Kisah manis ini bermula ketika takdir telah mantap melilitkan benang jodoh di antara dua anak adam yang masih sama-sama menyimpan luka menganga di hati, Aksara Ranggawuni dan Dewi Rimbu. Namun dengan sekuat tenaga keduanya mencoba memotong lilitan benang itu, karena goresan luka masa lalu yang masih belum mengering, masih terpatri jelas di ingatan, dan masih mengejar hingga alam mimpi. Meski terus menampik, mengacuhkan, dan mengelabui hati masing-masing, kejadian tak terduga yang terus membuat mereka kembali mengingat hutang balas budi malah kian mengeratkan benang jodoh itu. Akankah Aksara dan Rimbu bisa berdamai dengan masa lalunya dan membuka hati? Atau terus terjebak dalam kubangan lumpur masa lalu yang kian hari kian terasa mencekik? Masih adakah harapan untuk kembali mencintai bagi mereka-mereka yang telah mati rasa?
Lihat lebih banyak"Gua sih yakin penyakitnya si Aksara tuh semacem HIV* atau sifilis* atau apalah itu yang laennya." HIV* atau human immunodeficiency virus menyerang sistem kekebalan tubuh. Penyebaran virus dapat terjadi melalui hubungan seks tanpa kondom, berbagi penggunaan alat suntik, transfusi darah, atau saat persalinan. Sifilis* disebabkan oleh bakteri treponema pallidum. Penyakit yang juga dikenal dengan sebutan raja singa ini menimbulkan luka pada alat kelamin atau mulut. Melalui luka inilah penularan akan terjadi. "Menurut gua juga gitu. Info aja nih buat lu-lu pada yang anak IPS. Penyakit begituan tuh nular dan ujung-ujungnya pada mati," timpal teman kedua Theo pada teman kesatu Theo. Teman kesatu Theo mengangguk-angguk. "Bener-bener. Temen SMP gua ada tuh yang mati gara-gara HIV. Katanya mayitnya bau banget, padahal langsung dimakamin." Teman kedua Theo memukul kepala teman kesatu Theo. "Mana ada anjir. Katanya emak-emak rumpi itu mah." Theo
Manik tampak sangat serius membaca sesuatu di ponselnya, sementara Rimbu, duduk tepat di depan Manik dengan mimik wajah cemas. Awalnya Manik bercerita tentang perekonomian keluarganya yang mengenaskan hingga dirinya merasa malu untuk minta dikuliahkan lagi. Tetapi entah bagaimana cerita Manik kemudian beralih pada cerita penyakit psikologis Ayah Rimbu. Rimbu berkata jika sang Ayah terbukti memiliki penyakit psikologis yang populer disebut DID* atau kepribadian ganda. Bukti tersebut tidak diragukan keabsahannya karena dibawa langsung oleh polisi yang menangani kasus Ayah Rimbu beberapa tahun silam. Manik tidak tampak terkejut, sebab dirinya sudah menduga ada yang salah dengan Ayah Rimbu sejak pertemuan pertama mereka. DID* atau Dissociative Identity Disorder adalah suatu penyakit mental langka yang membuat seorang individu memiliki dua atau lebih kepribadian yang berbeda. Manik berkata sering menangkap basah Ayah Rimbu yang bersikap aneh. Bahkan Manik mengaku
Rimbu tiba di rumah kosnya bersamaan dengan Theo yang tentu saja akan melaksanakan ibadah subuh di masjid. Namun pemandangan pagi buta itu terasa ganjil, sebab Theo tidak mengenakan pakaian layaknya akan pergi beribadah, lalu wajahnya pun tampak sangat pucat. Rimbu buru-buru membayar ojol*nya, dan berniat mengacuhkan Theo yang dianggapnya jelmaan memedi*. Ojol* merupakan kepanjangan dari ojek online. Memedi* makhluk halus atau hantu dalam bahasa jawa. "Bisa gak sih?" Theo hanya mengangguk menanggapi Rimbu sambil terus berusaha membuka gembok gerbang kos. "Biar saya aja," imbuh Rimbu. Theo kembali mengangguk, lalu kemudian bersandar lesu di gerbang kos. Rimbu semakin merasakan keganjilan ketika merasakan hawa panas saat berpapasan dengan Theo, terlebih karena Theo yang biasanya selalu berisik mendadak menjadi sangat pendiam. Spontan Rimbu bertanya apa yang terjadi pada Theo, tetapi hanya ditanggapi Theo dengan gelengan tak berdaya. "Kam
Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, namun Rimbu masih saja terjaga. Rimbu yang biasanya langsung menjelajah alam mimpi bahkan sebelum musik ballad favoritnya habis, kini harus memutar musik tersebut lebih dari lima belas kali demi mengundang rasa kantuk yang nyatanya hanya bertahan tak kurang dari lima detik. Jelas saja Rimbu sulit memejamkan matanya, sebab terlalu banyak hal yang kini berlalu-lalang di kepalanya. Mulai dari sikap Theo yang mendadak menjadi agresif, masalah sahabat kecilnya Manik, penyakit psikologis yang diderita sang Ayah Sambung, serta kenangan buruk di gudang penyimpanan makanan berbelas tahun silam. Rimbu turun dari ranjang, berniat mencari penghiburan lewat film-film bergenre thriller di salah satu website gratis. Tetapi kemudian ponselnya bergetar, memberitahu jika ada panggilan telepon masuk dari seseorang. Rimbu sempat mengira jika panggilan telepon itu datang dari Theo yang kini mantap dilabelinya 'cabul', namun syukurlah.
Raras beserta beberapa orang karyawan Rimbu tengah sama-sama sibuk mengantar makanan dan minuman ke meja para pengunjung. Sementara si Pemilik Kafe sendiri malah duduk santai di kursinya, sembari terus-menerus bercermin, seolah cemas akan ada rontokan maskara di sekitar matanya. Hari itu merupakan kali pertama tangan-tangan Rimbu tidak memegang nampan, gepokan uang, pun kertas-kertas bon, melainkan cermin bermotif bunga sakura. Gelagat aneh Rimbu tidak berhenti sampai di situ. Wajah Rimbu tiba-tiba berubah menjadi semerah kepiting setelah dia menyudahi kegiatan bercerminnya. TAK! Semangkok jumbo mi kuah bertabur bon cabe level lima puluh baru saja didaratkan dengan penuh emosional oleh karyawati terbaik sekaligus mantan santriwati Pondok Pesantren Tebu Ireng, Putri Kaniraras (Raras). Gadis berpashmina itu menyendok makan siangnya sambil menatap serius ke arah Rimbu yang masih saja sibuk bercermin. "Lu abis ngapain sama Babang Roti Sobek? Spont
Atmosfer tegang menyelimuti sebuah mobil fortunder hitam yang melaju dengan kecepatan sedang, dikarenakan dua orang penumpangnya yang tengah berdebat sengit. Dua penumpang tersebut adalah Rimbu, dan sang Kakak, Ratih. Hari ini merupakan hari keberangkatan Rimbu ke Jakarta, dan dirinya tak menyangka jika Ratih akan ikut serta dengan alasan yang sangat tidak masuk akal. Ratih berkata ingin berlibur beberapa hari di Jakarta untuk sejenak melepas stres pekerjaan. Rimbu berikut keluarganya pun terkejut, menolak percaya jika akan keluar kata 'berlibur' dari mulut Ratih. Karena Ratih yang mereka kenal adalah seorang workaholic* yang bahkan tetap bekerja di hari libur nasional. Namun tak ada yang menyuarakan tanya, dan begitulah akhirnya Ratih ikut ke Jakarta. Workaholic* kecanduan kerja, atau gila kerja, atau yang lebih dikenal dengan workaholism. Pertama kali digunakan untuk menggambarkan kebutuhan yang tidak terkendali untuk terus bekerja. Padahal alasan sebenarny
Rimbu memandangi langit-langit kamarnya, ditemani alunan musik ballad yang selalu dia putar sebelum tidur. Masih teringat jelas wajah pucat pasi Panji, ketika mendengar permintaannya saat makan malam beberapa jam lalu. Panji memang tidak menolak permintaannya, pun tidak mengiyakannya. Panji hanya memasang ekspresi wajah campur aduk yang sulit dideskripsikan. Jarum pendek jam sudah menunjuk di angka satu, tetapi kedua mata Rimbu masih sibuk menikmati langit malam dari balik jendela kamarnya. Rimbu yang menyerah memejamkan mata perlahan beranjak, dan berjalan mendekati jendela, berniat untuk menikmati keindaham para penghuni langit malam dari dekat. Namun ada sesuatu yang lebih indah yang mengalihkan Rimbu. Sesosok pria bersweater hitam yang tengah mendongak sambil bersandar membelakangi balkon itu entah kenapa membuat Rimbu terpaku. Sosok yang sangat rupawan, tetapi tak cukup meluruhkan rasa kebas di hati Rimbu. Spontan Rimbu kembali masuk ke kamarnya, ketika pria ter
Enam jam lebih perjalanan terlalui, dan tanpa terasa kini Rimbu sudah berdiri di depan sebuah rumah yang di sisi kanan dan kirinya diapit pohon rambutan tua. Tampak pintu rumah bergaya joglo modern itu sedikit terbuka, menandakan jika sang Pemilik Rumah masih terjaga. Dengan langkah penuh keraguan, Rimbu pun memasuki rumah yang hanya disambanginya setahun sekali itu. Terlihat ayah sambung Rimbu, Panji, langsung beranjak kegirangan ketika Rimbu tiba-tiba muncul di depannya. Panji langsung mengambil alih tas jinjing Rimbu, namun seperti biasa, Rimbu hanya membalas dengan sikap dingin. Rimbu melirik ke kamar sang Ibu di lantai dua, yang kabarnya baru saja keluar dari rumah sakit setelah jatuh pingsan karena terpeleset dari kamar mandi. "Kok pulang gak ngabarin? Harusnya Bapak jemput tadi. Naik apa pulangnya? Belum makan kan? Bapak beliin bandeng presto kesukaan kamu ya?" Rimbu menghela napasnya. "Gak usah. Rimbu mau langsung tidur aja, so--" "Loh, Dek Ri
Terlihat Aksara tengah mengekor pada Rimbu yang sedari tadi berkeliling di pasar pagi menawar beragam harga sayuran. Kebersamaan keduanya bermula ketika ojek online yang ditumpangi Rimbu menuju pasar pagi mendadak mogok. Aksara yang kebetulan melintas, langsung membantu driver ojek online tersebut memeriksa penyebab kerusakan motornya. Rimbu yang baru saja kembali dari tempat sepi seusai membuat panggilan telepon, terkejut mendapati keberadaan Aksara, pun sebaliknya. Lagi-lagi kejadian tak terduga menimpa keduanya. Rimbu tersenyum canggung pada Aksara, yang lalu dibalas Aksara dengan anggukan. Merasa tak nyaman, Rimbu pun berniat memesan ojek online yang lain. Tetapi semesta menggagalkan niat Rimbu. Rintik hujan mulai turun, diiringi kilatan-kilatan yang sekilas membentuk pola menyeramkan. Driver ojek menyarankan Rimbu untuk memesan mobil online, atau menumpang pada Aksara sampai ke tempat tujuannya. Sementara si Driver Ojek sendiri, akan berteduh sambil menunggu ken
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen