Share

Jerat Pesona Mantan Posesif
Jerat Pesona Mantan Posesif
Penulis: Freesia Moon

Bab 1 : Pastel Dreams Cafe

"Di mana?" Nagita bergumam lirih. Perempuan itu melirik jam di pergelangan tangan. Perasaan khawatir merayap dalam dirinya, menunggu kehadiran Jordan.

Grand opening sudah dipersiapkan dengan matang. Pintu masuk Pastel Dreams Cafe telah dihias indah dengan balon-balon berwarna. Karpet merah dibiarkan terbentang untuk menyambut para tamu yang datang. Meja tertata rapi dengan bunga segar di atasnya.

Namun, persiapan ini rasanya belum lengkap bila Jordan belum berada di sisi Nagita.

"Nona, apa kita mulai sekarang?" Seorang pelayan menghampiri Nagita.

"Tunggu sebentar lagi," sanggah Nagita penuh harapan. "Aku masih menunggu Jordan."

Nagita mencoba bersikap tenang. Tentu saja Jordan akan datang seperti yang pria itu katakan.

Namun, untuk acara sepenting ini ... tidak bisakah calon suaminya datang lebih awal?

"Nona, para tamu sudah menunggu. Sebaiknya ini segera dimulai."

Nagita menghela napas panjang, mulai meragukan keajaiban bila Jordan akan segera tiba. Tak ingin menunda waktu yang terus berjalan, Nagita degan berat hati terpaksa membuka suara, "Baiklah, aku akan bersiap-siap."

Acara yang dinanti pun dimulai.

Sorotan langsung tertuju pada sosok Nagita Vaheera. Nagita mengenakan gaun berwarna peach dengan rambut hitam lurus yang tergerai panjang. Ia memamerkan senyum yang dipaksakan. Acara penting yang ia persiapkan dan nantikan sejak lama, justru terasa kosong dan hampa. Seharusnya ... di situasi seperti sekarang ... Jordan ada di sampingnya.

Namun, tidak apa. Nagita bisa memaklumi itu. Barangkali ada sesuatu yang menghambat Jordan untuk segera datang.

Di hadapan para tamu, Nagita bersiap melakukan pemotongan pita. "Dengan ini, saya nyatakan bahwa Pastel Dreams Cafe resmi dibuka," ujar Nagita dengan penuh haru menggunting pita. Para tamu bertepuk tangan meriah.

Nagita mulai menyampaikan pesan, menceritakan bagaimana lika-liku perjuangannya untuk bisa mendirikan kafe yang ia impikan. "Saya ucapkan terima kasih untuk para tamu yang telah hadir. Saya harap, kafe ini bisa menjadi tempat yang nyaman dan mengesankan," tutup Nagita.

Keluarga hingga rekan bisnis mulai mengucapkan selamat.

"Sayang," sela seorang pria yang gesit menerobos kerumunan orang.

"Jordan?" Nagita menatap Jordan dengan perasaan lega. "Syukurlah, kamu sudah datang," ucap Nagita seadanya. Kehadiran Jordan sekarang sudahlah cukup untuk Nagita.

"Maaf, aku terlambat. Ada masalah di kantor, jadi aku perlu menyelesaikan itu." Jordan meraih tangan Nagita dan menggenggamnya erat. "Aku janji ini yang terakhir. Aku akan datang lebih cepat bila kau butuh aku."

"Tidak perlu janji jika seringkali tidak ditepati," balas Nagita lemah. Ini bukan pertama kalinya Jordan mengatakan hal yang serupa. Sudah terlalu sering kata janji itu terucap dari mulut Jordan. "Tidak apa, sungguh. Aku semakin terbiasa bila kau sibuk."

"Nagita, selamat ya!" Lylia datang menghampiri, ikut bergabung di antara Nagita dan Jordan. "Kafenya indah banget. Aku yakin ini bisa menjadi tempat favorit banyak orang," terang Lylia penuh bangga.

Melihat kehadiran sahabatnya, Nagita langsung memeluk Lylia erat. "Makasih ya, Ly. Aku seneng kalo kamu suka. Makasih karena selalu dukung aku selama ini."

Lylia mengangguk, lalu ia menoleh melirik Jordan. "Dan Jordan, selamat juga ya! Kalian sebentar lagi bakal menikah. Jadi gimana, nih? Sudah sejauh mana persiapan kalian?"

Jordan terbatuk, canggung. "Ah, itu ...."

"Sejauh ini lancar, Ly," jawab Nagita akhirnya karena Jordan tampak bingung dan tidak nyaman. "Minggu depan Jordan akan menemaniku fitting baju pengantin. Iya, kan, Sayang?" tambah Nagita mencairkan suasana.

Jordan terdiam cukup lama sampai akhirnya dengan ragu menganggukan kepala.

"Kemarilah, akan aku tunjukkan salah satu menu yang bisa menjadi andalan di kafe ini," ajak Nagita pada sahabatnya.

Lylia menerima tawaran Nagita dengan senang hati. Ia lalu menatap Jordan. "Ayo, Jordan! Bergabunglah bersama kami."

Jordan menggeleng, membiarkan kedua sahabat itu meninggalkannya.

Acara terus berlanjut. Para tamu pun dipersilahkan menyantap hidangan. Nagita dan Lylia ikut menikmati makanan, menyantap lavender honey cake yang punya potensi menjadi menu andalan.

Mata Nagita sesekali melirik sekitar, mencari-cari keberadaan Jordan yang begitu sulit Nagita temukan.

Hati Nagita berdesir.

Di mana calon suaminya? Apa Jordan pergi begitu saja? Jika benar Jordan telah pergi ... kenapa pria itu tidak memberitahunya?

Tanda tanya itu membuat Nagita sulit menikmati acaranya sendiri. Ia sampai tidak menyadari bila kafe semakin sepi. Para tamu satu-persatu meninggalkan kafe, termasuk Lylia yang telah berpamitan pulang.

Ketika suasana kafe sudah tampak sunyi, para pelayan dengan gesit bekerja, membereskan acara. Tepat saat itulah suara gebrakan meja memekakkan telinga.

Seorang pria dengan wajah merah padam mencaci seorang pelayan tanpa ampun.

"Apa kau tahu berapa harga jas di tubuhku ini?!" hardik pria itu. "Gajimu tidak akan pernah cukup untuk menggantinya!"

"Ma-maafkan aku, Tuan," ujar pelayan yang tidak sengaja menumpahkan segelas kopi sisa ke tubuh pria itu, menunduk ketakutan. Tangannya gemetar mencoba membersihkan noda yang ada di jas.

"Panggil bosmu!"

Pelayan bernama Laura itu seketika memucat. Ia takut keadaan akan semakin berantakan.

Nagita memicingkan mata, cukup kesulitan untuk mengenali siapa pria itu, mengingat posisinya cukup jauh dan membelakangi dirinya. Penasaran, Nagita tanpa pikir panjang mendekat.

"Maafkan atas kelalaian yang telah terjadi, Tuan," sahut Nagita sopan, mencoba untuk bersikap profesional.

"Aku minta kompensasi darimu!" Pria itu mulai membalikkan badan, menunjukkan siapa dirinya.

"Daniel?" kaget Nagita tersadar. Perempuan itu sampai terbatuk, terlalu terkejut dengan pertemuan tidak terduga ini.

"Aku minta ganti rugi, Nagita."

"Oh, ya .... aku paham."

Tidak bisa dipungkiri bila Nagita gugup bertemu dengan pria dari masa lalunya itu. Hubungan mereka tidak berakhir baik setelah Nagita meninggalkan Daniel demi Jordan. Nagita pernah menipu cinta laki-laki itu.

"Jika kau berkenan, kami akan berikan kompensasi berupa—"

"Kembalilah denganku sebagai ganti rugi."

"Hah?” Nagita melongo kaget.

Ternyata, baik dulu maupun sekarang, laki-laki itu tidak pernah berubah. Selalu mengejar Nagita.

"Sayangnya, aku sudah bertunangan." Nagita dengan cepat menguasai diri. Ia menunjukkan cincin tunangan di jari manisnya. "Sebentar lagi aku akan menikah, Daniel."

Daniel sama sekali tidak terkejut mengetahui fakta itu. Seolah dia sudah tahu tanpa Nagita memberitahunya.

"Apa aku terlihat peduli?" tantang Daniel. "Minggu depan, makan malamlah denganku."

"Apa kau gila?!" Nagita yang sudah mulai kehilangan kesabaran lantas melotot lebar. "Enyahlah, Tuan Daniel!"

Daniel terkekeh. "Apa kau lupa siapa aku?"

Pria itu seketika melirik ke arah Laura yang kini berlindung di balik tubuh Nagita. "Kupastikan pelayanmu tak akan bisa tidur nyenyak karena kesalahannya ini."

"Beraninya kau ...."

"Maka, bertanggung jawablah, Nagita."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status