Vania begitu geram saat tahu suaminya akan menikah lagi dengan si pelakor. Dan tak tanggung-tanggung mahar yang akan diberikan sangat fantastis yaitu uang tunai sebesar lima milyar. Apalagi perhelatan megah diadakan di villa miliknya. Jelas saja tak ada kata ampun bagi Mahendra dan si pelakor yang seorang artis papan atas. Vania takkan membiarkan pernikahan itu terjadi. Dia datang ke Villa secara diam-diam. Dia tahu ini sangat berbahaya karena penjaga ada di mana-mana. Bahkan suaminya mungkin saja bisa melenyapkannya secara rapi. Namun Vania tidak gentar. Apalagi dia mantan anggota kepolisian yang tak takut apapun. Dia akan berusaha merebut mahar tersebut dan akan membalas dendam kepada keduanya. Apakah Vania mampu menghadapi para penjaga yang berjumlah begitu banyak dan juga membawa senjata api. Dapatkah Vania keluar dengan selamat ataukah hanya tinggal nama. Bagaimana pula nasib sang suami yang seorang pengusaha kaya raya dan juga si pelakor yang langsung menjadi bullyan para netizen hingga berimbas pada pekerjaannya.
View More“Sial! Beraninya dia menghianatiku! Awas kau!”
Aku mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Sesekali melihat keadaan bayiku yang baru berusia tiga bulan tertidur di sampingku. Rasa cemas menghantui. Bagaimana bisa aku membawa putriku untuk menggagalkan pernikahan suamiku.
“Kalau bukan karena pelakor itu, suamiku pasti tidak akan menghianatiku!”
Ya, hari ini adalah pernikahan kedua suamiku tanpa sepengetahuanku. Informasi akurat yang kudapat dari orang yang terpercaya. Bahkan pernikahan itu akan berlangsung hari ini di villa mewah milikku.
Suamiku memberikan villa itu sebagai hadish karena aku akan melahirkan buah cinta kami. Villa itu sudah lebih dahulu diberikan oleh suamiku sebelum bayiku lahir. Sayangnya setelah tahu kalau bayi yang sudah sepuluh tahun kami nantikan berjenis kelamin perempuan. Mas Hendra yang menginginkan anak laki-laki sangat kecewa. Aku menangis saat tahu suamiku tak menginginkan putri kecilku.
Kini dengan seenaknya saja dia akan menikah dengan wanita lain setelah berbagai pengorbanan kulakukan. Dulu aku dengan bangga mengabdi kepada negara sebagai anggota kepolisian.
Karena dipersunting oleh hendra yang menginginkan aku menjadi ibu rumah tangga saja, dengan berat hati akupun mengundurkan diri. Sangat berat langkah yang harus kuambil. Namun demi mengabdikan diri kepada suami aku rela melakukannya.
Tak kusangka kini dia menghianatiku.
“Tunggu saja, apa yang akan kulakukan kepadamu. Jangan harap mahar lima milyar itu berhasil kau berikan kepada pelakor itu. Akan kurampas dengan tanganku sendiri!” aku benar-benar kesal.
Kau tak ingat saat pertamakali memulai bisnis. Sebagai modal dengan menjual seluruh perhiasan yang kumiliki. Aku rela dan mendampingimu dalam suka maupun duka. Saat kau bangkrut, aku dan keluargaku yang menyuntikkan dana untuk kelancaran usahamu. Kini setelah kau sukses dengan bisnis property dan perhotelan, tega sekali menghianatiku.
Akan kuperjuangkan hak putriku. Aku saja dulu tak sebesar itu maharnya. Hanya seperangkat alat sholat dan cincin emas seberat lima gram saja. Aku menerima dengan lapang dada, karena memang kemampuan yang kau miliki pada saat itu.
Lima gram emas dengan lima milyar sangat jauh sekali. Bak bumi dan langit.
Menurut informasi, pelakor yang akan dinikahi adalah seorang model dan pemain film yang sangat terkenal. Malas aku menyebut namanya. Siap-siap saja kalian yang sudah berani mempermainkan diriku.
Tring. Satu pesan masuk dari aplikasi berwarna hijau. Mang Hadi sudah menungguku di depan pintu masuk villa. Dialah yang memberikan informasi kepadaku. Walaupun suamiku sudah memperingatkan kepadanya untuk tak memberitahuku. Namun penjaga villa merasa kasihan kepadaku.
Mas hendra memang tak pernah memberitahuku tentang pernikahannya. Aku juga tahu dari postingan wanita itu di sosial medianya. Dengan sombongnya dia mengumumkan akan menikah dengan pengusaha kaya raya dan mahar uang senilai lima milyar.
Aku sudah pernah membahasnya dengan mas hendra. Namun jawabannya sangat membuatku jengkel. Dia menjawab kalau masih mau jadi istrinya harus mau dimadu. Hanya itu saja.
Bahkan sudah pernah aku mengirim pesan singkat kepada si pelakor untuk memperingatkannya bahwa yang akan dia nikahi itu masih beristri bukan duda seperti yang ditulisnya dalam captionnya di salah satu aplikasi. Dengan pongah dia menjawab kalau aku orang stress yang kepengin laki tajir. Dasar perempuan tak punya hati.
Aku mengancamnya untuk mundur atau akan mempermalukan dirinya pada pesta pernikahan di villa milikku. Dia bahkan menantangku untuk melakukannya. Baiklah, aku akan menjawab tantangannya. Jangan salahkan aku kalau kau akan mendapat malu seumur hidupmu.
Aku heran dengan perempuan seperti dia. Entah apa lagi yang dicarinya. Cantik, kaya, popularitas dia punya. Semua kenikmatan dunia sudah dia miliki. Namun masih saja berusaha merebut pria yang sudah beristri. Aku yakin wanita seperti dia pasti mudah mendapatkan lelaki yang lebih segalanya dari suamiku. Mengapa tetap saja mas hendra yang menjadi incarannya. Seperti wanita tak laku saja.
Aku harus ekstra hati-hati dalam menghadapi pelakor elit ini. Dia juga punya segalanya yang bisa menghentikan langkah dan juga mampu membungkamku untuk selamanya. Aku tak peduli. Ini bukan masalah cinta buta. Ini masalah harga diri.
Sengaja berpakaian lebih sporty untuk menjaga kemungkinan yang terjadi. Aku datang seorang diri dengan niat untuk membubarkan acara pernikahan suamiku. Mungkin terkesan konyol dan seperti bunuh diri. Para pengawal suamiku pasti takkan membiarkanku. Mereka pasti akan menyerangku dengan membabi buta.
Aku paham akan hal itu. Namun tahukah bagaimana rasanya dihianati. Semua wanita pasti akan melakukan hal yang sama sepertiku.
Sejauh ini aku sudah mempersiapkan diri. Tak ada keluargaku yang mengetahuinya. Kecuali Hana sahabatku. Walau aku sudah tidak bekerja lagi, si polwan cantik itu selalu bersedia membantuku. Dia bahkan menawarkan bantuan kepadaku, tapi aku menolaknya. Aku akan menghadapi sendiri si penghianat itu.
Sampai di villa. Aku berdecak kagum dengan bangunan yang disulap bak istana seribu satu malam. Berbagai lampion dan pernak pernik membuat villa terlihat begitu megah.
Aku sangat kesal dan sudah tak sabar untuk mempermalukan mereka. Segera menelpon Mang Hadi untuk menyelamatkan putriku. Hendra bisa saja berbuat nekad dengan menyakitinya.
Mang Hadi mengetuk kaca mobil. Aku segera turun dan memberikan putriku kepadanya. Mang hadi lalu menyerahkan kunci pintu rahasia yang tidak ada satu orangpun tahu.
“Mang, tolong jaga Raisya. Kalau terjadi apa-apa denganku. Tolong, rawat dia dengan baik.”
“Iya, Bu. Hati-hati. Pengawal bapak ada di mana-mana.” Jawab Mang Hadi.
“Iya, Mang. Pergilah.”
Mataku tak berkedip menatap putri sematawayangku hingga punggung Mang Hadi tak terlihat lagi. Ada kesediahn dalam hati. Bahkan aku juga tak bisa memastikan apakah aku bisa selamat setelah ini.
Menarik napas panjang lalu membuang perlahan untuk mencoba menetralisir debaran jantung.
Aku tak punya senjata. Hanya double ikat pinggang yang salah satunya sudah tertancap paku kecil menjadi senjataku. Siapa tahu bisa berguna untuk menghadapi anak buah Mahendra wicaksana.
Ku ambil topi, lalu menyembunyikan rambut panjangku yang sudah terkuncir rapi ke dalam topi. Tak lupa masker untuk menyamarkan wajahku.
Sebagai mantan anggota kepolisian, aku masih ingat betul cara melumpuhkan para penjahat. Seandainya tahu suamiku akan berhianat, aku pasti takkan resign dari pekerjaan demi suami yang tak pantas menjadi seorang imam. Walau harus merelakan impian semenjak aku kecil, aku rela melakukannya. Kini aku menganggap sebagai kebodohan.
Melangkah kaki perlahan sembari mengamati pergerakan para penjaga. Aku heran, untuk apa mengadakan pesta meriah kalau yang masuk ke dalam harus melalui tahap pemeriksaan yang selektif. Maklum, hendra pasti sangat ketakutan jika aku datang.
Bergerak cepat menuju pintu rahasia. Dengan mengendap-endap dan sangat berhati-hati aku berhasil mencapai pintu yang berada di samping dan tertutup rimbun pepohonan. Lebatnya pepohonan membuat orang lain tak tahu ada jalan tikus menuju ke dalam. Makanya kawasan ini lepas dari penyisiran para penjaga.
Menyibak rimbun dedaunan dan segera membuka gembok pintu dengan kunci yang ada di tangan. Aku harus menunduk karena pintu sengaja dibuat separuh dari ukuran orang dewasa supaya tak terlihat dari luar.
Berhasil. Aku harus segera menuju ruang untuk pelaksanaan ijab kabul. Semoga saja belum terlambat. Terlebih dahulu aku harus mencari mahar yang akan diberikan oleh hendra kepada si pelakor. Tak rela harus membagi harta yang seharusnya menjadi milikku dengannya.
Tunggu saja princess Clarista. Aku akan memberikan kejutan sesuai permintaanmu. Bersiaplah menahan malu. Dan kau Mahendra, bersiaplah menjadi gembel. Mungkin kau lupa dengan isi perjanjian pra nikah kita. Aku masih menyimpannya secara rapih.
“Baiklah, aku akan memberitahumu, supaya kau tak malu jika tetap nekad datang ke kantor esok hari!” aku tersenyum sinis sembari menyilangkan tangan di dada.“Katakan apa yang sudah kau lakukan? Kalau kau berani macam-macam, aku habisi kau!” Hendra hendak mencekikku. Dan aku membiarkan dia untuk melakukannya. Bukannya aku ingin mati konyol, rumah ini terpasang cctv di setiap sudut. Jadi sangat mudah untuk mencari bukti kejahatannya.Namun entah kenapa tiba-tiba Hendra menghentikan aksinya setelah melihat ke atas. Mungkin saja dia menyadari jika ruangan ini terpasang cctv.“Kenapa kau berhenti?” tanyaku dengan tersenyum sinis.Hendra mendengkus kesal. Lalu berkata, “Dengar, Vania! Kau takkan pernah bisa mengalahkanku! Kau hanya wanita rumahan yang tak tahu pekerjaanku! Jadi, jangan coba-coba untuk melawanku kalau kau tak ingin malu di hadapan para pebisnis!” Hendra berkata dengan kesal.“Oke! Aku terima tantanganmu. Dan lihatlah apa yang akan terjadi besok. Selamat malam, Hendra! Tidurl
“Kau salah, Hendra! Rumah ini sudah menjadi milikku. Dan sebentar lagi kita akan bercerai dan kau harus pergi dari rumahku. Tinggallah bersama selingkuhanmu itu!” jawabku dengan berani. Aku tak boleh terlihat lemah di depannya. Namun aku juga harus lebih berhati-hati menghadapinya.“Kalau ada yang harus keluar, yaitu kau!”Terdengar suara seorang wanita dari arah belakang Hendra. Tak berapa lama si pelakor menyembul dari balik punggung Hendra. Sial. Ternyara Hendra datang bersama wanita licik itu. Mau apa mereka datang ke sini. benar-benar membuatku kesal.“Beraninya kau datang ke rumahku, Wanita Murahan!” sentakku padanya. Aku tak peduli saat wajah wanita itu berubah merah. Dia pasti sangat marah mendengar ucapanku.Benar saja wanita licik itu mengangkat tangan hendak menyerangku.“Kurangajar kamu!”Aku mencoba menghindar dari serangan si pelakor. Namun aku dikejutkan oleh suara Hendra yang menghentikan Clarista.“Berhenti, Clarista!” Hendra memegang tangan Clarista yang hampir saja
Hendra juga menghentikan ucapannya. Dia pasti sama terkejutnya denganku melihat siapa yang datang. Aku bahkan belum menutup tubuhku dengan sempurna. Begitu juga Hendra, dia bahkan belum berbusana sama sekali.“Mohon maaf Bapak, Ibu. Kami bermaksud ....”‘Tunggu. Kami akan berpakaian dulu!”Hendra menarikku masuk lalu mengunci pintu kamar. Wajahnya memucat sama sepertiku.“Kok bisa mereka datang. Darimana mereka tahu kalau kita sudah tinggal di sini?”“Aku juga tidak tahu. Mereka pernah menghubungiku lewat ponsel, kalau kita tak melunasi akihr bulan lalu rumah ini akan di sita. Gimana dong?” aku sangat panik. Tak rela rasanya melepas rumah yang dengan susah payah di cicil oleh Hendra.“Tidak ada pilihan lain. Cepat kemasi barang-barang.” Hendra mengambil koper yang belum lama baru digunakan untuk pindah ke rumah ini. Dan sekarang akan kembali digunakan untuk kembali memindahkan pakaian dan entah akan di bawa kemana lagi..Duuh, kenapa hidupku jadi begini sih. Harus berpindah dari satu
Aku melihat wajah Hendra berubah kesal. Dia menghela nafas panjang dengan berat. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Semoga saja rayuanku berhasil. Tak masalah bagiku untuk tinggal bersama wanita menjijikkan itu. Setidaknya aku tetap bisa hidup layak. Semoga pelan-pelan bisa mengembalikan nama baikku.Tapi bagaimana kalau Hendra tidak setuju. Dia bukan orang yang gampang untuk dipengaruhi.Bagaimana juga dengan cicilan mobil dan rumah. Darimana bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Kalau tidak bisa melunasinya, sudah pasti aku akan terusir dari sini. Uh, menyebalkan.“Aku setuju dengan rencanamu.”Jawaban yang tegas itu membuyarkan lamunan. Menatap wajahnya yang terlihat serius. Masih tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar.“Apa aku tidak salah dengar?”“Tidak. Kau benar. Aku takkan rela jika hartaku harus jatuh ketangan wanita yang sudah mengancurkan reputasiku. Aku akan membalasnya lebih dari apa yang telah dilakukannya.” Hendra mengepalkan tangannya. Rahangnya mengeras. Aku
Tak bisa kubiarkan pergi begitu saja. Dengan gerakan cepat, mensejajarkan langkah dengannya.“Tidak bisa begitu. Enakan dia dong hidup bergelimang harta. Sedangkan kita untuk makan saja belum tentu kita mampu. Belum bayar listrik dan yang lainnya. Semua harus pakai duit.”“Aku tahu itu. Tapi apa lagi yang harus kulakukan? Orang di luar sana pasti membenciku. Apalagi para klienku. Aku tak punya muka untuk bertemu dengan mereka.” Hendra menghentikan langkahnya. Tergambar keputusasaan dari wajahnya.“Kalian belum resmi cerai, itu artinya harta itu belum menjadi milik istrimu secara mutlak. Kurang lebih seperti itu’kan isi perjanjiannya?”“Tapi aku yang berselingkuh. Artinya, akulah yang bersalah dan tak berhak mendapat harta sepeserpun. Itu yang perlu digaris bawahi. Mengerti kamu?”“Aku mengerti. Kalau kamu kembali tinggal bersamanya, itu akan menutup mata orang-orang yang membencimu.”Hendra menatapku dengan tajam. Sorot matanya seperti nyala api yang siap membakar tubuhku. “Maksudmu a
Menatap pria yang sudah berani melayangkan tangannya kepadaku dengan sengit. Diapun membalas dengan tatapan yang sama. Bahkan sorot matanya lebih mengerikan daripada diriku . Aku tak peduli. Dia sudah berani menampar dan harus kuberi pelajaran.“Hendra! Beraninya kau menamparku! Kau akan rasakan akibatnya lelaki miskin!” teriakku kepadanya. Mengambil vas bunga yang ada di atas meja dan siap melempar kepada lelaki tak berguna itu.“Aw!” aku menjerit kesakitan. Belum sempat melayangkan vas bunga, lelaki itu menendangku hingga aku jatuh tersungkur.Tak menyangka dia akan melakukan itu kepadaku. Dulu dia begitu lembut. Kenapa sekarang berubah menjadi sekasar ini.“Aw!” Kembali aku memekik. Saat lelaki itu menjambak rambutku hingga wajahku terangkat. Sakit sekali rasanya. Aku tak terima dia berani melakukan hal ini kepadaku.“Lepaskan lelaki brengsek! Berani sekali kau. Apa kau tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa?!”“Kau sudah menghinaku, Clarista! Dan aku juga sadar sedang berhadapa
Tak ada cara lain. Aku harus segera mengambil langkah seribu.Sayangnya, langkahku kalah cepat. Beberapa orang sudah lebih dulu menghadang jalan. Berbagai pertanyaan yang mereka ajukan membuat kepala pusing. Tentang pernikahan, juga wajah yang tak terawat karena terlihat jerawat dan flek hitam di bawah mata. Padahal sudah sedemikian rapi aku memakai masker. Masih saja noda itu terlihat.Tanpa kusadari kini para pemburu warta semakin banyak di hadapanku. Pertanyaan yang mereka ajukan juga membuat kepalaku hampir pecah. Bisa gila aku kalau begini caranya. Berusaha menghindar juga percuma. Mereka sudah memblokir seluruh aksesku. Semakin lama di sini membuatku seperti di dalam neraka.Istri Hendra itu harus merasakan pembalasanku. Lebih baik berpura-pura tak sadarkan diri untuk mengelabui mereka. Sakit sedikit saat menjatuhkan diri tak apa. Yang penting aku bisa selamat dari pertanyaan mereka. Toh aku juga sudah sering melakukan adegan jatuh dan tak sadarkan diri dalam beberapa film dan j
CLARISTAKenapa hari ini aku begitu sial hingga kembali bertemu dengan wanita menjijikkan itu. Kenapa juga pada saat seluruh credit card yang kumiliki tak bisa di gunakan. Dia pasti sangat senang dengan keadaanku. Kalau saja tak ada yang melerai, sudah kucabik-cabik wajahnya yang tak cantik itu. Aku tak ingin terlihat miskin di mata siapapun. Meraba pipi yang terasa kasar. Mengambil cermin kecil yang ada di dalam tas. Menatap wajah melalui cermin di tangan. Wajahku terlihat kusam dan tidak berseri. Tampak kerutan di beberapa bagian. Flek hitam juga menghiasi pipi. Semua ini karena wajahku cukup lama tak memakai skincare.Gara-gara wanita menyebalkan itu yang membuat hidupku susah dan merasakan dinginnya lantai penjara.Tunggu saja, Vania. Akan kubalas perbuatanmu. Kau harus mengalami penderitaan yang lebih dari apa yang aku alami.menderitaMembanting cermin di jok mobil dan tak ingin lagi melihat wajah jelekku. Untung saja aku masih bersembunyi dari publik. Kalau sampai fans tahu waj
Aku melihat reaksinya yang luar biasa. Dia bagai orang yang tersengat listrik. Terkejut dan mungkin hampir mati berdiri. Tubuhnya kaku dan matanya membulat. Satu tangannya menutup mulutnya yang menganga lebar.“Kau?!” dia menunjukku dengan tidak sopan. Ingin sekali aku menyentuh pipinya dengan sepatu. Namun aku masih bisa menahan diri dan akan bermain cantik untuk membalaskan dendam. Tanganku harus tetap bersih tanpa menyentuhnya seujung kuku.“Anda mengenal saya?” jari telunjuk menyentuh dadaku. Tetap berpura-pura tak mengenalnya. Dengan sengaja aku mengangkat barang belanjaan yang penuh di tangan untuk menunjukkan padanya.“Kau pikir aku miskin?! Aku lebih kaya darimu, wanita murahan! dasar wanita gila.” Sepertinya usahaku mulai berhasil. Wanita di hadapan mulai tersulut emosi.Clarista murka dan mulai menyerangku. Dia menjambak, menampar dan menendangku. Aku sengaja tak membalasnya supaya orang iba melihatku. Ups, sialnya dia menarik belanjaanku dan mengeluarkan semua isinya lalu m
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments