Home / Romansa / Jerat Pesona Mantan Posesif / Bab 7 : Terjebak Jeratan Mantan

Share

Bab 7 : Terjebak Jeratan Mantan

Author: Freesia Moon
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

'Ah … Jordan ….'

Memori menyakitkan itu kembali menyeruak, membuka sesuatu yang kelam. Dada Nagita terasa sesak. Bayangan pengkhianatan Jordan terekam jelas di kepala Nagita. Desahan Claudia dalam kurungan Jordan terus menggema di telinga, begitu nyata sekaligus menyakitkan.

Nagita meremas selimut dengan kuat, menguatkan diri pada peristiwa traumatis yang menimpanya. "Jordan ...," Nagita dengan gemetar bersuara, " ... dia selingkuh ...."

Kristal bening mulai mengalir melewati pipi. Ia terisak pilu. Percintaan panas Jordan dan Claudia sungguh melukai Nagita, mengoyak hati polosnya yang naif. Kepercayaan yang selalu Nagita beri seolah tidak berarti. Kesetiaan Jordan yang selalu Nagita percayai adalah bentuk kebodohan yang amat merobek hati.

Namun, ingatan itu belum sepenuhnya lengkap. Masih ada peristiwa penting yang terjadi setelah Nagita memergoki perselingkuhan Jordan. Sesuatu yang jauh lebih gelap.

Nagita memejamkan mata, terus menelusuri dan memaksakan diri untuk mengingat kelanjutannya. Ingatan itu terus menyeret Nagita ke jurang kegelapan. "Lalu ... aku ...." Nagita kesulitan mengungkapkan dengan perasaan tak tenang, kontan menghentikan cerita dengan napas tersengal.

Daniel memilih diam, menahan diri untuk tidak buru-buru berkomentar. Ia menunggu dengan sabar apa yang hendak disampaikan Nagita hingga tuntas.

"Aku tidak sengaja menjatuhkan ponsel saat ...."

"Ya, ingatan Nagita kini benar-benar pulih. Sempat terjadi cekcok ketika perselingkuhan itu terbongkar, hingga akhirnya Jordan kalap dan mengempaskan Nagita ke ranjang. Tas yang di dalamnya terdapat ponsel ikut terpental. ".... Dia hendak memperkosaku."

Daniel spontan mengepalkan tangan dengan kuat sampai buku-bukunya memutih. Mata Daniel berubah gelap dengan rahang mengeras. Kepedihan Nagita tergambar jelas dari sorot matanya, membuat perasaan Daniel campur aduk antara marah, terluka, dan rasa bersalah.

"Bagaimana bisa ... aku baru mengetahui ini?" respon Daniel dengan suara serak tertahan, seakan suaranya sedang bergulat dengan emosinya.

Nagita hanya menunduk, tidak berani menatap mata tajam Daniel yang penuh amarah.

"Apa ia berhasil ...." Daniel menelan ludah dengan susah payah.

"Hampir ...," cicit Nagita sembari terus menunduk lemah. "Aku berhasil kabur."

Daniel melirik ke arah sudut bibir Nagita, dan menyadari bila bibir itu masih terlihat bengkak. "Seharusnya aku datang lebih cepat," sesal Daniel dengan tatapan bersalah. "Seharusnya aku tidak membiarkanmu sendirian menemui Jordan."

"Ini bukan salahmu," terang Nagita cepat. "Aku saja yang bodoh."

Daniel lalu mendekat, mempersempit jarak mereka. Tangannya terangkat dan menyentuh pipi mulus Nagita. "Tak akan kubiarkan kau bersama pria berengsek itu, Nagita," ujar Daniel tegas. "Lihat saja. Aku yang akan menikahimu."

***

Nagita membuka mata perlahan. Suasana di luar masih tampak gelap, hanya ada sedikit cahaya bulan yang menyelinap masuk dari celah tirai jendela. Nagita melirik jam dinding. Arah jam menunjukkan pukul tiga dini hari.

Nagita terkesiap menyadari Daniel masih berada di kamarnya, tertidur pulas di sampingnya.

Astaga ... mereka ketiduran.

"Daniel ...." Nagita berbisik sembari menyentuh lengan Daniel, mencoba membangunkan pria itu.

Daniel menggeliat. Ia sedikit bergerak, tapi rasa kantuk yang masih dominan membuat Daniel masih memejamkan mata penuh kedamaian.

Tanpa sadar, Nagita menyentuh rambut Daniel, mengelusnya lembut. Wajah Daniel tertidur begitu tenang. Napasnya pelan dan teratur.

Rupanya sentuhan kecil yang Nagita berikan membuat pria itu lambat-laun merespon. Daniel tiba-tiba menarik tubuh Nagita, melingkarkan lengannya di pinggang ramping Nagita.

Sontak Nagita terkejut bukan kepalang. Panik melanda hatinya, tapi entah kenapa terselip rasa hangat yang tak bisa Nagita cegah. Perasaan campur aduk ini menciptakan sensasi aneh dalam diri Nagita.

"Daniel ...," panggil Nagita lembut, "... lepas ...."

"Biarkan seperti ini, Nagita ...," pinta Daniel masih setengah sadar. Pria itu justru semakin mengencangkan pelukannya.

Nagita menahan napas. Berada dalam pelukan Daniel tentu tidak baik untuk kesehatan jantung, tapi Nagita tidak bisa berbuat banyak. Perempuan itu hanya menunggu waktu yang pas, dengan sabar membiarkan Daniel tertidur lelap dan sepenuhnya kehilangan kesadaran.

Tepat saat pelukan itu mulai mengendur, Nagita mulai melakukan gerakan. Perlahan-lahan ia melepaskan diri dari pelukan Daniel, dan akhirnya memilih turun dari ranjang.

Tenggorokan Nagita kering. Perempuan itu berniat keluar dan mengambil minum.

Nagita mendekati pintu kamar, menyentuh gagang pintu, mencoba memutarnya pelan. "Berhasil ...." Nagita cukup kaget saat pintu itu terbuka dengan mudah.

Di mana Gilbert dan Lucas? Nagita bertanya-tanya. Kedua bodyguard itu tidak kelihatan, barangkali sedang beristirahat.

Lorong terlihat sangat sepi. Seolah hanya kesunyian yang menyambut Nagita.

Tiba-tiba ide itu terlintas di kepala. Hal yang saat ini Nagita pikirkan adalah kabur dari jeratan Daniel sekarang juga. Ia lantas melirik pria itu, bernapas lega karena Daniel rupanya masih terlelap tidur.

Nagita mengatur napas. Kesempatan ada di depan mata. Ini saatnya .....

Dengan penuh perhitungan, Nagita melangkah meninggalkan kamar. Perempuan itu mulai menelusuri koridor yang panjang. Seingatnya terdapat pintu belakang yang terhubung langsung dengan taman. Nagita berpikir untuk keluar dari sana.

Nagita tersenyum girang saat berhasil menemukan pintu tersebut. Tanpa pikir panjang ia segera mendorongnya, bergegas pergi meninggalkan mansion Daniel yang megah.

Udara segar langsung menyentuh wajah Nagita, membelai lembut seakan membisikkan arti kebebasan. "Aku akan pulang ...." Senyum Nagita merekah lebar penuh bahagia. Ia berlari menembus remang-remang.

Namun, ini tidak semudah yang Nagita bayangkan. Taman ini begitu luas dan membingungkan. Nagita sedari tadi berkeliling dan kembali di titik yang sama. "Ini seperti labirin ...," keluh Nagita yang mulai kehabisan tenaga.

Ia menerjang hamparan rumput, melewati pepohonan besar, melangkah melalui jalan setapak ... tapi semua ini seakan tidak ada ujungnya.

"Tidak mungkin ...." Nagita mulai putus asa. Peluh membasahi pelipisnya. Ia semakin kelelahan. Langkah kakinya semakin berat.

Saat itulah, suara langkah yang begitu tenang nan pasti mendekati Nagita. Perempuan itu menelan ludah bersamaan dengan bulu kuduknya yang merinding ketakutan. Ia telah tertangkap basah. Di bawah cahaya rembulan, Nagita menangkap tatapan mematikan Daniel yang tajam.

"Melarikan diri adalah keputusan yang salah, Nagita."

Nagita terdiam, tak mampu berkata-kata.

"Jadi hukuman apa yang mampu membuatmu jera?"

Nagita mundur perlahan sampai kakinya kehilangan keseimbangan. Ia hampir terjatuh, tapi dengan sigap Daniel menahan tubuh perempuan itu. "Aku tidak akan pernah melepasmu lagi."

Nagita menatap pasrah penuh lelah.

Ia tahu, ia benar-benar terjebak.

Daniel kemudian mengangkat tubuh mungil Nagita, membawanya kembali ke dalam mansion yang kini seperti penjara.

Related chapters

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 8 : Penghakiman Untuk Cinta

    "Bebaskan aku, Daniel ...," ujar Nagita terdengar putus asa. Ia hanya ingin pulang dan menjalankan kehidupan seperti biasa. Alih-alih mengerti, Daniel terus melangkah mantap, mengabaikan permintaan Nagita yang sesungguhnya begitu Daniel sayangi. Pria itu terus menggendong Nagita, membawanya kembali ke dalam kamar. Terkesan kejam memang, tapi ini adalah satu-satunya cara supaya Nagita selalu berada di sisi Daniel. Setidaknya, ini juga cara agar Nagita tidak bisa bertemu Jordan dan bisa fokus menyembuhkan diri dari rasa trauma. Tak sudi rasanya bila ada kesempatan yang harus mempertemukan Nagita dan Jordan di suatu kesempatan. Setibanya di kamar, Daniel dengan hati-hati meletakkan tubuh Nagita di atas tempat tidur yang empuk tanpa melepas tatapan dingin di wajahnya. "Apa kau sungguh akan menghukumku?" cicit Nagita bertanya, sebab Daniel sempat menyinggung perihal itu, seakan berniat untuk mendisiplinkan Nagita supaya ia jera. "Maaf ...." Melihat Nagita yang begitu ketakutan di

    Last Updated : 2024-10-29
  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 9 : Ruang Rahasia Daniel

    Setelah insiden kabur yang dilakukan Nagita, penjagaan mansion semakin diperketat. Setiap sudut ruangan seolah diawasi, tidak memberi ruang bagi Nagita untuk bisa pergi dari mansion ini. Gerak-gerik Nagita selalu mendapat perhatian dari Gilbert dan Lucas, tidak akan membiarkan perempuan itu hilang dari pandangan. Dua minggu telah berlalu, rutinitas yang Nagita jalani terasa menjemukan dan memuakkan. Hidup Nagita seperti terkurung di dalam sangkar. Ia begitu merindukan kesehariannya yang dulu. Ia juga rindu tentang kafenya yang belum lama ini ia dirikan dengan segenap jiwa dan raga. Nagita merindukan Pastel Dreams Cafe yang bisa menjadi tempat pelariannya dari hidup yang penuh nestapa. "Aku sudah selesai." Nagita bangkit dari duduknya dengan rasa bosan. Wajahnya begitu datar seakan tidak tertarik melanjutkan kehidupan. Pelayan bergegas membereskan piring-piring bekas sarapan Nagita. Gilbert dan Lucas sontak mengikuti Nagita, gesit mengekor di belakang saat Nagita mulai melangkah me

    Last Updated : 2024-10-29
  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 10 : Rahasia Yang Diketahui

    "Siapa di sana?!" Daniel menggeram pelan. Sorot matanya sontak menyala penuh amarah. Tidak seharusnya ada orang lain masuk ke ruangan ini tanpa sepengetahuannya. Daniel mengedarkan pandangan, mencari tahu letak sumber suara, meneliti setiap inci sudut ruangan yang selama ini menjadi tempat rahasia yang aman. Ini adalah ruang rahasia yang menjadi tempatnya menyusun segala rencana. "Nagita?" Sorot matanya yang tajam spontan mengendur ketika mendapati Nagita lah yang menyusup ke dalam ruangan. Perempuan itu rupanya terjatuh, mengaduh kesakitan memegang lututnya yang tidak sengaja mencium lantai. Daniel sontak menjulurkan tangan untuk menawarkan bantuan. "Aku tidak apa-apa," sahut Nagita menahan rintihan. "Hanya jatuh biasa," tambahnya seraya bangkit sendirian, menepis uluran tangan Daniel yang berniat memberikan bantuan, tak enak hati bila harus merepotkan Daniel untuk membantu seorang penyusup seperti dirinya. Namun, justru penolakan yang Nagita tunjukkan membuat Daniel spont

    Last Updated : 2024-10-29
  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 11 : Selamat Malam, Daniel

    Semenjak ruang rahasia Daniel diketahui Nagita, keheningan menyelimuti mereka, menjadi sosok asing satu sama lain meski berada dalam satu atap yang sama. Mansion terasa lebih kosong, hampa, dan tanpa ada kehangatan di dalamnya. Daniel setiap pagi berangkat bekerja lebih awal. Nagita hanya menatap punggung Daniel yang menghilang ditelan pintu seiring waktu, membiarkan kepergian Daniel tanpa perlu mengucap sepatah katapun. Tidak ada lagi percakapan selepas perdebatan di ruang rahasia itu. Baik Nagita maupun Daniel, keduanya kompak memilih bungkam. Namun, perang dingin itu bukan berarti Daniel mengabaikan Nagita sepenuhnya. Setiap malam tiba, pria itu mengecek kamar Nagita, berdiri di depan pintu, memandangi dari jauh dan memastikan bila Nagita sudah terlelap tidur. Suara pintu terbuka ... Nagita tentu menyadari itu tanpa sepengetahuan Daniel. Ia kerapkali membuka mata, terbangun dari tidurnya ketika suara pintu mulai terdengar. Walaupun tidak ada interaksi langsung yang tercipta,

    Last Updated : 2024-10-29
  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 12 : Rapat Keluarga Nagita

    Daniel menatap kosong jendela kantor yang memamerkan pemandangan kota. Walau raga Daniel berada di sana, di dalam gedung megah itu, tapi jiwanya melayang pada peristiwa yang kurang mengenakkan untuk Daniel resapi dalam ingatan. Penolakan keluarga Nagita adalah kegagalan yang mampu menjadikan harapan pria itu pupus perlahan. Ingatan di ruang rapat keluarga Nagita seakan terus menghantui Daniel. "Apa-apaan?" desis Daniel tak suka kala saat itu tidak sesuai yang Daniel bayangkan. Tangan pria itu terkepal. Daniel tahu bahwa keputusannya saat itu untuk masuk ke ruang rapat adalah sebuah langkah yang nekat, tapi karena kegigihan yang tak terbendung, Daniel memberanikan diri menyusup masuk ke kediaman keluarga Nagita. Setelah mengelabui satpam yang berjaga di depan pintu gerbang—menyamar sebagai karyawan di perusahaan keluarga Nagita yang ingin memberikan berkas penting perusahaan—Daniel dipersilahkan masuk. Daniel lalu berjalan mantap mendekati pintu besar di ujung koridor. Sayup-sayup

    Last Updated : 2024-10-29
  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 13 : Mencair di Dapur

    Dapur Daniel begitu luas dengan meja marmer berkilau, dilengkapi peralatan dapur yang tertata rapi di sekelilingnya. Nagita memandangi ruangan dapur dengan tatapan berbinar. Setidaknya berada di sini membuat rasa bosan Nagita mereda, sebab terkurung dalam mansion tanpa tahu dunia luar tentu saja teramat menjemukan. Nagita butuh kegiatan yang bisa membangkitkan semangatnya untuk terus bertahan. "Memasak mungkin bisa membuatku merasa lebih tenang," gumam Nagita. Senyuman manis seketika terbit di bibir mungilnya. Perempuan itu lalu membuka lemari es, mengeluarkan bahan, mulai menyiapkan bumbu-bumbu untuk memasak. "Sempurna!" sahutnya tersenyum kecil melihat alat dan bahan telah lengkap di depan mata."Sudah lama tidak melihatmu memasak," sahut Daniel yang tiba-tiba menghampiri Nagita. Pria itu melangkah mendekat, melihat apa yang sedang dimasak oleh Nagita. "Sop ayam, ya?"Nagita mengangguk sebagai jawaban. Setelah sempat berselisih, hubungan mereka berangsur lebih baik. "Kau mau?" ta

    Last Updated : 2024-10-29
  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 14 : Hanya Kebebasan Semu

    Suasana kota di malam hari tampak begitu hidup, dihiasi gemerlap lampu jalan dengan berbagai kendaraan yang berlalu-lalang. Hembusan angin sejuk menelusup masuk ke dalam mobil, membelai wajah lembut Nagita yang duduk tepat di samping Daniel. Mereka sedang dalam perjalanan menuju restoran. "Bagaimana? Apa rasanya aneh?" Daniel bertanya penasaran seraya sibuk menyetir. Matanya yang fokus memerhatikan jalan sesekali melirik ke arah Nagita. Perempuan itu kini mengenakan wig pendek dengan kacamata hitam sesuai permintaan Daniel. "Ini cukup aneh. Aku tidak terbiasa dengan penampilan seperti ini, tapi aku tidak terlalu mempermasalahkannya," aku Nagita cepat, tidak keberatan bila harus mengabulkan keinginan Daniel. Nagita tidak masalah jika harus menyamarkan penampilan agar seseorang tidak mengenalinya. Yang penting sekarang ia bisa mengirup udara segar, menikmati sedikit kebebasan dalam hidupnya walau sekejap. Mereka lalu tiba di restoran bernuansa klasik dengan kaca-kaca besar yang meman

    Last Updated : 2024-10-29
  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 15 : Memulai Pemburuan

    Claudia ... hamil? Fakta mengejutkan yang Nagita dengar sungguh membuat dirinya mual. Perempuan itu dengan cepat keluar dari kamar mandi, tidak ingin mendengar kelanjutan apapun lagi. Ia melangkah mantap tanpa menoleh sekali pun ke belakang, tidak terpengaruh untuk mencari tahu apakah Claudia ikut keluar dari kamar mandi atau belum. Kehamilan Claudia membuatnya semakin mantap untuk melepas Jordan, meskipun ada tetesan air mata yang meluncur di pipi mulus Nagita. Butiran kristal yang sukses membuat Nagita terlihat menyedihkan, segera dihapus kasar oleh Nagita. Ia tidak suka terlihat lemah dan berlarut dalam kesedihan. Nagita akan tunjukkan bahwa ia baik-baik saja. Langkahnya tergesa untuk kembali ke meja dengan wajah tegar. Namun saat sampai, meja yang ia tempati justru terlihat kosong tanpa adanya Daniel. Nagita sampai mengedarkan pandangan ke sekeliling, siapa tahu matanya menangkap keberadaan Daniel. 'Apa ia meninggalkanku?' Nagita bertanya dalam hati. Dirinya terlihat bingung m

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 27 : Pergi Menemui Ibu

    Semua barang milik Nagita berada di apartemen, dan sayangnya ia tidak punya akses untuk masuk ke dalam sana. Nagita merasa buntu, terjebak tanpa tahu jalan keluar. Nagita bahkan baru menyadari satu hal, ia tidak punya ongkos untuk pergi menemui keluarganya. Nagita merasa sendirian, seperti anak tersesat yang tidak tahu jalan pulang. Nagita lalu iseng meraba tas yang ia bawa, yang di dalamnya ia masukkan wig dan juga kacamata. Nagita merasa ... kedua benda itu akan ia gunakan di lain kesempatan. Firasatnya mengatakan benda itu penting untuk Nagita simpan. "Hah?" Dan betapa terkejutnya Nagita saat menemukan black card terselip di dalamnya. Daniel rupanya diam-diam memasukkan benda itu ke dalam tas Nagita. Perempuan itu sontak bernapas lega. Meski Daniel melepasnya pergi, tapi pria itu masih menunjukkan kepedulian yang nyata untuk Nagita. Namun .... Nagita ragu untuk menggunakan kartu eksklusif itu. Bukankah ia tak ingin terlibat lagi? Bukankah ia bertekad untuk tak mau merepotk

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 26 : Pulang Yang Tertolak

    Nagita menahan diri agar tidak mendesah nikmat di depan Daniel, menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Sensasi panas menelusup masuk ke tubuh Nagita. Perempuan itu menahan napas saat Daniel bermain-main di lehernya, menyentuhnya dengan penuh gairah, sengaja meninggalkan tanda merah di leher Nagita. Daniel sejenak menghentikan aksi, menatap Nagita yang masih terdiam tanpa mengatakan sepatah kata. "Apa kau menyukainya?" Daniel bertanya lembut. Tubuh Nagita menegang, menatap Daniel yang begitu dekat dengan dirinya. Jantungnya berdegup kencang. Bohong jika ia tidak menyukai sentuhan yang Daniel lakukan. "Apa aku ...." "Lakukan saja," terang Nagita seakan terhipnotis begitu cepat, mengizinkan Daniel untuk berbuat lebih banyak lagi pada tubuhnya. Nagita tahu mereka sudah melewati batas, tapi kenikmatan yang Daniel berikan membuatnya terhanyut dan melayang. Ia sungguh menikmati rangsangan yang Daniel berikan. Daniel lalu menatap Nagita penuh gairah. Tatapan Daniel kini seperti hewan buas

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 25 : Penantian Hari Kebebasan

    "Kau bisa pulang hari ini, Nona Nagita," jelas Dokter Joshua. "Kondisimu semakin baik, tapi tetap pastikan dirimu beristirahat dengan cukup." Nagita mengangguk pelan. Akhirnya setelah penantian panjang, ia diperbolehkan pulang atas izin dokter. "Terima kasih banyak, Dok," balas Nagita lembut. Daniel berjalan mendekat. Ia bersyukur menyaksikan Nagita berangsur pulih, tapi tidak bisa dipungkiri bila ada kesedihan yang nampak dari sorot mata Daniel. "Kau siap?" Suara Daniel terdengar berat. Ada perasaan tidak rela terselip dalam pertanyaannya, tetapi Daniel mencoba bersikap tegar. Pria itu mengulurkan tangan, membantu Nagita berdiri dari ranjang. Nagita mengangguk mantap sebagai jawaban. Hari kebebasan yang ia nanti selama ini akhirnya tiba. Seharusnya hari ini ia merayakan perpisahan dengan bersorak girang, tetapi Nagita hanya tersenyum tipis tanpa gairah. Daniel menuntun jalan Nagita dengan sabar. Tangannya merangkul Nagita sembari berjalan menuju mobil yang telah ia siapkan. Nagi

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 24 : Berangsur Pulih

    Cahaya mentari pagi menyelinap masuk dari jendela kamar. Dengan perlahan Nagita membuka mata, terbangun dengan tubuh yang masih terasa lemah. Kepalanya tengah berdenyut-denyut, tapi ia memaksakan diri untuk mengingat apa yang telah terjadi pada dirinya. Nagita lalu memerhatikan sekeliling, spontan terkejut ketika menemukan mesin monitor berada di dalam kamarnya. "Apa ini?" Dengan rasa keterkejutan itu, ia memandang tajam mesin monitor yang menampilkan detak jantungnya yang terlihat stabil, seakan menunjukkan bahwa ia masih diberi kesempatan untuk hidup lebih lama lagi. "Isshhh ...," ringis Nagita yang kini merasakan nyeri pada pergelangan tangan. Perempuan itu sontak teringat tindakan yang pernah ia lakukan. Helaan napasnya terdengar saat matanya menangkap sebuah perban yang terlilit di lengan kirinya. Sesaat, Nagita tidak menyangka bila ia sampai bertindak senekat itu. 'Aku hampir mati bunuh diri ...,' gumamnya pada diri sendiri, bergidik ngeri. Namun, sesuatu yang hangat membuat

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 23 : Kehilangan Kesadaran

    Daniel terbelalak saat tubuh Nagita tersungkur, jatuh tepat dalam pelukannya. Atmosfer yang semula terasa tegang kontan berubah dingin dan menyesakkan, menghantam tepat jantung Daniel penuh rasa cemas. Kaki Daniel terkulai lemas, terduduk di lantai sembari memeluk tubuh dingin Nagita dengan tangan gemetar. "Nagita, sadarlah!" Daniel berseru khawatir dengan wajah pucat, mencoba menghentikan pendarahan di pergelangan tangan, merobek kaosnya untuk membalutkannya di luka Nagita. "Bertahanlah ...." Suara Daniel lirih, tersirat penuh akan kecemasan. Di luar kamar, Gilbert dan Lucas tak tinggal diam, tidak tahan bila hanya berdiam diri tanpa bertindak. Mereka menyadari kericuhan tak bisa lagi mereka abaikan, sehingga mereka mendobrak pintu tanpa harus menunggu perintah. Kedua bodyguard itu menerobos masuk saat pintu berhasil dibuka. Seketika itu pula Gilbert dan Lucas terbelalak kaget melihat apa yang ada di depan mata mereka. Lihatlah, tangan Daniel kini berlumuran darah, sedangkan tubu

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 22 : Bebaskan Atau Mati?

    Tamparan yang Nagita layangkan menghujam tepat harga diri Daniel. Ruangan seketika senyap. Gilbert dan Lucas yang ikut menyaksikan itu kompak terdiam, tidak berani bersuara. "Kau pikir semua bisa selesai hanya dengan memaksaku bicara?" Nagita bertanya dingin. Emosinya meluap ke permukaan, memandang Daniel dengan penuh geram. "Kau hanya peduli tentang dirimu ... seakan semua harus sesuai kehendakmu ...." Tangan Daniel menyentuh pipinya yang masih terasa perih. Pria itu memejamkan mata, meresapi tiap kata-kata yang Nagita lontarkan. Jantungnya seperti tertusuk ribuan jarum yang tajam. Apa ia sungguh melampaui batas? "Aku begitu muak, Daniel ...," desis Nagita lelah. "Kau hanya mementingkan egomu saja, tanpa mengerti apa yang aku rasa ...." Daniel bergerak mendekati Nagita. "Nagita ...," panggil Daniel pelan, "aku hanya ingin—""Ingin apa?" potong Nagita cepat, menantang. Ia sontak mengangkat dagunya, menatap mata Daniel dengan kilatan amarah. "Kau ingin aku memaafkan semua tingkahmu

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 21 : Di Ambang Batas Kesabaran

    Daniel menatap pintu penghalang yang sedari tadi terkunci rapat. Gilbert dan Lucas telah memperingatkan Daniel untuk segera pergi dari kamar Nagita, tapi pria itu mengabaikannya. Ia hanya ingin menemui Nagita malam ini, dan memperbaiki semua kekacauan. Daniel tidak ingin menunggu terlalu lama. Semakin Daniel membiarkan kesalahpahaman ini terjadi, Nagita akan semakin jauh dari genggaman Daniel. Dengan helaan napasnya yang terasa berat di balik wajah tegas Daniel, pria itu terus mengetuk pintu dan memanggil nama Nagita, berharap Nagita keluar dan mau bicara seperti yang Daniel harapkan. Namun, pintu itu tetap bergeming. Hanya kesunyian yang selalu setia menyambut Daniel. Meski Nagita ada di dalam sana, perempuan itu memilih tidak bersuara, enggan menyahut panggilan Daniel. "Nagita ...," ujar Daniel yang masih keukeh memanggil. "Mari kita bicara ...." Suaranya rendah, tetapi terdengar tegas. Masih tidak ada respons. Nagita tetap diam seribu bahasa. "Nona mungkin sudah tidur, Tuan,"

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 20 : Kehampaan Yang Menyelimuti

    "Mari, Nona." Nagita turun dari mobil diiringi Gilbert dan Lucas. Warna oranye mulai menghiasi langit, tanda senja tengah menyapa. Nagita melangkah menyusuri pemakaman yang sunyi ditemani hawa dingin yang menusuk tulang. Lalu di antara bunga layu yang bertaburan di sekitarnya, nisan bertuliskan nama Laura menyayat hati Nagita. "Laura ...," bisik Nagita lemah. Hatinya tercabik penuh luka. "Maafkan aku ...." Tangisan Nagita pecah. Duka itu teramat menyesakkan untuknya. Nyatanya sulit sekali untuk menerima kenyataan di depan mata. Nagita sampai menyalahkan diri sendiri atas kehilangan ini. "Mungkin nasibmu akan jauh lebih baik jika tak mengenalku, Laura ...," lirih Nagita. Air mata terus mengalir di pipinya. "Aku pembawa sial ...." Gilbert dan Lucas berdiri lemas beberapa langkah dari Nagita yang masih berduka. Lucas, yang awalnya enggan membuka mulut, lantas angkat bicara dengan kepala tertunduk. "Ini memang menyakitkan, Nona, tapi tidak ada gunanya menyalahkan diri Nona sendiri

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 19 : Daniel Adalah Pelaku?

    "Menjauh dariku!" bentak Nagita. Matanya berubah tajam, menatap Daniel penuh amarah yang memuncak. "Kalau bukan karenamu, Laura tidak akan mati seperti ini!" Nagita menggertak penuh tuduhan. "Aku bisa jelaskan ...," Daniel berujar pelan, mencoba tidak terpancing emosi di hadapan Nagita, memilih bersikap tenang. "Aku tidak seburuk itu, Nagita. Ini tidak seperti yang kau bayangkan ...." Nagita menggeleng lemah, mundur perlahan saat Daniel melangkah mendekatinya. "Apa yang perlu dijelaskan lagi? Bukankah semua sudah jelas?" lirih Nagita dengan tubuh gemetar.Menurut Nagita, motif pembunuhan Laura semata-mata karena Daniel ingin melindungi dirinya, tidak ingin dicap sebagai penculik Nagita bila pelayannya buka suara. "Aku benci caramu menghancurkan orang-orang di sekitarku!" Daniel membisu, membiarkan Nagita meluapkan amarahnya meski kata-kata itu begitu menusuk jantungnya. Daniel tahu perempuan ini sedang diselimuti rasa sedih dan kehilangan, sehingga Daniel tidak ingin membalasnya d

DMCA.com Protection Status