seumuran dengan Princes, dia tahu kalau Princes tidak akan percaya apapun nasihatnya jadi menurut cowok itu lebih baik menjodoh-jodohkan Sean dengan Princes saja sekalian.Princes memelototkan mata tapi bibirnya tersenyum kepada Zyandru."Jangan pulang pagi ya Princes." Kaluna berpesan sambil tersenyum penuh makna.Mungkin Kaluna menduga kalau Sean sedang melakukan pendekatan dengan Princes dan Princes juga sebenarnya sudah menyukai Sean.Princes pun balas memberikan senyum teramat manis kepada Kaluna, di luar kebiasaannya karena Princes bukan lah gadis anggun.Meski anak pertama dan memiliki dua adik laki-laki, tapi Princes adalah anak gadis satu-satunya di keluarga Folke yang begitu dimanja oleh sang Papa-Arjuna Bernard Folke.Zyandru sudah berlalu lebih dulu diikuti Kaluna juga Brian meninggalkan Princes yang kemudian menjadi canggung salah tingkah sementara Sean yang sedang berusaha menutupi kecewanya.
"Kenapa tidak membalas pesanku?" Pria tampan di samping Kanaya bertanya."Oh maaf ... aku sibuk." Kanaya menjawab santai.Pria tampan teman dekat Kanaya mengerutkan kening, menyempatkan menoleh sekilas untuk melihat wajah Kanaya."Sibuk apa?" Pria itu bertanya lagi kemudian mengembalikan tatap ke depan karena ia sedang mengemudi."Liburan." Kanaya menjawab tanpa dosa.Sudah pria itu duga kalau Kanaya akan menjawab demikian.Pria itu mendengus kesal."Dua minggu sama sekali tidak ada kabar darimu, kamu membuat aku nyaris gila." Kanaya menghadapkan wajah pada pria di sampingnya, kepalanya miring mengamati pria itu baik-baik."Apa?" Pria itu bertanya maksud dari tindakan Kanaya menatapnya begitu intens."Aku tidak melihat tanda-tanda awal sakit jiwa di diri kamu ... kamu bercukur, sepertinya juga kamu mandi sebelum bertemu denganku dan pakaianmu rapi ... tidak Dean, kamu tidak gila." Kanaya memberitahu hasil penelitiannya.Dean berdecak lidah kesal disertai rotasi mata jengah."Bukan it
Princes masuk dari pintu yang dibuka Zyandru.Kakak sepupunya itu ternyata sudah pulang."Hai Sean." Zyandru menyapa, suaranya masih bisa terdengar oleh Princes yang kini tengah menaiki anak tangga.Princes menempati salah satu kamar di lantai dua dan karena hatinya sedang terluka jadi ia hanya ingin merebahkan dirinya di atas ranjang saja sekarang."Hai ...." Sean balas menyapa lalu berpelukan secara masculin dengan Zyandru."Princes kenapa?" Zyandru bertanya pada Sean karena tadi melihat wajah Princes memberengut."Katanya dia enggak enak badan ... mau aku bawa ke dokter tapi enggak mau ... mungkin kecapean abis liburan kemarin," tutur Sean menjelaskan.Kini ia sudah berada di ruang televisi mengikuti langkah Zyandru.Cowok itu mengangguk mengerti."Sebentar, aku ambilkan minum." Zyandru pergi ke dapur dan kembali dengan dua kaleng minuman di tangannya."Sepi." Sean berujar ketika Zyandru memberikan minuman kaleng padanya.Maksudnya Sean ingin menanyakan keberadaan Kanaya."Kaluna p
"Kenapa tidak membalas pesanku?" Pria tampan di samping Kanaya bertanya."Oh maaf ... aku sibuk." Kanaya menjawab santai.Pria tampan teman dekat Kanaya mengerutkan kening, menyempatkan menoleh sekilas untuk melihat wajah Kanaya."Sibuk apa?" Pria itu bertanya lagi kemudian mengembalikan tatap ke depan karena ia sedang mengemudi."Liburan." Kanaya menjawab tanpa dosa.Sudah pria itu duga kalau Kanaya akan menjawab demikian.Pria itu mendengus kesal."Dua minggu sama sekali tidak ada kabar darimu, kamu membuat aku nyaris gila." Kanaya menghadapkan wajah pada pria di sampingnya, kepalanya miring mengamati pria itu baik-baik."Apa?" Pria itu bertanya maksud dari tindakan Kanaya menatapnya begitu intens."Aku tidak melihat tanda-tanda awal sakit jiwa di diri kamu ... kamu bercukur, sepertinya juga kamu mandi sebelum bertemu denganku dan pakaianmu rapi ... tidak Dean, kamu tidak gila." Kanaya memberitahu hasil penelitiannya.Dean berdecak lidah kesal disertai rotasi mata jengah."Bukan it
Zyandru seumuran dengan Princes, dia tahu kalau Princes tidak akan percaya apapun nasihatnya jadi menurut cowok itu lebih baik menjodoh-jodohkan Sean dengan Princes saja sekalian.Princes memelototkan mata tapi bibirnya tersenyum kepada Zyandru."Jangan pulang pagi ya Princes." Kaluna berpesan sambil tersenyum penuh makna.Mungkin Kaluna menduga kalau Sean sedang melakukan pendekatan dengan Princes dan Princes juga sebenarnya sudah menyukai Sean.Princes pun balas memberikan senyum teramat manis kepada Kaluna, di luar kebiasaannya karena Princes bukan lah gadis anggun.Meski anak pertama dan memiliki dua adik laki-laki, tapi Princes adalah anak gadis satu-satunya di keluarga Folke yang begitu dimanja oleh sang Papa-Arjuna Bernard Folke.Zyandru sudah berlalu lebih dulu diikuti Kaluna juga Brian meninggalkan Princes yang kemudian menjadi canggung salah tingkah sementara Sean yang sedang berusaha menutupi kecewanya.
Sean Ganteng : Hallo 👋Princes mengerjap, nyaris menjatuhkan ponsel yang sedari tadi ia pandangi saat ternyata tiba-tiba Sean mengirim pesan dan langsung terbaca olehnya.Apakah nanti pria itu akan berpikir kalau Princes sedang online sambil membuka ruang pesan dengan Sean tapi tidak mengirim pesan apapun.Maka, buru-buru Princes mengetik sesuatu di sana.Princes : Aku baru mau chat kamu.Sean Ganteng : Jadi, kita satu hati?Princes mendekap ponsel di dada, pipinya seketika merona.Princes : Kami pulang hari ini, aku sedang berada di Bandara.Princes mencoba mengalihkan pertanyaan Sean tadi yang telah membuatnya baper.Sean Ganteng : Sendiri?Princes : Sama yang lain donk.Sean Ganteng : Oh ya? 🤔Padahal Sean tidak mengatakan kalau ia tidak mempercayai ucapan Princes tapi Princes merasa perlu meyakinkan Sean bila ucapannya benar."Kak ... ayo kita selfie," ajak Princes seraya mengangkat ponselnya.Kanaya yang berada di samping Princes langsung tersenyum tipis pada kamera.Tentu Kana
Keesokan paginya, Sean menyempatkan untuk sarapan pagi bersama kakak beserta kakak ipar dan sang Mommy tercinta. Mereka duduk di satu meja bulat dan besar. "Aku tidak suka bawang, Max ... kamu yang makan bawangnya."Daisy yang semenjak mengandung semakin manja tidak pernah bisa membuat hidup Max tenang.Dan tanpa membantah—Max pasti akan mengabulkan permintaan Daisy atau mengikuti perintahnya dan mewujudkan keinginannya."Kamu mau orange juice?" Keith bertanya sebelum beranjak dari kursinya."Boleh." Audrey menjawab. "Dan tolong bawakan salad lagi," tambahnya kemudian dan mendapat anggukan dari Keith sebelum meninggalkan meja.Perlu diketahui, dua kakak Sean yaitu Keith dan Max menikah dengan istri mereka berdasarkan perjodohan.Awalnya Max menolak keras perjodohan tersebut tapi sekarang bucinnya setengah mati kepada Daisy- istrinya.Berbeda halnya dengan Keith yang memang tidak pernah menolak perintah daddy tapi Sean tahu kalau Keith berusaha keras mencintai Audrey dan begitu juga
Princes menatap dirinya di cermin wastafel sambil mencuci tangan yang sebenarnya tidak kotor.Wajah cantik Princes memberengut, kesal pada diri sendiri yang nyaris tidak bisa mengendalikan diri.Princes menarik napas kemudian mengeluarkan perlahan."Jangan malu-maluin donk ... ini tuh bukan pertama kali kamu suka sama cowok, kan!" Princes bicara pada cermin di depannya.Menarik napas lagi lalu mengeluarkan perlahan, Princes pun mengayun langkah keluar dari toilet.Ia berharap permainan truth and dare sialan itu tidak dimainkan lagi.Dan harapan Princes terkabul, saat ini Kaluna bersama Brian tengah mengambil alih acara live music.Beruntung Kaluna memiliki suara yang merdu begitu juga Brian, para pengunjung sekarang memfokuskan perhatian ke arah panggung kecil di mana Kaluna dan Brian bersama band sedang menyanyikan sebuah lagu yang sedang hits saat ini sehingga kebanyakan dari mereka ikut menyanyi.Mungkin dari banyaknya pengunjung, hanya Sean yang tidak benar-benar fokus menikmati p
"Emm ... kayanya sih, boleh ... ayo." Princes turun dari stool diikuti Sean yang begitu antusias dengan ajakannya.Sean yang berjalan di belakang Princes menyeringai, berjanji di dalam hati harus mendapatkan Kanaya.Di meja itu ternyata bukan hanya ada Kanaya dan Princes tapi ada seorang gadis yang mirip dengan Kanaya."Sean ... ini Kanaya dan itu kembarannya Kaluna, yang di samping Kaluna itu Brian-kekasihnya dan ini Zyandru ... mereka semua sepupu aku ... kecuali Brian." Princes mengenalkan para sepupunya pada Sean.Sean mengulurkan tangannya menyalami para sepupu Princes di mulai dari Kanaya."Tadi kami sudah berkenalan, tapi baru sekarang resmi berkenalannya," celetuk Sean seraya menggerakan tangan yang sedang bertaut dengan tangan Kanaya. Sean sengaja menahan sebentar tangan Kanaya ketika hendak menariknya membuat Kanaya mendongak dan netra mereka bertemu."Sean ini klien bisnisnya papa di New York," sambung Princes memberitau siapa Sean.Suara Princes menarik Sean dari dalamny
Sean akhirnya pergi ke Bar, cukup jauh dari resort tempatnya menginap. Sekitar satu jam perjalanan dengan kecepatan maksimum. Sean meminta driver yang disewanya untuk ikut turun menemani tapi pria itu menolak, akhirnya Sean masuk sendirian. Kalau bukan karena Daisy sedang mengandung—ia akan memaksa Max menghabiskan malam bersamanya di Bar dan karena Max tidak bisa ikut, Keith jadi ikut-ikutan tidak mau ikut. "Dasar pria-pria budak cinta." Sean mengumpati kedua kakaknya. Biasanya Mommy Jeniffer bersedia menemaninya tapi beliau sudah tidur semenjak matahari terbenam. Tapi tidak lucu bila ia pergi ke Bar untuk mencari wanita ditemani Mommy. Sean masuk ke dalam Bar yang direkomendasikan petugas resort dan ternyata cukup bagus. Bukan Bar biasa melainkan Bar khusus orang-orang berkantung tebal. Matanya mengedar ke penjuru Bar dan harus mendapati kekecewaan karena kebanyakan pengunjung adalah warga Negara Asing sama seperti dirinya. Sean baru menyadari kalau ia salah masu
PERTEMUAN KEDUA DIAN BALLROOM, HOTEL RAFFLES JAKARTABaby Shower putri pertama Kenzo Maverick.Sean memisahkan diri dari keluarganya, tadi ia pamit untuk mencari minuman.Sesungguhnya bukan minuman yang Sean cari tapi seorang gadis.Sean sudah belajar bahasa Indonesia selama setahun, ia sangat bertekad mendapat istri seorang wanita asli Indonesia.Ia jatuh cinta pada kecantikan wanita Indonesia setelah bertemu Jillian dan Laura meski mereka adalah blasteran.Sekedar memberitau, Jillian adalah istri dari Kenzo Maverick-adik tiri Sean dan Laura adalah ibu tiri Sean.Augusta Maverick menikahi Laura-cinta sejatinya tahun lalu.Sean ingin anak-anaknya secantik Laura dan Jillian bila nanti ia menikahi wanita Indonesia. Satu gelas minuman berada di genggaman Sean, pria itu berjalan pelan sendirian mengitari venue dengan matanya bergerilya mencari mangsa.Sean terlalu fokus menoleh ke samping sampai tidak memperhatikan keadaan di depannya.Bugh!"Yaaaah ...." Seorang gadis mengesah.Sean ba