Share

BAB 3: Kejutan Pagi

Pagi itu, baru aja turun dari ojek online dan siap-siap masuk ke kantor, tiba-tiba suara sirene ambulans mendekat. Gue nengok ke arah suara dan melihat kerumunan orang di depan gedung kantor. Hati gue langsung berdegup kencang, perasaan cemas mulai merayapi.

Gue bergegas mendekat dan bertanya kepada salah satu satpam yang ada di sana, "Ada apa ini, Pak?"

"Katanya ada yang pingsan di lobby," jawab satpam dengan nada serius.

Gue langsung mikir siapa yang mungkin pingsan di lobby. Saat gue masuk ke dalam, gue lihat seorang pria terbaring di lantai dengan paramedis yang sibuk memberikan pertolongan. Dan di sana, gue melihat Bima dengan wajah panik.

"Bima!" Gue spontan memanggilnya dan mendekat.

Bima nengok dan terlihat lega saat melihat gue. "Dita, syukurlah lo di sini. Ini Pak Rudi, dia tiba-tiba jatuh pingsan."

Gue kaget mendengar itu. Pak Rudi adalah kepala bagian pemasaran yang sangat penting dalam proyek kita. "Apa yang terjadi?" tanya gue sambil berusaha tetap tenang.

"Gak tau, tadi dia baru masuk terus tiba-tiba jatuh," jawab Bima dengan nada khawatir.

Gue bantu Bima mengawasi situasi sambil memastikan semuanya terkendali. Setelah beberapa menit, paramedis memutuskan untuk membawa Pak Rudi ke rumah sakit. Bima langsung memberi instruksi pada beberapa staf untuk mengurus administrasi dan memastikan Pak Rudi mendapat perawatan terbaik.

Setelah ambulans pergi, Bima menghela napas panjang. "Gue harap dia baik-baik saja," katanya dengan nada penuh kekhawatiran.

"Semoga aja," jawab gue, berusaha memberi dukungan. "Jadi, gimana dengan meeting kita?"

Bima mengangguk pelan. "Kita tetap jalan. Proyek ini gak bisa berhenti hanya karena satu kejadian. Ayo ke ruang rapat, gue akan kasih pengarahan."

Kami berjalan ke ruang rapat utama, dan Bima langsung mulai meeting dengan tim inti. Semua orang terlihat cemas dan sedikit terguncang karena kejadian tadi, tapi Bima berusaha untuk tetap tenang dan profesional.

"Teman-teman, kita semua tahu kalau Pak Rudi adalah bagian penting dari tim ini. Tapi kita harus tetap jalan. Dita, lo ambil alih tugas-tugas yang biasanya ditangani Pak Rudi sementara waktu ini. Lo juga yang akan koordinasi langsung dengan gue," kata Bima tegas.

Gue mengangguk dan menerima tanggung jawab baru ini. "Baik, Bima. Saya siap," jawab gue dengan mantap.

Kami mulai meeting dengan membahas strategi yang udah gue presentasiin sebelumnya. Gue merasa tanggung jawab di pundak gue makin besar, tapi gue juga merasa semangat buat nunjukin kemampuan gue.

Setelah beberapa jam, meeting selesai. Gue langsung balik ke meja gue dan mulai ngerjain tugas-tugas yang tadi udah dibahas. Gak lama kemudian, Bima nyamperin meja gue.

"Dita, gue tau ini berat buat lo. Tapi gue yakin lo bisa," katanya dengan nada serius.

"Terima kasih, Bima. Saya akan lakuin yang terbaik," jawab gue.

Bima tersenyum tipis. "Gue juga mau kasih tau, kita ada meeting dengan klien besar besok. Gue butuh lo siapin presentasi buat mereka."

"Siap, Bima. Saya akan siapin semuanya," jawab gue dengan penuh semangat.

Hari itu berlalu dengan cepat. Gue sibuk ngurusin tugas-tugas baru dan nyiapin presentasi buat meeting besok. Gue juga terus update kabar tentang kondisi Pak Rudi dari rumah sakit. Malamnya, gue pulang dengan perasaan campur aduk antara cemas dan semangat. Gue tau tantangan besar menanti, tapi gue juga yakin bisa ngatasinnya dengan dukungan dari Bima dan tim inti.

Besoknya, gue datang lebih pagi ke kantor buat memastikan semuanya siap untuk meeting dengan klien. Pas lagi nyiapin presentasi di ruang rapat, Bima masuk dan ngeliat kerjaan gue.

"Bagus, Dita. Presentasinya kelihatan solid. Gue yakin klien bakal suka," katanya sambil ngasih senyum semangat.

"Terima kasih, Bima. Semoga aja semuanya berjalan lancar," jawab gue.

Saat meeting dimulai, gue dan Bima bekerja sama dengan baik. Gue ngejelasin konsep dan strategi pemasaran kita, sementara Bima nambahin detail-detail penting yang meyakinkan klien. Klien terlihat puas dan tertarik dengan ide kita.

Setelah meeting selesai dan klien pergi, Bima mengajak gue ngobrol di ruangannya. "Dita, gue bangga dengan kerja lo hari ini. Lo udah nunjukin kalo lo bisa diandalkan."

"Terima kasih, Bima. Saya juga belajar banyak dari lo," jawab gue.

Bima tersenyum. "Kita tim yang bagus. Gue yakin proyek ini bakal sukses."

Gue pulang dengan perasaan bangga dan puas. Hari-hari ke depan pasti penuh dengan tantangan, tapi gue siap menghadapinya. Ini baru awal dari perjalanan panjang yang penuh dengan kejutan dan pelajaran berharga.

Keesokan harinya, gue kembali sibuk dengan berbagai persiapan proyek. Bima mengundang gue untuk makan siang bersama di kantin kantor. Ini pertama kalinya gue makan siang bareng Bima dan gue merasa sedikit canggung.

Saat kami duduk di meja, Bima mulai berbicara. "Dita, gue pengen tau lebih banyak tentang lo. Apa yang bikin lo tertarik kerja di bidang pemasaran?"

Gue tersenyum dan mulai bercerita. "Sebenernya, gue dari dulu suka banget sama dunia komunikasi dan iklan. Gue suka gimana sebuah pesan bisa disampaikan dengan cara yang kreatif dan mempengaruhi banyak orang."

Bima mendengarkan dengan seksama. "Menarik. Gue lihat lo punya potensi besar. Tapi lo harus siap dengan tantangan yang ada di depan."

"Iya, Bima. Gue siap belajar dan berkembang," jawab gue dengan yakin.

Kami melanjutkan makan siang dengan obrolan ringan tentang hobi dan kehidupan di luar kantor. Gue mulai merasa lebih nyaman dan bisa melihat sisi lain dari Bima yang lebih santai dan ramah.

Setelah makan siang, kami kembali ke kantor dan melanjutkan pekerjaan. Gue merasa semakin dekat dengan Bima, bukan hanya sebagai bos tapi juga sebagai rekan kerja yang bisa diandalkan.

Hari-hari berikutnya penuh dengan kesibukan. Gue terus bekerja keras, belajar banyak hal baru, dan semakin mengenal Bima. Gue merasa proyek ini semakin mendekatkan kami, bukan hanya dalam pekerjaan tapi juga dalam hal personal.

Malam itu, saat gue sedang mempersiapkan laporan untuk presentasi berikutnya, gue mendapat pesan dari Bima. "Dita, besok ada acara makan malam dengan klien penting. Gue pengen lo ikut."

Gue merasa senang sekaligus gugup. "Siap, Bima. Saya akan hadir."

Hari berikutnya, setelah jam kerja selesai, gue pulang sebentar untuk ganti pakaian yang lebih formal. Gue memilih gaun sederhana tapi elegan, dan sedikit dandan untuk terlihat lebih rapi.

Saat tiba di restoran tempat acara makan malam berlangsung, gue melihat Bima sudah menunggu di pintu masuk. Dia mengenakan setelan jas hitam yang membuatnya terlihat semakin karismatik.

"Bagus, Dita. Lo terlihat cantik malam ini," kata Bima dengan senyum.

"Terima kasih, Bima," jawab gue dengan sedikit malu.

Kami masuk ke dalam restoran dan disambut oleh klien yang sudah menunggu di meja. Makan malam itu berlangsung dengan lancar. Gue dan Bima bekerja sama dengan baik untuk meyakinkan klien tentang proyek kita. Klien terlihat puas dan setuju untuk melanjutkan kerjasama.

Setelah acara selesai, Bima mengantar gue keluar restoran. "Lo melakukan pekerjaan yang bagus, Dita. Gue bangga dengan lo."

"Terima kasih, Bima. Ini semua berkat dukungan lo juga," jawab gue dengan tulus.

Kami berdiri di depan restoran, malam itu terasa hangat dan tenang. Gue merasa ada sesuatu yang berbeda dalam cara Bima melihat gue. Ada kehangatan dan perhatian yang gue belum pernah lihat sebelumnya.

"Lo mau gue antar pulang?" tanya Bima.

Gue sedikit ragu tapi kemudian mengangguk. "Boleh, terima kasih."

Dalam perjalanan pulang, kami berbicara tentang banyak hal, dari pekerjaan hingga kehidupan pribadi. Gue merasa semakin dekat dengan Bima, dan ada perasaan yang mulai tumbuh dalam hati gue.

Saat tiba di depan rumah, Bima menghentikan mobilnya dan menoleh ke gue. "Dita, gue senang bisa kerja bareng lo. Gue merasa kita bisa jadi tim yang hebat."

Gue tersenyum dan merasa bahagia. "Gue juga merasa begitu, Bima. Terima kasih untuk semuanya."

Bima tersenyum dan mengangguk. "Selamat malam, Dita. Sampai ketemu besok."

"Selamat malam, Bima," jawab gue sebelum turun dari mobil.

Gue masuk ke rumah dengan perasaan campur aduk antara bahagia dan gugup. Malam itu, gue gak bisa tidur nyenyak. Bayangan tentang proyek dan hubungan gue dengan Bima terus mengisi pikiran gue. Gue tau perjalanan ini masih panjang, tapi gue siap menghadapi setiap tantangan dengan sem

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status