Share

Bab 3 : Menelan Pil Pahit

Jordan berada di tempat tidur bersama seorang perempuan yang Nagita kenal dengan cukup baik semasa kuliah. Sepasang insan biadab yang tengah bercinta itu menghentikan aksi ketika mendengar teriakan.

"Teganya kau ...," Nagita berujar tidak menyangka. Kekecewaan tergambar jelas dari suaranya yang bergetar.

Alih-alih terkejut, Jordan hanya tersenyum nakal. Seolah ketahuan selingkuh bukan masalah besar sama sekali. Tidak ada penyesalan dari raut wajahnya yang tampan, yang kini terlihat memuakkan bagi Nagita.

"Pergilah sebelum calon istriku mengamuk," ujar pria itu pada Claudia yang semula berada di atas tubuhnya.

Perempuan selingkuhannya itu mengangguk patuh. Ia turun dari pangkuan Jordan dan tanpa rasa malu mulai memakai pakaian dengan santai, sedangkan Jordan hanya menutup senjata masa depannya saja, membiarkan dirinya hanya memakai boxer di hadapan Nagita.

"Kita belum selesai, Jordan,” ujar Claudia sembari mencium manja pipi Jordan, yang dibalas dengan senyuman tipis oleh pria itu.

Nagita menahan diri untuk tidak menjambak Claudia saat gadis itu melewatinya.

Ia biarkan Claudia meninggalkannya berdua bersama Jordan di kamar yang masih menguarkan aroma percintaan yang membuat Nagita semakin mual. Ia merasa jijik berada di sana.

"Jadi ini balasanmu?" Mata Nagita berkaca-kaca menatap Jordan. Selama ini, Nagita selalu mencoba menjadi yang terbaik untuk calon suaminya, tapi Jordan malah mengkhianatinya begitu dahsyat.

"Seharusnya aku tidak perlu menemuimu," Nagita buka suara lagi karena Jordan diam saja, seolah pria itu hanya menikmati sebuah drama.

Dada Nagita terasa sesak. "Dan seharusnya aku tidak perlu menjelaskan apapun."

Jordan kali ini merespon dengan tawa. Tidak ada sedikitpun rasa bersalah. Segala ungkapan kekecewaan yang dilontarkan calon istrinya, Jordan sungguh tidak memedulikannya.

"Jawab aku, Jordan!" Nagita mencoba mencari kebenaran di balik mata Jordan. Ia amat terpukul melihat reaksi Jordan yang begitu meremehkan perasaannya. "Apa kau selama ini tidak pernah mencintaiku?"

"Oh, kau baru menyadari itu, ya?"

Tubuh Nagita lemas seketika mendengar perkataan yang begitu enteng keluar dari mulut Jordan. Jadi ... selama ini ia hanya dibodohi?

Hati Nagita hancur berkeping-keping.

Ia mulai menyalahkan diri sendiri.

Seharusnya ia sedari awal menyadari gelagat Jordan, bukan terus menyangkal dan menganggap Jordan begitu mencintainya.

Rasa sakit itu membuat Nagita hendak berlari sejauh mungkin, tapi dengan sigap Jordan menghalangi pergerakan Nagita. "Sayang, aku nggak tahan," katanya sembari mempersempit jarak di antara mereka berdua.

Jordan masih belum puas menyalurkan nafsunya. Ia perlu menuntaskan hasrat yang masih menggebu tak tertahankan.

Nagita mundur perlahan, mulai menyadari bahwa ia kini terancam. "Jordan, jaga batasanmu. Aku akan—"

Sebelum sempat Nagita melanjutkan ucapannya, Jordan meraih pergelangan tangan Nagita, mencengkeramnya kasar.

"Ah ... sssaaakiiitttt ...," rintih Nagita.

"Sakit?" ulang Jordan. "Ini belum seberapa, Nagita. Aku akan membuatmu merintih penuh kenikmatan."

Dengan kasar Jordan mengempaskan tubuh calon istrinya di atas ranjang. "Kau milikku, Nagita."

Jordan menatap Nagita seperti predator yang siap menerkam mangsa.

"Jangan mendekat!" Nagita merangkak mundur dari atas kasur, panik mulai menjalar ke seluruh tubuh.

Wajah pucat Nagita membuat Jordan semakin bergairah.

Nagita menjerit ketika Jordan telah menindih tubuhnya, mengurungnya telak.

"Lepaskan aku, Jordan ...," mohon Nagita berusaha melawan. Ia mendorong dada bidang Jordan, tapi usaha itu terasa sia-sia. Tenaga Jordan jelas lebih kuat dari Nagita.

Melihat Nagita tak berdaya, Jordan terkekeh dengan tatapan yang semakin liar. "Aku begitu mendambakan tubuhmu ...." Jordan mengelus pipi Nagita. Ia semakin mendekatkan wajahnya sampai kening mereka bersentuhan.

Nagita rasanya ingin berteriak kencang, tapi suaranya seakan tertahan. Ia begitu ketakutan dan rasa takut itu seolah melumpuhkan dirinya.

Tanpa pikir panjang, Jordan melumat paksa bibir ranum calon istrinya.

"Hmmpttthh ...." Nagita memberontak. Ia kembali mendorong dada bidang Jordan. Namun, dorongan yang Nagita berikan justru melemah, semakin tak bertenaga. Mental dan fisiknya benar-benar kelelahan.

Air matanya mulai berjatuhan. Pemaksaan ini membuatnya terluka.

Setelah ciuman panas itu terlepas, keduanya lantas terengah-engah.

"Sekarang buka bajumu, Nagita."

Nagita menggeleng lemah. "J-jangan .... aku mohon ....," pinta Nagita dengan suara bergetar.

Jordan justru semakin bersemangat, mencoba merobek bajunya.

"Aku mohon, Jordan ...," pinta Nagita lagi. "Cukup ...."

Seakan semesta ikut mendengar permohonan Nagita, pertolongan itu datang menghampirinya. Aksi Jordan terpaksa terhenti ketika ponsel pria itu berdering.

"Sial!" maki Jordan kesal.

Merasa terganggu dengan dering ponsel yang terus berbunyi nyaring, pria itu terpaksa beranjak dari kasur dan melupakan sejenak aktivitasnya.

Kesempatan itu lantas diambil baik oleh Nagita. Kesibukan Jordan menjawab panggilan adalah kesempatan Nagita untuk kabur sekarang juga. Dengan langkah hati-hati agar tidak menimbulkan suara gaduh dan diketahui Jordan, Nagita berhasil keluar dengan selamat.

Nagita akhirnya sampai di lobby apartemen. Ia melangkah tertatih sembari menangisi nasibnya. Dadanya terasa sesak sampai perempuan itu menepuknya berulang.

Tidak lama dari situ, ia menemukan dirinya dalam hujan yang sekalipun tak mampu menyamarkan tangisan. Ia menjerit, meraung-raung penuh kepedihan.

Langkah Nagita terhenti sejenak saat Daniel datang, yang tiba-tiba muncul dengan sebuah payung di tangan, melindungi Nagita dari tetesan air hujan yang menjadi saksi bisu atas rasa sakit Nagita.

Daniel melihat ekspresi hancur di wajah Nagita.

"Apa yang terjadi?" Daniel bertanya lembut, ikut merasakan kesedihan Nagita. "Apa dia melukaimu?"

Nagita tidak mampu menjawab, suaranya tercekat. Ia tidak tahu lagi harus bercerita dari mana. Semua rasa sakit ini begitu membuatnya kehilangan harapan.

Daniel lantas merengkuh tubuh Nagita yang begitu rapuh, mencoba menguatkan Nagita.

Kelelahan, perempuan itu lantas ambruk di pelukan Daniel. Matanya terpejam damai.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status