Share

Bab 7 : Terjebak Jeratan Mantan

'Ah … Jordan ….'

Memori menyakitkan itu kembali menyeruak, membuka sesuatu yang kelam. Dada Nagita terasa sesak. Bayangan pengkhianatan Jordan terekam jelas di kepala Nagita. Desahan Claudia dalam kurungan Jordan terus menggema di telinga, begitu nyata sekaligus menyakitkan.

Nagita meremas selimut dengan kuat, menguatkan diri pada peristiwa traumatis yang menimpanya. "Jordan ...," Nagita dengan gemetar bersuara, " ... dia selingkuh ...."

Kristal bening mulai mengalir melewati pipi. Ia terisak pilu. Percintaan panas Jordan dan Claudia sungguh melukai Nagita, mengoyak hati polosnya yang naif. Kepercayaan yang selalu Nagita beri seolah tidak berarti. Kesetiaan Jordan yang selalu Nagita percayai adalah bentuk kebodohan yang amat merobek hati.

Namun, ingatan itu belum sepenuhnya lengkap. Masih ada peristiwa penting yang terjadi setelah Nagita memergoki perselingkuhan Jordan. Sesuatu yang jauh lebih gelap.

Nagita memejamkan mata, terus menelusuri dan memaksakan diri untuk mengingat kelanjutannya. Ingatan itu terus menyeret Nagita ke jurang kegelapan. "Lalu ... aku ...." Nagita kesulitan mengungkapkan dengan perasaan tak tenang, kontan menghentikan cerita dengan napas tersengal.

Daniel memilih diam, menahan diri untuk tidak buru-buru berkomentar. Ia menunggu dengan sabar apa yang hendak disampaikan Nagita hingga tuntas.

"Aku tidak sengaja menjatuhkan ponsel saat ...."

"Ya, ingatan Nagita kini benar-benar pulih. Sempat terjadi cekcok ketika perselingkuhan itu terbongkar, hingga akhirnya Jordan kalap dan mengempaskan Nagita ke ranjang. Tas yang di dalamnya terdapat ponsel ikut terpental. ".... Dia hendak memperkosaku."

Daniel spontan mengepalkan tangan dengan kuat sampai buku-bukunya memutih. Mata Daniel berubah gelap dengan rahang mengeras. Kepedihan Nagita tergambar jelas dari sorot matanya, membuat perasaan Daniel campur aduk antara marah, terluka, dan rasa bersalah.

"Bagaimana bisa ... aku baru mengetahui ini?" respon Daniel dengan suara serak tertahan, seakan suaranya sedang bergulat dengan emosinya.

Nagita hanya menunduk, tidak berani menatap mata tajam Daniel yang penuh amarah.

"Apa ia berhasil ...." Daniel menelan ludah dengan susah payah.

"Hampir ...," cicit Nagita sembari terus menunduk lemah. "Aku berhasil kabur."

Daniel melirik ke arah sudut bibir Nagita, dan menyadari bila bibir itu masih terlihat bengkak. "Seharusnya aku datang lebih cepat," sesal Daniel dengan tatapan bersalah. "Seharusnya aku tidak membiarkanmu sendirian menemui Jordan."

"Ini bukan salahmu," terang Nagita cepat. "Aku saja yang bodoh."

Daniel lalu mendekat, mempersempit jarak mereka. Tangannya terangkat dan menyentuh pipi mulus Nagita. "Tak akan kubiarkan kau bersama pria berengsek itu, Nagita," ujar Daniel tegas. "Lihat saja. Aku yang akan menikahimu."

***

Nagita membuka mata perlahan. Suasana di luar masih tampak gelap, hanya ada sedikit cahaya bulan yang menyelinap masuk dari celah tirai jendela. Nagita melirik jam dinding. Arah jam menunjukkan pukul tiga dini hari.

Nagita terkesiap menyadari Daniel masih berada di kamarnya, tertidur pulas di sampingnya.

Astaga ... mereka ketiduran.

"Daniel ...." Nagita berbisik sembari menyentuh lengan Daniel, mencoba membangunkan pria itu.

Daniel menggeliat. Ia sedikit bergerak, tapi rasa kantuk yang masih dominan membuat Daniel masih memejamkan mata penuh kedamaian.

Tanpa sadar, Nagita menyentuh rambut Daniel, mengelusnya lembut. Wajah Daniel tertidur begitu tenang. Napasnya pelan dan teratur.

Rupanya sentuhan kecil yang Nagita berikan membuat pria itu lambat-laun merespon. Daniel tiba-tiba menarik tubuh Nagita, melingkarkan lengannya di pinggang ramping Nagita.

Sontak Nagita terkejut bukan kepalang. Panik melanda hatinya, tapi entah kenapa terselip rasa hangat yang tak bisa Nagita cegah. Perasaan campur aduk ini menciptakan sensasi aneh dalam diri Nagita.

"Daniel ...," panggil Nagita lembut, "... lepas ...."

"Biarkan seperti ini, Nagita ...," pinta Daniel masih setengah sadar. Pria itu justru semakin mengencangkan pelukannya.

Nagita menahan napas. Berada dalam pelukan Daniel tentu tidak baik untuk kesehatan jantung, tapi Nagita tidak bisa berbuat banyak. Perempuan itu hanya menunggu waktu yang pas, dengan sabar membiarkan Daniel tertidur lelap dan sepenuhnya kehilangan kesadaran.

Tepat saat pelukan itu mulai mengendur, Nagita mulai melakukan gerakan. Perlahan-lahan ia melepaskan diri dari pelukan Daniel, dan akhirnya memilih turun dari ranjang.

Tenggorokan Nagita kering. Perempuan itu berniat keluar dan mengambil minum.

Nagita mendekati pintu kamar, menyentuh gagang pintu, mencoba memutarnya pelan. "Berhasil ...." Nagita cukup kaget saat pintu itu terbuka dengan mudah.

Di mana Gilbert dan Lucas? Nagita bertanya-tanya. Kedua bodyguard itu tidak kelihatan, barangkali sedang beristirahat.

Lorong terlihat sangat sepi. Seolah hanya kesunyian yang menyambut Nagita.

Tiba-tiba ide itu terlintas di kepala. Hal yang saat ini Nagita pikirkan adalah kabur dari jeratan Daniel sekarang juga. Ia lantas melirik pria itu, bernapas lega karena Daniel rupanya masih terlelap tidur.

Nagita mengatur napas. Kesempatan ada di depan mata. Ini saatnya .....

Dengan penuh perhitungan, Nagita melangkah meninggalkan kamar. Perempuan itu mulai menelusuri koridor yang panjang. Seingatnya terdapat pintu belakang yang terhubung langsung dengan taman. Nagita berpikir untuk keluar dari sana.

Nagita tersenyum girang saat berhasil menemukan pintu tersebut. Tanpa pikir panjang ia segera mendorongnya, bergegas pergi meninggalkan mansion Daniel yang megah.

Udara segar langsung menyentuh wajah Nagita, membelai lembut seakan membisikkan arti kebebasan. "Aku akan pulang ...." Senyum Nagita merekah lebar penuh bahagia. Ia berlari menembus remang-remang.

Namun, ini tidak semudah yang Nagita bayangkan. Taman ini begitu luas dan membingungkan. Nagita sedari tadi berkeliling dan kembali di titik yang sama. "Ini seperti labirin ...," keluh Nagita yang mulai kehabisan tenaga.

Ia menerjang hamparan rumput, melewati pepohonan besar, melangkah melalui jalan setapak ... tapi semua ini seakan tidak ada ujungnya.

"Tidak mungkin ...." Nagita mulai putus asa. Peluh membasahi pelipisnya. Ia semakin kelelahan. Langkah kakinya semakin berat.

Saat itulah, suara langkah yang begitu tenang nan pasti mendekati Nagita. Perempuan itu menelan ludah bersamaan dengan bulu kuduknya yang merinding ketakutan. Ia telah tertangkap basah. Di bawah cahaya rembulan, Nagita menangkap tatapan mematikan Daniel yang tajam.

"Melarikan diri adalah keputusan yang salah, Nagita."

Nagita terdiam, tak mampu berkata-kata.

"Jadi hukuman apa yang mampu membuatmu jera?"

Nagita mundur perlahan sampai kakinya kehilangan keseimbangan. Ia hampir terjatuh, tapi dengan sigap Daniel menahan tubuh perempuan itu. "Aku tidak akan pernah melepasmu lagi."

Nagita menatap pasrah penuh lelah.

Ia tahu, ia benar-benar terjebak.

Daniel kemudian mengangkat tubuh mungil Nagita, membawanya kembali ke dalam mansion yang kini seperti penjara.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status