Home / Romansa / Jerat Pesona Mantan Posesif / Bab 4 : Tempat Yang Tak Asing

Share

Bab 4 : Tempat Yang Tak Asing

Author: Freesia Moon
last update Huling Na-update: 2024-08-30 19:06:43

Nagita perlahan membuka mata, terbangun dengan kepala yang masih berdentum hebat. Meski tubuhnya masih terasa lemas, ia memaksakan diri untuk beranjak duduk, mengamati sekitar.

Kamar bernuansa putih gading, terletak lampu gantung kristal di atasnya, serta jendela besar dengan balutan tirai beludru yang langsung menampakkan keindahan taman membuat Nagita kontan menyipitkan mata.

Ia sedang berada di kamar siapa? Namun, kamar ini entah kenapa terasa familiar.

"Kau sudah bangun?" Suara khas seorang pria menyadarkan Nagita dari lamunan panjang.

Pria itu mengenakan kemeja putih yang ia gulung sampai ke siku. Ia mendekati Nagita dengan penuh kekhawatiran, menempelkan telapak tangannya pada kening Nagita.

"Syukurlah, ini lebih mendingan."

"Daniel?"

Nagita refleks mundur perlahan sampai tubuhnya menempel pada sandaran kasur. Ia panik saat menyadari pakaiannya sudah berganti tanpa sepengetahuannya. Piyama biru dengan ukuran yang pas membalut tubuh ramping Nagita.

Ribuan pertanyaan lantas hinggap di kepalanya. Perempuan dewasa itu mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi semalam, tapi yang ada justru kepalanya semakin pusing bila terus dipaksa.

“A-apa yang terjadi ….”

Rasa takut dan bingung membuat Nagita bergegas menutupi tubuhnya dengan selimut.

Daniel terkekeh melihat gelagat Nagita. "Apa yang kau tutupi?" tanyanya dengan nada menantang. "Semalam aku telah melihat tubuh polosmu."

Wajah Nagita seketika merah padam. "A-aku tidak ingat," ujarnya gugup. "Apa semalam ... kita ...."

Nagita menelan ludahnya sendiri, tercekat melanjutkan pemikiran kotor yang terlintas di kepala.

‘Astaga, apa aku sudah gila?!’ Nagita merutuk sambil menjambak rambutnya frustrasi. Ia tak menduga dirinya sekotor itu ….

“Aku hanya bercanda,” ujar Daniel sambil terkekeh.

Nagita mendongak dan menatap pria itu sambil mengerjap. “A-apa?”

Daniel memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Ia mengedikkan bahu ringan. “Pelayanku yang menggantinya," katanya.

Nagita seketika menghela napas lega. Ternyata ia berpikir terlalu jauh.

Daniel lantas mendekat dan menatap Nagita dengan ekspresi yang sulit dibaca. “Atau kau mengharapkan sesuatu yang lebih?”

Nagita sontak membuang pandangannya ke arah lain. “Teruslah bermimpi!” dengusnya dengan wajah memerah. Bisa-bisanya Daniel menggodanya di saat seperti ini?!

Daniel tersenyum. Nagita telah kembali menjadi dirinya yang biasa.

Pria itu tidak tahu apa yang terjadi semalam sampai Nagita terlihat begitu terluka, yang penting baginya saat ini adalah perempuan itu ada di sini bersamanya.

"Kau pingsan. Semalam hujan lebat. Aku jadi tidak tega membiarkanmu terlelap kedinginan dengan pakaian basah."

Nagita kontan menunduk, tidak berani menatap mata Daniel yang teduh.

"Maaf merepotkanmu," ucapnya. Ia sampai menggigit bibir bawah saking malunya.

Nagita mencoba mengingat lagi alasannya pingsan, tapi kepalanya masih berdenyut hebat. Kejadian pingsan semalam tentu saja merusak citra dirinya. Di mana perempuan kuat dan tangguh itu? Sepertinya malam itu ia tampak tidak berdaya.

Daniel mengelus puncak kepala Nagita. "Tidak perlu memaksakan diri untuk mengingat kejadian semalam," sahut Daniel. "Yang penting sekarang kau aman bersamaku."

Hati Nagita menghangat mendengar itu.

"Kau pasti lapar. Mandi dan bersiaplah untuk sarapan. Aku tunggu di bawah."

Daniel hendak meninggalkan Nagita, tapi perempuan itu mencegat pergerakannya.

"Sebentar, bagaimana kalau aku tersesat?"

Maksud Nagita, tempat ini tentu saja begitu luas. Tidak ada jaminan bila Nagita bisa menemukan ruang makan dengan mudah. Setidaknya, harus ada pelayan yang membantunya bersiap-siap dan menuntun jalan.

Daniel sampai terkekeh mendengar ucapan Nagita.

"Ini bukan kali pertama kau menginjakkan kaki ke sini, Nagita," jawab Daniel mengingatkan. "Tidak perlu berlaga lugu, bukankah dulu kau pernah gentayangan di rumah ini untuk mencari sesuatu?"

Nagita menelan ludah. Apa Daniel sedari dulu mengetahuinya dari awal?

Gadis itu berdiri dari duduknya, meminta penjelasan. "Kau ... apa yang kau bicarakan?" tanyanya menatap Daniel. Meski berusaha berpura-pura tidak tahu, tapi ia tetap merasa cemas.

"Cincin berlian itu," terang Daniel enteng. "Bukankah kau yang mencurinya?"

Ucapan Daniel jelas bukan sekedar pertanyaan, melainkan sebuah pernyataan mutlak yang tidak bisa terelakkan.

Nagita tidak mampu berkata-kata. Kalau Daniel sudah tahu siapa pencuri sebenarnya, kenapa selama ini laki-laki itu tidak mencari dan menjebloskan Nagita ke penjara?

Atau kenapa tidak menjual dirinya ke pasar gelap? Masalahnya, Daniel membeli cincin itu dengan harga yang fantastis dan hanya ada satu di dunia ini.

"Bersiap-siaplah. Aku akan menunggumu di ruang makan," ujar pria itu.

Seolah, bagi Daniel pencurian itu tidak ada artinya. Daniel bahkan berlalu dengan langkah ringan sembari bersiul santai.

Respon Daniel membuat Nagita kontan menelan ludah. Pencurian yang Nagita lakukan di masa lalu tentu saja membutuhkan perjuangan yang tidak mudah, tapi Daniel menganggap Nagita seperti mencuri donat kentang.

"Pria sultan ini membuatku merinding," gumam Nagita menatap kepergian Daniel.

Sekelabat bayangan tiga tahun lalu kembali berputar di kepala Nagita. Di sebuah tempat pelelangan, Nagita berusaha mendapatkan cincin berlian yang amat menarik perhatiannya.

Namun, Daniel terus saja menawarkan harga yang lebih tinggi dari Nagita. Mendominasi. Pria itu tidak berhenti menaikkan harga sampai Nagita kewalahan menghadapinya. Pria ini jelas lebih kaya darinya. Nagita tidak akan bisa menang melawan Daniel. Maka, Nagita terpaksa merelakan perhiasan yang begitu ia damba.

'Perempuan ambisius sepertimu wajib bersanding dengan pria yang jauh lebih kaya darimu, Nona. Misalnya seperti aku.'

Suara Daniel tiga tahun lalu masih terekam dengan jelas, kembali mengusik Nagita. Itu percakapan pertama mereka setelah Daniel menang mutlak mendapatkan cincin berlian.

Saat itu, Nagita hanya merespon ungkapan Daniel dengan raut wajah masam, masih teramat kesal kepada pria itu, sebab jika bukan karena Daniel, mungkin Nagita bisa mendapatkan cincin itu dengan mudah.

Jika saja cincin berlian itu sedari awal adalah miliknya, ia tidak harus bersusah payah menjadi seorang pencuri kelas teri.

Dengan helaan napas kasar, Nagita mulai beranjak dari kasur. Ia tidak ingin berlarut-larut memikirkan banyak hal. Bergegas Nagita masuk ke kamar mandi, membersihkan diri.

Ia harus mencari cara agar bisa lekas pergi dari sini. Berada terlalu lama di sekitar Daniel tentu bukan pilihan yang bijak.

Kaugnay na kabanata

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 5 : Mansion Penuh Nostalgia

    Nagita tengah mengenakan handuk kimono, baru saja selesai dari ritual mandinya. Mata Nagita segera tertuju pada lemari besar yang berada di sudut ruangan. Ia membuka lemari itu dengan perlahan. Perlengkapan pakaian perempuan tersusun rapi di sana. "Wah, masih disimpan dengan baik," gumam Nagita tidak menyangka. Perasaan Nagita kontan menghangat. Gaun-gaun yang dulu pernah ia kenakan di rumah ini masih ada, tersimpan rapi dan terawat seolah Daniel tahu bahwa Nagita akan kembali suatu hari nanti. Dan nyatanya, Nagita memang berada di sini. Di kamarnya sendiri. Kamar yang Daniel siapkan khusus untuk Nagita tempati. Nagita tanpa sadar tersipu malu. "Kau bahkan memberikanku gaun baru, ya?" Beberapa potongan gaun yang belum Nagita sentuh membuat perempuan itu antusias. Ia mencoba beberapa gaun dengan senyuman lebar. Semua ukurannya pas di tubuh Nagita. Hingga akhirnya, Nagita menjatuhkan pilihan pada gaun ungu polos selutut dengan lengan panjang yang sedikit longgar. Terlihat seder

    Huling Na-update : 2024-08-30
  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 6 : Merenggut Kebebasan

    "Ponselku ... apa ketinggalan di kafe?" Nagita mencoba mengingat apa yang terjadi pelan-pelan. Bayangan semalam saat Daniel menjemputnya di kafe kembali terulang di otak Nagita. Nagita spontan menggeleng cepat. Sebelum pergi bersama Daniel, Nagita ingat betul jika benda pipih itu ia bawa dan dimasukkannya ke dalam tas. "Apa mungkin di sini?" gumam Nagita menebak-nebak. Nagita menopang dagu, sementara tangan yang satunya lagi sedang mengetuk-ngetukkan jari di atas meja. Raut wajahnya begitu serius, tanda bahwa Nagita sedang berpikir keras. "Atau disimpan Daniel?" Tak ingin terlalu banyak menebak lagi, Nagita mulai beranjak dari tempat duduk. Ia sudah selesai sarapan, dan berniat untuk mencari keberadaan ponselnya yang entah di mana. Opsi pertama yang akan Nagita tuju adalah kamar. Namun, pergerakan Nagita sontak terhambat saat kedua pria bertubuh kekar menghalangi jalan Nagita. Nagita mundur perlahan. Diam-diam mengamati penuh was-was siapa yang kini ia hadapi sekarang. Wajah d

    Huling Na-update : 2024-09-06
  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 7 : Terjebak Jeratan Mantan

    'Ah … Jordan ….' Memori menyakitkan itu kembali menyeruak, membuka sesuatu yang kelam. Dada Nagita terasa sesak. Bayangan pengkhianatan Jordan terekam jelas di kepala Nagita. Desahan Claudia dalam kurungan Jordan terus menggema di telinga, begitu nyata sekaligus menyakitkan. Nagita meremas selimut dengan kuat, menguatkan diri pada peristiwa traumatis yang menimpanya. "Jordan ...," Nagita dengan gemetar bersuara, " ... dia selingkuh ...." Kristal bening mulai mengalir melewati pipi. Ia terisak pilu. Percintaan panas Jordan dan Claudia sungguh melukai Nagita, mengoyak hati polosnya yang naif. Kepercayaan yang selalu Nagita beri seolah tidak berarti. Kesetiaan Jordan yang selalu Nagita percayai adalah bentuk kebodohan yang amat merobek hati. Namun, ingatan itu belum sepenuhnya lengkap. Masih ada peristiwa penting yang terjadi setelah Nagita memergoki perselingkuhan Jordan. Sesuatu yang jauh lebih gelap. Nagita memejamkan mata, terus menelusuri dan memaksakan diri untuk mengingat

    Huling Na-update : 2024-09-08
  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 8 : Penghakiman Untuk Cinta

    "Bebaskan aku, Daniel ...," ujar Nagita terdengar putus asa. Ia hanya ingin pulang dan menjalankan kehidupan seperti biasa. Alih-alih mengerti, Daniel terus melangkah mantap, mengabaikan permintaan Nagita yang sesungguhnya begitu Daniel sayangi. Pria itu terus menggendong Nagita, membawanya kembali ke dalam kamar. Terkesan kejam memang, tapi ini adalah satu-satunya cara supaya Nagita selalu berada di sisi Daniel. Setidaknya, ini juga cara agar Nagita tidak bisa bertemu Jordan dan bisa fokus menyembuhkan diri dari rasa trauma. Tak sudi rasanya bila ada kesempatan yang harus mempertemukan Nagita dan Jordan di suatu kesempatan. Setibanya di kamar, Daniel dengan hati-hati meletakkan tubuh Nagita di atas tempat tidur yang empuk tanpa melepas tatapan dingin di wajahnya. "Apa kau sungguh akan menghukumku?" cicit Nagita bertanya, sebab Daniel sempat menyinggung perihal itu, seakan berniat untuk mendisiplinkan Nagita supaya ia jera. "Maaf ...." Melihat Nagita yang begitu ketakutan di

    Huling Na-update : 2024-09-10
  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 9 : Ruang Rahasia Daniel

    Setelah insiden kabur yang dilakukan Nagita, penjagaan mansion semakin diperketat. Setiap sudut ruangan seolah diawasi, tidak memberi ruang bagi Nagita untuk bisa pergi dari mansion ini. Gerak-gerik Nagita selalu mendapat perhatian dari Gilbert dan Lucas, tidak akan membiarkan perempuan itu hilang dari pandangan. Dua minggu telah berlalu, rutinitas yang Nagita jalani terasa menjemukan dan memuakkan. Hidup Nagita seperti terkurung di dalam sangkar. Ia begitu merindukan kesehariannya yang dulu. Ia juga rindu tentang kafenya yang belum lama ini ia dirikan dengan segenap jiwa dan raga. Nagita merindukan Pastel Dreams Cafe yang bisa menjadi tempat pelariannya dari hidup yang penuh nestapa. "Aku sudah selesai." Nagita bangkit dari duduknya dengan rasa bosan. Wajahnya begitu datar seakan tidak tertarik melanjutkan kehidupan. Pelayan bergegas membereskan piring-piring bekas sarapan Nagita. Gilbert dan Lucas sontak mengikuti Nagita, gesit mengekor di belakang saat Nagita mulai melangkah me

    Huling Na-update : 2024-09-11
  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 10 : Rahasia Yang Diketahui

    "Siapa di sana?!" Daniel menggeram pelan. Sorot matanya sontak menyala penuh amarah. Tidak seharusnya ada orang lain masuk ke ruangan ini tanpa sepengetahuannya. Daniel mengedarkan pandangan, mencari tahu letak sumber suara, meneliti setiap inci sudut ruangan yang selama ini menjadi tempat rahasia yang aman. Ini adalah ruang rahasia yang menjadi tempatnya menyusun segala rencana. "Nagita?" Sorot matanya yang tajam spontan mengendur ketika mendapati Nagita lah yang menyusup ke dalam ruangan. Perempuan itu rupanya terjatuh, mengaduh kesakitan memegang lututnya yang tidak sengaja mencium lantai. Daniel sontak menjulurkan tangan untuk menawarkan bantuan. "Aku tidak apa-apa," sahut Nagita menahan rintihan. "Hanya jatuh biasa," tambahnya seraya bangkit sendirian, menepis uluran tangan Daniel yang berniat memberikan bantuan, tak enak hati bila harus merepotkan Daniel untuk membantu seorang penyusup seperti dirinya. Namun, justru penolakan yang Nagita tunjukkan membuat Daniel spont

    Huling Na-update : 2024-09-12
  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 11 : Selamat Malam, Daniel

    Semenjak ruang rahasia Daniel diketahui Nagita, keheningan menyelimuti mereka, menjadi sosok asing satu sama lain meski berada dalam satu atap yang sama. Mansion terasa lebih kosong, hampa, dan tanpa ada kehangatan di dalamnya. Daniel setiap pagi berangkat bekerja lebih awal. Nagita hanya menatap punggung Daniel yang menghilang ditelan pintu seiring waktu, membiarkan kepergian Daniel tanpa perlu mengucap sepatah katapun. Tidak ada lagi percakapan selepas perdebatan di ruang rahasia itu. Baik Nagita maupun Daniel, keduanya kompak memilih bungkam. Namun, perang dingin itu bukan berarti Daniel mengabaikan Nagita sepenuhnya. Setiap malam tiba, pria itu mengecek kamar Nagita, berdiri di depan pintu, memandangi dari jauh dan memastikan bila Nagita sudah terlelap tidur. Suara pintu terbuka ... Nagita tentu menyadari itu tanpa sepengetahuan Daniel. Ia kerapkali membuka mata, terbangun dari tidurnya ketika suara pintu mulai terdengar. Walaupun tidak ada interaksi langsung yang tercipta,

    Huling Na-update : 2024-09-13
  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 12 : Rapat Keluarga Nagita

    Daniel menatap kosong jendela kantor yang memamerkan pemandangan kota. Walau raga Daniel berada di sana, di dalam gedung megah itu, tapi jiwanya melayang pada peristiwa yang kurang mengenakkan untuk Daniel resapi dalam ingatan. Penolakan keluarga Nagita adalah kegagalan yang mampu menjadikan harapan pria itu pupus perlahan. Ingatan di ruang rapat keluarga Nagita seakan terus menghantui Daniel. "Apa-apaan?" desis Daniel tak suka kala saat itu tidak sesuai yang Daniel bayangkan. Tangan pria itu terkepal. Daniel tahu bahwa keputusannya saat itu untuk masuk ke ruang rapat adalah sebuah langkah yang nekat, tapi karena kegigihan yang tak terbendung, Daniel memberanikan diri menyusup masuk ke kediaman keluarga Nagita. Setelah mengelabui satpam yang berjaga di depan pintu gerbang—menyamar sebagai karyawan di perusahaan keluarga Nagita yang ingin memberikan berkas penting perusahaan—Daniel dipersilahkan masuk. Daniel lalu berjalan mantap mendekati pintu besar di ujung koridor. Sayup-sayup

    Huling Na-update : 2024-09-16

Pinakabagong kabanata

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 28

    Nagita terbangun dengan nuansa yang nampak berbeda. Tidak ada lagi kamar putih gading yang luas tapi terasa seperti penjara saat ia membuka mata. Namun, meski begitu, ini juga bukan kamar lama Nagita setelah ia memutuskan pergi dari mansion Daniel. Ini kamarnya yang baru. Nagita membeli apartemen baru dengan black card milik Daniel. Entah Daniel menyadari ini atau tidak, yang jelas Nagita terpaksa bertahan hidup dengan kartu hitam yang berharga itu. Semua kebutuhannya bisa terpenuhi hanya dengan memegang kartu yang diberikan oleh Daniel. Mereka memang tidak lagi tinggal bersama, tapi kartu ini menjelaskan bahwa keduanya masih terikat. Tidak banyak yang Nagita lakukan di apartemen barunya. Aktivitasnya hanya merenungi nasib. Ia kehilangan semangat, menutup diri dari berbagai aktivitas. Untuk keperluan makan pun, ia lebih memilih gofood. Beberapa hari ini hanya kegiatan monoton dan memuakkan itu yang Nagita lakukan. Keluarganya pun tidak mencarinya. Ini semakin membuat Nagita kecewa

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 27 : Pergi Menemui Ibu

    Semua barang milik Nagita berada di apartemen, dan sayangnya ia tidak punya akses untuk masuk ke dalam sana. Nagita merasa buntu, terjebak tanpa tahu jalan keluar. Nagita bahkan baru menyadari satu hal, ia tidak punya ongkos untuk pergi menemui keluarganya. Nagita merasa sendirian, seperti anak tersesat yang tidak tahu jalan pulang. Nagita lalu iseng meraba tas yang ia bawa, yang di dalamnya ia masukkan wig dan juga kacamata. Nagita merasa ... kedua benda itu akan ia gunakan di lain kesempatan. Firasatnya mengatakan benda itu penting untuk Nagita simpan. "Hah?" Dan betapa terkejutnya Nagita saat menemukan black card terselip di dalamnya. Daniel rupanya diam-diam memasukkan benda itu ke dalam tas Nagita. Perempuan itu sontak bernapas lega. Meski Daniel melepasnya pergi, tapi pria itu masih menunjukkan kepedulian yang nyata untuk Nagita. Namun .... Nagita ragu untuk menggunakan kartu eksklusif itu. Bukankah ia tak ingin terlibat lagi? Bukankah ia bertekad untuk tak mau merepotk

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 26 : Pulang Yang Tertolak

    Nagita menahan diri agar tidak mendesah nikmat di depan Daniel, menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Sensasi panas menelusup masuk ke tubuh Nagita. Perempuan itu menahan napas saat Daniel bermain-main di lehernya, menyentuhnya dengan penuh gairah, sengaja meninggalkan tanda merah di leher Nagita. Daniel sejenak menghentikan aksi, menatap Nagita yang masih terdiam tanpa mengatakan sepatah kata. "Apa kau menyukainya?" Daniel bertanya lembut. Tubuh Nagita menegang, menatap Daniel yang begitu dekat dengan dirinya. Jantungnya berdegup kencang. Bohong jika ia tidak menyukai sentuhan yang Daniel lakukan. "Apa aku ...." "Lakukan saja," terang Nagita seakan terhipnotis begitu cepat, mengizinkan Daniel untuk berbuat lebih banyak lagi pada tubuhnya. Nagita tahu mereka sudah melewati batas, tapi kenikmatan yang Daniel berikan membuatnya terhanyut dan melayang. Ia sungguh menikmati rangsangan yang Daniel berikan. Daniel lalu menatap Nagita penuh gairah. Tatapan Daniel kini seperti hewan buas

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 25 : Penantian Hari Kebebasan

    "Kau bisa pulang hari ini, Nona Nagita," jelas Dokter Joshua. "Kondisimu semakin baik, tapi tetap pastikan dirimu beristirahat dengan cukup." Nagita mengangguk pelan. Akhirnya setelah penantian panjang, ia diperbolehkan pulang atas izin dokter. "Terima kasih banyak, Dok," balas Nagita lembut. Daniel berjalan mendekat. Ia bersyukur menyaksikan Nagita berangsur pulih, tapi tidak bisa dipungkiri bila ada kesedihan yang nampak dari sorot mata Daniel. "Kau siap?" Suara Daniel terdengar berat. Ada perasaan tidak rela terselip dalam pertanyaannya, tetapi Daniel mencoba bersikap tegar. Pria itu mengulurkan tangan, membantu Nagita berdiri dari ranjang. Nagita mengangguk mantap sebagai jawaban. Hari kebebasan yang ia nanti selama ini akhirnya tiba. Seharusnya hari ini ia merayakan perpisahan dengan bersorak girang, tetapi Nagita hanya tersenyum tipis tanpa gairah. Daniel menuntun jalan Nagita dengan sabar. Tangannya merangkul Nagita sembari berjalan menuju mobil yang telah ia siapkan. Nagi

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 24 : Berangsur Pulih

    Cahaya mentari pagi menyelinap masuk dari jendela kamar. Dengan perlahan Nagita membuka mata, terbangun dengan tubuh yang masih terasa lemah. Kepalanya tengah berdenyut-denyut, tapi ia memaksakan diri untuk mengingat apa yang telah terjadi pada dirinya. Nagita lalu memerhatikan sekeliling, spontan terkejut ketika menemukan mesin monitor berada di dalam kamarnya. "Apa ini?" Dengan rasa keterkejutan itu, ia memandang tajam mesin monitor yang menampilkan detak jantungnya yang terlihat stabil, seakan menunjukkan bahwa ia masih diberi kesempatan untuk hidup lebih lama lagi. "Isshhh ...," ringis Nagita yang kini merasakan nyeri pada pergelangan tangan. Perempuan itu sontak teringat tindakan yang pernah ia lakukan. Helaan napasnya terdengar saat matanya menangkap sebuah perban yang terlilit di lengan kirinya. Sesaat, Nagita tidak menyangka bila ia sampai bertindak senekat itu. 'Aku hampir mati bunuh diri ...,' gumamnya pada diri sendiri, bergidik ngeri. Namun, sesuatu yang hangat membuat

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 23 : Kehilangan Kesadaran

    Daniel terbelalak saat tubuh Nagita tersungkur, jatuh tepat dalam pelukannya. Atmosfer yang semula terasa tegang kontan berubah dingin dan menyesakkan, menghantam tepat jantung Daniel penuh rasa cemas. Kaki Daniel terkulai lemas, terduduk di lantai sembari memeluk tubuh dingin Nagita dengan tangan gemetar. "Nagita, sadarlah!" Daniel berseru khawatir dengan wajah pucat, mencoba menghentikan pendarahan di pergelangan tangan, merobek kaosnya untuk membalutkannya di luka Nagita. "Bertahanlah ...." Suara Daniel lirih, tersirat penuh akan kecemasan. Di luar kamar, Gilbert dan Lucas tak tinggal diam, tidak tahan bila hanya berdiam diri tanpa bertindak. Mereka menyadari kericuhan tak bisa lagi mereka abaikan, sehingga mereka mendobrak pintu tanpa harus menunggu perintah. Kedua bodyguard itu menerobos masuk saat pintu berhasil dibuka. Seketika itu pula Gilbert dan Lucas terbelalak kaget melihat apa yang ada di depan mata mereka. Lihatlah, tangan Daniel kini berlumuran darah, sedangkan tubu

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 22 : Bebaskan Atau Mati?

    Tamparan yang Nagita layangkan menghujam tepat harga diri Daniel. Ruangan seketika senyap. Gilbert dan Lucas yang ikut menyaksikan itu kompak terdiam, tidak berani bersuara. "Kau pikir semua bisa selesai hanya dengan memaksaku bicara?" Nagita bertanya dingin. Emosinya meluap ke permukaan, memandang Daniel dengan penuh geram. "Kau hanya peduli tentang dirimu ... seakan semua harus sesuai kehendakmu ...." Tangan Daniel menyentuh pipinya yang masih terasa perih. Pria itu memejamkan mata, meresapi tiap kata-kata yang Nagita lontarkan. Jantungnya seperti tertusuk ribuan jarum yang tajam. Apa ia sungguh melampaui batas? "Aku begitu muak, Daniel ...," desis Nagita lelah. "Kau hanya mementingkan egomu saja, tanpa mengerti apa yang aku rasa ...." Daniel bergerak mendekati Nagita. "Nagita ...," panggil Daniel pelan, "aku hanya ingin—""Ingin apa?" potong Nagita cepat, menantang. Ia sontak mengangkat dagunya, menatap mata Daniel dengan kilatan amarah. "Kau ingin aku memaafkan semua tingkahmu

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 21 : Di Ambang Batas Kesabaran

    Daniel menatap pintu penghalang yang sedari tadi terkunci rapat. Gilbert dan Lucas telah memperingatkan Daniel untuk segera pergi dari kamar Nagita, tapi pria itu mengabaikannya. Ia hanya ingin menemui Nagita malam ini, dan memperbaiki semua kekacauan. Daniel tidak ingin menunggu terlalu lama. Semakin Daniel membiarkan kesalahpahaman ini terjadi, Nagita akan semakin jauh dari genggaman Daniel. Dengan helaan napasnya yang terasa berat di balik wajah tegas Daniel, pria itu terus mengetuk pintu dan memanggil nama Nagita, berharap Nagita keluar dan mau bicara seperti yang Daniel harapkan. Namun, pintu itu tetap bergeming. Hanya kesunyian yang selalu setia menyambut Daniel. Meski Nagita ada di dalam sana, perempuan itu memilih tidak bersuara, enggan menyahut panggilan Daniel. "Nagita ...," ujar Daniel yang masih keukeh memanggil. "Mari kita bicara ...." Suaranya rendah, tetapi terdengar tegas. Masih tidak ada respons. Nagita tetap diam seribu bahasa. "Nona mungkin sudah tidur, Tuan,"

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 20 : Kehampaan Yang Menyelimuti

    "Mari, Nona." Nagita turun dari mobil diiringi Gilbert dan Lucas. Warna oranye mulai menghiasi langit, tanda senja tengah menyapa. Nagita melangkah menyusuri pemakaman yang sunyi ditemani hawa dingin yang menusuk tulang. Lalu di antara bunga layu yang bertaburan di sekitarnya, nisan bertuliskan nama Laura menyayat hati Nagita. "Laura ...," bisik Nagita lemah. Hatinya tercabik penuh luka. "Maafkan aku ...." Tangisan Nagita pecah. Duka itu teramat menyesakkan untuknya. Nyatanya sulit sekali untuk menerima kenyataan di depan mata. Nagita sampai menyalahkan diri sendiri atas kehilangan ini. "Mungkin nasibmu akan jauh lebih baik jika tak mengenalku, Laura ...," lirih Nagita. Air mata terus mengalir di pipinya. "Aku pembawa sial ...." Gilbert dan Lucas berdiri lemas beberapa langkah dari Nagita yang masih berduka. Lucas, yang awalnya enggan membuka mulut, lantas angkat bicara dengan kepala tertunduk. "Ini memang menyakitkan, Nona, tapi tidak ada gunanya menyalahkan diri Nona sendiri

DMCA.com Protection Status