Share

BAB 4: Temuan Mengejutkan

Pagi itu, gue datang ke kantor lebih awal dari biasanya. Gue masih merasa euforia dari kesuksesan makan malam dengan klien semalam. Gue duduk di meja gue, mulai menyalakan laptop, dan langsung sibuk dengan persiapan presentasi mingguan.

Namun, baru beberapa menit bekerja, tiba-tiba Nia, sahabat gue di kantor, datang dengan wajah panik. "Dita, lo harus liat ini sekarang!" katanya sambil menyeret gue ke ruangannya.

"Nia, ada apa sih?" tanya gue bingung, sambil berusaha mengikuti langkah cepatnya.

"Ini serius, lo harus liat sendiri," jawab Nia sambil menunjukkan layar komputernya.

Di layar itu, gue melihat sebuah email yang baru saja masuk dari salah satu tim IT. Judulnya bikin jantung gue langsung berdebar kencang: "URGENT: Data Breach Alert."

Gue langsung baca email itu dengan cepat. Isinya memberitahu bahwa ada upaya peretasan ke sistem kita semalam, dan beberapa data penting proyek kita berpotensi bocor.

"Astaga, ini gawat banget," kata gue sambil menatap Nia dengan cemas. "Kita harus lapor ke Bima sekarang juga."

Gue dan Nia langsung bergegas ke ruangan Bima. Gue ketok pintunya dengan tergesa-gesa. "Bima, kita ada masalah besar."

Bima menoleh dari mejanya, melihat wajah cemas gue dan Nia, lalu langsung berdiri. "Masuk, apa yang terjadi?"

Gue menunjukkan email itu ke Bima dan menjelaskan situasinya. Bima membaca dengan cepat, wajahnya berubah serius. "Ini gak bisa kita abaikan. Kita harus segera panggil tim IT dan security."

Bima langsung menghubungi kepala IT dan mengatur meeting darurat. Dalam hitungan menit, semua orang yang berkepentingan sudah berkumpul di ruang rapat.

Pak Joko, kepala IT, mulai menjelaskan. "Tadi malam ada upaya peretasan ke sistem kita. Sepertinya mereka mencoba mengakses data proyek baru kita. Kami sudah mengambil langkah-langkah untuk menghentikan serangan, tapi ada kemungkinan beberapa data sudah bocor."

Bima mendengarkan dengan cermat, lalu menatap ke seluruh tim. "Kita gak bisa biarkan ini terjadi. Dita, lo koordinasi dengan tim pemasaran dan pastikan semua data yang bocor segera dilindungi dan backup. Pak Joko, gue butuh lo dan tim IT untuk melacak siapa pelakunya dan mencegah serangan berikutnya."

Gue mengangguk dan langsung bergegas dengan Nia ke ruang pemasaran. Gue kasih tahu semua anggota tim tentang situasi ini dan kita mulai bekerja keras untuk mengamankan data yang tersisa.

Hari itu penuh dengan ketegangan. Gue dan tim bekerja tanpa henti, mencoba memperbaiki kerusakan dan mengamankan sistem. Setiap detik terasa begitu berharga, dan gue bisa merasakan tekanan besar di pundak gue.

Di tengah-tengah kesibukan itu, hape gue bergetar. Pesan dari Bima: "Dita, temui gue di ruang rapat sekarang."

Gue langsung bergegas ke sana. Pas masuk, gue lihat Bima duduk di meja rapat dengan wajah serius. "Dita, kita dapat informasi penting. Pak Joko menemukan jejak digital yang menunjukkan bahwa peretas itu orang dalam."

Gue kaget bukan main. "Orang dalam? Siapa yang mungkin ngelakuin ini?"

"Itu yang kita harus cari tau," jawab Bima. "Gue butuh lo buat bantu investigasi ini. Lo punya akses ke data dan orang-orang yang terlibat. Kita harus bongkar siapa pengkhianat di antara kita."

Gue mengangguk dengan tegas. "Baik, Bima. Saya akan lakuin yang terbaik."

Hari-hari berikutnya, gue dan Bima sibuk dengan investigasi internal. Gue mulai memeriksa aktivitas dan komunikasi semua orang yang terlibat dalam proyek. Setiap detail kecil gue perhatikan, mencari petunjuk siapa yang mungkin menjadi pengkhianat.

Selama proses ini, gue dan Bima semakin sering berinteraksi dan bekerja sama dengan intens. Gue mulai melihat sisi lain dari Bima yang begitu berdedikasi dan fokus. Di tengah-tengah tekanan dan ketegangan, ada momen-momen di mana kami saling mendukung dan memberi semangat.

Suatu malam, saat gue masih di kantor menyelesaikan laporan investigasi, Bima masuk ke ruangan gue. "Dita, lo udah seharian di sini. Ayo kita keluar sebentar, makan malam dulu. Lo butuh istirahat."

Gue tersenyum lelah. "Iya, mungkin gue butuh sedikit break."

Kami pergi ke sebuah kafe dekat kantor dan duduk di sudut yang tenang. Bima memesan makanan untuk kami berdua, dan gue merasa sedikit lega bisa lepas dari tekanan sejenak.

"Dita, gue tau ini berat buat lo. Tapi lo udah melakukan pekerjaan yang luar biasa," kata Bima sambil menatap gue.

"Terima kasih, Bima. Gue cuma pengen kita bisa selesaikan masalah ini secepatnya," jawab gue dengan jujur.

Bima tersenyum tipis. "Kita akan selesaikan ini, Dita. Gue yakin kita bisa."

Setelah makan malam, kami kembali ke kantor dan melanjutkan investigasi. Gue terus mencari petunjuk dan bukti. Sampai suatu saat, gue menemukan email mencurigakan yang dikirim dari salah satu anggota tim.

"Bima, gue nemu sesuatu," kata gue dengan nada tegang.

Bima langsung mendekat dan melihat layar gue. "Ini dia. Email ini bisa jadi petunjuk besar. Kita harus tindak lanjuti ini besok pagi."

Hari berikutnya, dengan bukti yang ada, kami memanggil anggota tim yang mencurigakan itu untuk diinterogasi. Setelah beberapa pertanyaan, akhirnya dia mengakui keterlibatannya dalam peretasan.

"Gue gak punya pilihan lain. Mereka mengancam gue," kata orang itu dengan wajah penuh penyesalan.

Bima langsung mengambil tindakan tegas. "Lo akan dikenakan sanksi sesuai kebijakan perusahaan dan hukum yang berlaku."

Setelah masalah itu diselesaikan, kami kembali fokus ke proyek. Bima mengumpulkan tim inti dan memberikan pengarahan baru. "Kita udah melewati masa sulit ini. Sekarang saatnya kita kembali fokus dan pastikan proyek ini sukses."

Gue merasa lega sekaligus bangga. Gue belajar banyak dari pengalaman ini, terutama tentang pentingnya kerja sama dan kepercayaan. Di tengah-tengah semua itu, gue semakin dekat dengan Bima, dan hubungan kami menjadi lebih kuat.

Malam itu, setelah semua pekerjaan selesai, Bima mengajak gue berbicara di rooftop kantor. "Dita, lo udah nunjukin kemampuan dan dedikasi yang luar biasa. Gue bersyukur punya lo di tim ini."

Gue tersenyum dan merasa terharu. "Terima kasih, Bima. Gue juga bersyukur bisa belajar dan bekerja sama dengan lo."

Kami berdiri di sana, melihat pemandangan kota di malam hari. Gue merasa perjalanan ini masih panjang, tapi gue yakin kami bisa menghadapi semua tantangan bersama. Ini baru awal dari perjalanan penuh kejutan dan pelajaran berharga yang akan datang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status