Just Friend (Trilogi Just, Seri-1)

Just Friend (Trilogi Just, Seri-1)

last updateLast Updated : 2024-07-07
By:  LeeNaGie  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
3 ratings. 3 reviews
74Chapters
7.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Sebuah kesalahpahaman membuat Brandon dan Arini saling membenci. Sebuah kejadian lain membuat keduanya menjadi dekat, JUST FRIEND. Sebuah keputusan, kemudian memisahkan mereka, setelah menjalin persahabatan selama bertahun-tahun. *** Arini, seorang siswi berprestasi, memiliki hobby bermain basket. Dia memilih bergabung dengan klub basket, meski tidak bisa ikut dalam pertandingan karena bukan laki-laki. Di sanalah, Arini bertemu dengan Brandon, leader basket Casanova berparas tampan, tapi dingin. Sebuah kesalahpahaman, membuat Bran menentang kehadiran gadis itu di klub basket. Tak disangka, suatu kejadian membuat Brandon malah menjadi penolong bagi Arini. Sejak saat itu mereka berdua menjadi dekat dan menjalin persahabatan. Bertahun berlalu, sebuah keputusan mampu mengubah segalanya, ketika Arini dijodohkan oleh sang Ayah dengan pria lain. 'Tak ada persahabatan yang murni di antara pria dan wanita.'

View More

Latest chapter

Free Preview

BAB 1: Si Kunyuk Menyebalkan

ARINI“Nggak bisa! Cewek nggak boleh gabung di klub basket kita.” Terdengar suara lantang dari ruangan basket membuat diri ini terkesiap.Siapa itu? Apa kapten tim? Siapa namanya? Gue lupa.“Lo hati-hati, Rin. Kapten tim basket itu ‘kan songong banget. Udah gitu anti lihatin cewek kayak kita.” Kalimat yang dilontarkan oleh Lova tadi siang kembali berputar di pikiran.‘Cewek kayak kita’ di sini maksudnya yang cantiknya di bawah rata-rata dan nggak penting.“Tapi gue cuma pengin latihan aja. Nggak mungkin masuk tim intilah,” tanggap gue.“Gue kenal banget siapa Brandon, Rin. Dari SMP anaknya belagu banget. Sok kegantengan dan perfectionist. Dulu pernah ada anak cewek yang mau ikut latihan basket, tapi akhirnya dikeluarin karena ketahuan modus buat deketin dia,” papar Lova lagi.Gue kembali merapatkan terlihat di pintu masuk ruangan, agar bisa mendengarkan percakapan lebih lanjut antara Pembina dan cowok yang diduga bernama Brandon itu.“Dia hanya latihan, Brandon. Bapak juga sudah tes d

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Abdul Wahab
kok ga update² thor??
2024-07-16 23:36:49
0
user avatar
Sari Ratna
Suka sama ceritanya,lanjut thor..
2024-06-30 09:58:19
1
user avatar
Ecce Sanuddin
bagus, tapi sayang setiap ingin melangkah ke bab selanjutnya kita harus membuka kunci menggunakan bonus atau koin
2024-06-26 13:33:10
2
74 Chapters

BAB 1: Si Kunyuk Menyebalkan

ARINI“Nggak bisa! Cewek nggak boleh gabung di klub basket kita.” Terdengar suara lantang dari ruangan basket membuat diri ini terkesiap.Siapa itu? Apa kapten tim? Siapa namanya? Gue lupa.“Lo hati-hati, Rin. Kapten tim basket itu ‘kan songong banget. Udah gitu anti lihatin cewek kayak kita.” Kalimat yang dilontarkan oleh Lova tadi siang kembali berputar di pikiran.‘Cewek kayak kita’ di sini maksudnya yang cantiknya di bawah rata-rata dan nggak penting.“Tapi gue cuma pengin latihan aja. Nggak mungkin masuk tim intilah,” tanggap gue.“Gue kenal banget siapa Brandon, Rin. Dari SMP anaknya belagu banget. Sok kegantengan dan perfectionist. Dulu pernah ada anak cewek yang mau ikut latihan basket, tapi akhirnya dikeluarin karena ketahuan modus buat deketin dia,” papar Lova lagi.Gue kembali merapatkan terlihat di pintu masuk ruangan, agar bisa mendengarkan percakapan lebih lanjut antara Pembina dan cowok yang diduga bernama Brandon itu.“Dia hanya latihan, Brandon. Bapak juga sudah tes d
Read more

BAB 2: Si Kutilangdara

BRANDONEmosiku benar-benar diuji menghadapi cewek seperti si Kutilangdara. Besar juga nyalinya berhadapan denganku. Dia belum tahu siapa Brandon Harun? Lihat saja nanti, sedetikpun tak akan kubiarkan dia tenang selama berlatih di klub basket.Aku menurunkan lagi penutup helm setelah mengembuskan napas keras. Si Kutilangdara berjalan keluar dari gerbang dengan rambut yang bergoyang seperti ekor kuda. Dia berhenti begitu berada di luar pagar sekolah, mungkin menunggu jemputan.Segera dinyalakan motor, lalu memacunya pelan. Entah kenapa tangan ini tiba-tiba terulur ke kiri, lantas menarik ujung rambutnya sehingga dia mengaduh kesakitan.“Woi! Kurang ajar! Awas kalau ketemu lagi!!” teriaknya lantang.Aku hanya tertawa puas saat berhasil membuatnya marah. Tanpa menoleh sedikitpun ke belakang, kuacungkan jari tengah ke arahnya. Yakin, sekarang wajah si Kutilangdara seperti kepiting rebus menahan marah, persis seperti saat di ruangan basket tadi.Motor Honda CBR ini terus kupacu menuju peru
Read more

BAB 3: Menghindar dari si Kunyuk

ARINIPagi ini gue bersiap-siap berangkat ke sekolah. Seragam kebanggaan telah melekat di tubuh ini, lengkap dengan rompi berwarna abu-abu tua. Beruntungnya di sekolah ini menyediakan tiga jenis rok yang bisa dikenakan. Pertama, rok yang panjangnya tepat di atas lutut, biasanya dipakai oleh siswi kelas atas. Kedua, rok panjang tepat di bawah lutut, pada umumnya dikenakan siswi kelas menengah kayak gue. Dan ketiga, rok panjang hingga menutupi mata kaki yang dikenakan siswi berkerudung.Hari Senin dan Selasa, seluruh siswa dan siswi mengenakan atasan putih dengan bawah abu-abu. Rabu mengenakan pakaian seragam khas sekolah, atasan kemeja dengan dasi kupu-kupu berwarna merah hati dipadu dengan rok kotak berwarna merah hati juga. Hari Kamis mengenakan pakaian pramuka dan Jum’at baju batik dengan bawahan rok panjang bagi siswi.“Berangkat bareng Uda aja yuk, Ri,” kata Uda David, kakak gue, yang sudah rapi dengan pakaian kemeja dipadu dengan celana jeans.“Loh, Uda kuliah pagi ya?” Gue memal
Read more

BAB 4: Hanya Aku yang Boleh Mengintimidasinya

BRANDONBegitu memarkirkan motor, aku melihat si Kutilangdara melangkahkan kaki menuju pintu masuk gedung. Bayangan sore ini bertemu lagi dengannya di klub membuatku kembali meradang. Alhasil aku memberi ultimatum agar dia mengurungkan niat bergabung dengan klub basket.Lagian Pak Bambang ada-ada saja, mana mungkin seorang perempuan bisa membantu kami para pria bermain basket? Yang ada juga bantu-bantu membereskan bola sehabis latihan atau membersihkan arena permainan. Seketika senyum miring terukir ketika aku melangkahkan kaki menuju kelas.“Eh, ke kelas 1A yuk! Kayaknya lagi ribut di sana.” Terdengar suara salah satu teman satu kelasku berbicara dengan yang lainnya.“Serius? Ribut kenapa?”“Itu geng Chibie ngelabrak anak kelas 1A,” sahut yang lainnya.Mereka berbondong-bondong keluar dari kelas.Aku yang awalnya masa bodoh jadi ikut penasaran. Geng Chibbie? Itu bukannya cewek-cewek yang bertemu denganku di dekat parkiran tadi?“Siswi kelas 1A? Si Kutilangdara?”Aku tersentak membaya
Read more

BAB 5: Terpaksa Berbohong Demi Kebaikan

ARINISi Kunyuk kurang ajar. Dia pikir gue mau aja disuruh-suruh bersihkan ruangan ini? Lagian petugas sebentar lagi pasti datang beresin semua. Mata sayunya masih melihat tajam ke arah sini.“Aku ke sana dulu ya, Kak,” ujar gue sama Kak Toni, salah satu senior.Kak Toni yang rekomendasikan gue sama Pak Bambang agar bisa ikut klub basket ini, meski nggak bakalan pernah bisa ikut kompetisi. Dia bilang kasihan bakat kalau nggak diasah, kali aja bisa gabung klub basket nasional suatu hari nanti. Bagi gue, basket hanya sekedar hobi dan nggak pernah berkeinginan untuk ikut pelatihan khusus atlet.“Sabar ya, Arini. Brandon memang terkesan kasar, tapi anaknya baik kok,” tutur Kak Toni menyemangati.What? Baik apanya? Baru ketemu aja udah bikin jengkel, rasa pengin gue cakar-cakar tuh muka tengilnya, batin gue.Gue tersenyum sambil mengacungkan jempol, lantas melangkah menuju tempat Dust Mop berada. Pandangan ini beralih ke arah si Kunyuk, ternyata dia lagi ngobrol sama Pak Bambang. Sepertiny
Read more

BAB 6: Ancaman Papa

BRANDONMata terasa berat ketika bangun pagi ini. Tidurku tadi malam pulas meski banyak hal mengisi pikiran. Salah satu yang menjadi beban pikiran adalah keinginan memiliki PS3. Aku harus mencoba membujuk Papa, agar mau membelikannya tanpa memberi syarat yang memberatkan.Aku tidak suka anak-anak meledek ketika tahu hingga hari ini belum memiliki keluaran terbaru dari Playstation itu. Ah, kesal sekali rasanya. Apalagi kemarin sampai merasa tersudutkan ketika mendengar mereka membahas grafis PS3 yang jauh lebih bagus dari PS2. Belum lagi fitur dan lainnya.Ada lagi yang mengganggu pikiranku sekarang, si Kutilangdara. Dia benar-benar membuatku kesal kemarin. Tak diduga nyalinya besar juga menantangku sampai menanyakan peraturan yang ada dalam klub. Ternyata anak-anak benar, cewek itu memang cerdas sehingga tidak mempan dengan intimidasi yang kulakukan.“Level gue bukan anak sekolahan yang masih ingusan kayak lo.” Kalimat yang dilontarkan si Kutilangdara kemarin kembali terngiang di teli
Read more

BAB 7: Sang Penyelamat

ARINIPagi ini gue diantar lagi sama Uda David. Sering-sering saja masuk pagi, biar bisa hemat ongkos. Lumayan ‘kan bisa nambah tabungan. Senyuman terukir di wajah saat melangkah menuju pintu masuk gerdung. Sekitar tiga langkah mencapai pintu kaca, tiba-tiba sebuah tangan mendorong tubuh ini sehingga nyaris terjatuh jika saja keseimbangan minus.Jantung nyaris copot karena kaget. Saat menyadari siapa pelakunya, gue langsung berteriak kencang.“BERHENTI LO, KUNYUK!!”Tubuh ini menegang dengan rahang mengeras. Emosi kini semakin meluap melihat cowok tengil itu dengan santai melenggang naik ke lantai atas. Sialan! Brandon sialan!Setiap saat dibikin naik darah dengan kelakuannya. Gue pikir dia bakalan berhenti gangguin setelah tahu diri ini sudah punya pacar, ternyata enggak. Embusan napas keras keluar begitu saja dari hidung. Sambil menghentakkan kaki, gue naik ke lantai atas setelah si Kunyuk menghilang entah ke mana.Sumpah, jadi benci sebenci bencinya sama si Kunyuk. Dia pikir diriny
Read more

BAB 8: Pertama Kali Berbincang Normal

BRANDONEntah apa yang terbesit di pikiran ini ketika Lova, teman satu SMP, datang menemuiku di kelas pagi ini, sehingga aku langsung berlari ke toilet wanita untuk menolong si Kutilangdara. Tak habis pikir juga dengan kenekatan geng Chibie mengunci dan menyiramnya di dalam tempat kloset berada. Kini tubuhnya bergetar ketika aku membawa cewek aneh ini ke atas atap, agar bisa berjemur. Dia pasti kedinginan.“Buka baju lo sekarang,” pintaku membuat mata cokelat terangnya membulat.Dia tidak berpikiran yang aneh-aneh ‘kan? Apa kalian juga berpikir aku akan memanfaatkan kesempatan ini untuk melihat tubuhnya?“Ngapain suruh buka baju?” Si Kutilangdara menyilangkan kedua tangan di depan dada.“Lo bisa masuk angin pakai baju basah kayak gitu.” Aku mendengkus keras. “Gue sama sekali nggak tertarik lihat lo. Rata semua dari atas sampai bawah.”“Kurang ajar lo! Itu mulut nggak pernah disekolahin ya?” protesnya berteriak kencang.“Ah, terserah lo deh. Yang masuk angin juga bukan gue,” desahku ma
Read more

BAB 9: Need a Help

ARINI“Gimana sama teman kamu itu?” bisik Uda David waktu sama-sama sarapan keesokan paginya.“Biasa aja,” sahut gue.Kami kembali mengunyah lagi nasi goreng yang dimasak Mama. Enak banget. Kalian mau? Sini gue suapin. Haha!“Masih ganggu kamu?”Gue meletakkan sendok dan garpu, lantas menatap malas Uda David.“Nanti aja bahas di jalan, Da. Entar Papa dengerin bisa salah paham lagi kayak kemarin,” pinta gue dengan bibir melengkung ke bawah.“Ya udah, janji nanti cerita ya. Uda nggak mau kamu dapat masalah lagi di sekolah.”Kami berdua sama-sama menghabiskan sarapan. Biasanya memang sarapan lebih dulu dari yang lain. Syukurlah Uda selama empat hari ini masuk pagi, jadi bisa sekalian nebeng. Berapa duit tuh bisa dihemat? Untungnya Mama nggak potong jajan.“Donny, mau berangkat sekolah jam berapa?” Terdengar suara Mama memanggil si Bontot.“Iya, ini lagi masukin buku ke dalam tas,” sahut Donny teriak dari kamar.“Kamu itu kebiasaan grasak-grusuk pagi-pagi. Tuh contoh kakak-kakak kamu,” te
Read more

BAB 10: Kode SOS

BRANDONBegitu mata pelajaran terakhir selesai, aku langsung pulang. Seperti biasa, ketika tidak ada jadwal latihan basket, diri ini lebih memilih pulang ke rumah. Terkadang Mama sering mengajak keluar lagi berbelanja. Beliau seperti wanita kebanyakan, gemar shopping dan jalan-jalan di mall.Saat motor memasuki pekarangan, aku melihat Mama sedang duduk di teras depan rumah. Beliau tampak memandangi berbagai jenis bunga yang kini sedang tumbuh mekar. Mama memang senang dengan tanaman, sehingga rumah menjadi rindang dan asri.“Anak Mama sudah datang,” sambut Mama setelah aku memarkir motor di luar. Sengaja tidak memarkirnya di garasi, agar bisa digunakan lagi jika ingin bepergian nanti.Aku langsung memeluk Mama seperti biasa, lantas memberi kecupan di pipinya bergantian.“Pengin cepat pulang, hari ini nggak ada latihan basket,” sahutku.Sesaat aku ingat ponsel ini bergetar ketika dalam perjalanan pulang. Segera kukeluarkan dari saku celana melihat apakah ada pesan penting? Barangkali a
Read more
DMCA.com Protection Status