Home / Romansa / Jerat Cinta CEO Muda / BAB 5: Rahasia yang Terbongkar

Share

BAB 5: Rahasia yang Terbongkar

last update Last Updated: 2024-08-08 14:47:46

Pagi itu, gue baru aja selesai siap-siap untuk ke kantor. Tiba-tiba, handphone gue bergetar keras. Telepon dari Bima. Gue segera menjawabnya, suara Bima terdengar panik di ujung sana.

"Dita, lo harus datang ke kantor secepatnya. Ada sesuatu yang gawat banget terjadi," katanya cepat tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Jantung gue langsung berdebar. "Oke, gue segera ke sana," jawab gue sambil langsung berlari keluar rumah dan memanggil ojek online.

Perjalanan ke kantor terasa lama banget, meski kenyataannya hanya beberapa menit. Pikiran gue dipenuhi dengan segala kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Begitu sampai, gue langsung berlari masuk ke kantor dan menuju ruangan Bima.

Pas gue masuk ke ruangan Bima, gue lihat dia sedang berdiri dengan wajah tegang di depan layar komputer. "Bima, ada apa?" tanya gue sambil berusaha mengatur napas.

Bima menunjuk ke layar. "Lo harus lihat ini, Dita. Ini lebih dari sekadar peretasan."

Gue mendekat dan melihat layar. Di sana ada rekaman CCTV dari kantor kita. Tampak seseorang yang dikenali sedang memasukkan USB ke salah satu komputer. Itu adalah Pak Rudi, kepala bagian pemasaran yang sebelumnya pingsan dan dirawat di rumah sakit!

"Ini nggak mungkin," kata gue dengan suara gemetar. "Pak Rudi? Tapi kenapa dia?"

"Gue juga gak percaya awalnya," kata Bima. "Tapi ini bukti jelas. Dia yang ngasih akses ke peretas itu."

Gue merasa dikhianati. Orang yang gue pikir pingsan dan sakit ternyata adalah pelakunya. "Kita harus ngelaporin ini ke manajemen dan pihak berwenang."

Bima mengangguk. "Gue setuju. Tapi sebelum itu, kita harus bicara sama dia. Cari tau motivasinya."

Kami segera menghubungi manajemen dan mengatur pertemuan darurat dengan Pak Rudi. Beberapa menit kemudian, Pak Rudi masuk ke ruang rapat dengan wajah tenang, seolah-olah tidak ada yang terjadi.

"Dita, Bima, ada apa?" tanyanya dengan nada biasa.

Gue dan Bima saling menatap, lalu Bima mulai berbicara. "Pak Rudi, kami punya bukti bahwa Anda terlibat dalam peretasan data perusahaan."

Wajah Pak Rudi langsung berubah. "Apa maksud kalian?"

Bima menunjukkan rekaman CCTV itu. "Ini bukti bahwa Anda memasukkan USB ke komputer kantor. Data dari USB itu yang digunakan untuk peretasan."

Pak Rudi terdiam beberapa saat, lalu menghela napas berat. "Kalian benar. Tapi gue punya alasan."

Gue merasa marah dan bingung. "Kenapa lo ngelakuin ini, Pak Rudi? Apa yang bikin lo berkhianat?"

Pak Rudi menunduk. "Mereka mengancam keluarga gue. Mereka bilang kalau gue gak ngikutin, istri dan anak gue akan disakiti."

Gue merasakan simpati dan kemarahan bercampur jadi satu. "Kenapa lo gak bilang ke kita? Kita bisa bantu."

"Aku takut, Dita. Mereka bilang mereka punya mata-mata di mana-mana. Gue gak tahu siapa yang bisa gue percaya," jawabnya dengan suara gemetar.

Bima mengambil napas dalam-dalam. "Pak Rudi, kami harus lapor ke pihak berwenang. Tapi kami juga akan pastikan keluarga Anda aman."

Pak Rudi mengangguk pelan, matanya berkaca-kaca. "Terima kasih. Gue cuma pengen melindungi keluarga gue."

Bima segera menghubungi pihak berwenang dan memberi tahu manajemen tentang situasi ini. Gue dan Pak Rudi tetap di ruang rapat sementara menunggu polisi datang. Gue melihat Pak Rudi yang terlihat begitu lelah dan hancur, dan gak bisa nggak merasa simpati.

Beberapa menit kemudian, polisi tiba di kantor dan membawa Pak Rudi untuk diinterogasi lebih lanjut. Sebelum pergi, Pak Rudi menoleh ke gue dan Bima. "Maafkan gue. Semoga kalian bisa menyelamatkan perusahaan ini."

Setelah Pak Rudi dibawa pergi, Bima menatap gue dengan ekspresi serius. "Dita, ini baru permulaan. Kita harus tetap waspada. Mungkin masih ada orang lain yang terlibat."

Gue mengangguk. "Gue setuju. Kita harus perketat keamanan dan pastikan gak ada lagi yang terjadi."

Selama beberapa hari berikutnya, gue dan Bima bekerja keras bersama tim IT dan manajemen untuk memperkuat sistem keamanan perusahaan. Setiap hari terasa seperti medan perang, dengan ketegangan dan tekanan yang terus meningkat. Namun, kerja keras kami akhirnya membuahkan hasil. Sistem kami berhasil diamankan dan data penting perusahaan terlindungi.

Di tengah-tengah kesibukan itu, hubungan gue dan Bima semakin dekat. Kami semakin sering berbicara tentang hal-hal di luar pekerjaan, saling memberi dukungan dan semangat. Gue mulai merasa ada sesuatu yang lebih dari sekadar hubungan profesional antara kami.

Suatu malam, setelah seharian bekerja keras, Bima mengajak gue untuk duduk di rooftop kantor. Kami duduk di sana, melihat bintang-bintang di langit malam.

"Dita, gue harus bilang sesuatu," kata Bima pelan.

Gue menoleh padanya, merasa jantung gue berdebar. "Apa itu, Bima?"

Bima menghela napas dalam-dalam sebelum berbicara lagi. "Gue gak bisa menyangkal perasaan gue lagi. Gue merasa semakin dekat sama lo, bukan cuma sebagai rekan kerja, tapi lebih dari itu."

Gue terdiam, merasakan kebahagiaan dan kekhawatiran bercampur jadi satu. "Bima, gue juga merasa hal yang sama. Tapi gue takut ini akan mengganggu pekerjaan kita."

Bima tersenyum tipis. "Gue juga mikir begitu. Tapi gue percaya kita bisa profesional dan tetap menjaga perasaan kita. Gue ingin kita coba."

Gue tersenyum dan merasa lega. "Gue juga ingin kita coba, Bima."

Related chapters

  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 6: Musuh di Dalam Bayangan

    Pagi itu, suasana di kantor terasa tegang. Semua orang tahu ada sesuatu yang besar sedang terjadi, tapi gak ada yang berani bertanya. Gue dan Bima sudah mempersiapkan tim untuk menghadapi segala kemungkinan. Kami mengadakan rapat darurat dengan semua kepala divisi."Tim, kita baru saja mendapat informasi dari pihak berwenang bahwa ada dalang di balik peretasan ini," kata Bima membuka rapat. "Kita harus ekstra waspada dan pastikan setiap langkah yang kita ambil terjaga keamanannya."Gue melanjutkan, "Mulai hari ini, semua komunikasi internal harus melalui jalur aman. Jangan ada informasi penting yang keluar dari sini tanpa izin. Kita harus temukan siapa dalang ini sebelum mereka melakukan kerusakan lebih besar."Setelah rapat selesai, gue kembali ke meja gue dan mulai menganalisis data yang kami miliki. Gue merasa ada sesuatu yang belum terungkap, sesuatu yang menghubungkan semua kejadian ini.Tiba-tiba, Nia datang dengan wajah pucat. "Dita, lo harus lihat ini," katanya sambil menyerah

    Last Updated : 2024-08-08
  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 7: Membangun Kembali

    Pagi itu, kantor mulai terasa sedikit lebih ringan setelah ketegangan yang panjang. Sudah hampir seminggu sejak penangkapan Rian dan pengungkapan dalang sebenarnya di balik semua sabotase. Meski kepercayaan publik terhadap perusahaan sudah mulai pulih, tantangan baru tetap ada, dan beban untuk memperbaiki kerusakan besar masih ada di pundak gue dan Bima.“Gue rasa kita udah bisa bernapas sedikit lebih lega,” ujar Bima sambil berjalan masuk ke ruang rapat pagi itu. Tapi sorot matanya, meski hangat, tetap mengandung sedikit kekhawatiran.“Yah, lega mungkin, tapi ini belum selesai sepenuhnya, Bim,” jawab gue, melihat dokumen-dokumen yang tersebar di depan gue. “Masih ada beberapa klien besar yang ragu untuk melanjutkan kerja sama. Mereka butuh jaminan bahwa kita udah memperbaiki semuanya.”Dia mengangguk, mengerti maksud gue. Peretasan kemarin gak cuma menyebabkan kerugian finansial, tapi juga menimbulkan keraguan yang mendalam terhadap integritas sistem keamanan kami. Dan sekarang, semu

    Last Updated : 2024-09-06
  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 8: Ketukan di Tengah Malam

    Malam itu terasa sunyi di apartemen gue. Setelah berbicara dengan Bima, gue memutuskan untuk menutup laptop dan mengambil waktu buat diri sendiri. Gue pesan makanan dari restoran favorit gue dan menonton film untuk melepas penat. Semuanya berjalan biasa aja—sampai terdengar ketukan keras di pintu apartemen gue, membuat gue melompat dari sofa.Ketukan itu terdengar tergesa-gesa, seperti orang yang panik atau marah. Jantung gue berdetak lebih cepat, otak gue otomatis berpikir kalau ini sesuatu yang buruk. Siapa yang akan datang jam segini?Gue berjalan ke pintu dengan sedikit ragu. Ketika gue buka pintu, gue langsung tersentak. Di depan gue berdiri seorang wanita dengan wajah tegang, rambutnya acak-acakan, dan bajunya terlihat kotor seperti habis lari seharian. Dia menarik napas berat, seolah berusaha menenangkan dirinya sendiri.“Lo... lo harus bantuin gue,” kata wanita itu dengan suara terengah-engah, air mata mulai mengalir di pipinya.Gue menatapnya dengan bingung. “Maaf, lo siapa?”

    Last Updated : 2024-09-07
  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 9: Jejak yang Terhapus

    Pagi itu, suasana kantor terasa lebih tenang di permukaan, tapi gue bisa merasakan ketegangan yang bersembunyi di balik setiap pandangan dan gerakan orang-orang. Semua terlihat bekerja seperti biasa, tapi gue tahu mereka masih resah setelah apa yang terjadi dengan peretasan dan kabar buruk yang menyebar tentang kemungkinan ancaman yang lebih besar.Gue tiba di kantor lebih awal dari biasanya, merasa lebih baik setelah tidur semalam. Meskipun sempat terbangun beberapa kali dengan pikiran tentang Alma dan apa yang mungkin terjadi selanjutnya, setidaknya gue merasa sedikit lebih siap untuk menghadapi hari ini. Gue langsung menuju ruangan gue, berharap Bima udah ada di sana seperti yang dijanjikannya kemarin. Dan benar aja, dia udah duduk di kursi tamu dengan wajah serius.“Gue nemuin sesuatu,” kata Bima begitu gue masuk. Dia menggeser laptopnya ke arah gue, menunjukkan beberapa laporan dari tim IT.Gue berjalan mendekat dan menatap layar. “Apa ini?”“Kita dapet jejak aktivitas tambahan d

    Last Updated : 2024-09-08
  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 1: Kenalan Sama Si Boss

    Gue, Dita, baru dua bulan kerja di perusahaan startup yang lagi naik daun ini. Perusahaan ini bergerak di bidang teknologi, dan gue kebetulan ditempatkan di departemen pemasaran. Pagi ini, gue lagi asik-asiknya bikin laporan mingguan sambil ngopi, tiba-tiba telepon di meja gue berdering."Dita, lo dipanggil ke ruang CEO sekarang," suara sekretaris Bima, Mbak Lala, terdengar di ujung sana.Jantung gue langsung berdegup kencang. "Ada apa ya, Mbak?" tanya gue, berusaha tenang padahal pikiran gue udah kacau."Katanya ada yang mau dibahas soal proyek. Langsung aja ya, jangan lama-lama," katanya dengan nada serius.Gue langsung bergegas. Gue yakin gue gak bikin kesalahan besar, tapi tetep aja rasa takut itu ada. Gue jalan cepat menuju ruang CEO di lantai atas. Pas gue sampai, Mbak Lala langsung ngasih kode buat masuk.Gue mengetuk pintu dan masuk dengan hati-hati. Bima, si CEO, lagi duduk di balik meja kerjanya dengan wajah serius. Dia ngeliat gue sebentar, terus nunjuk ke kursi di depannya

    Last Updated : 2024-07-24
  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 2: Meeting Pertama

    Gue gak pernah nyangka pagi ini bakal jadi salah satu pagi paling mengejutkan dalam hidup gue. Begitu sampai di kantor, gue langsung disambut oleh Mbak Lala yang ngasih tau kalau ada meeting mendadak di ruang rapat utama."Dita, buruan ke ruang rapat. Bima udah nunggu," katanya dengan nada serius."Meeting apa, Mbak?" tanya gue, bingung. Biasanya meeting dijadwalkan jauh-jauh hari."Pokoknya penting. Langsung aja ya!" balas Mbak Lala sambil buru-buru pergi.Gue cepet-cepet bawa laptop dan catatan gue, terus langsung menuju ruang rapat utama. Pas gue buka pintu, gue kaget ngeliat ruangan penuh dengan beberapa orang yang gue kenal sebagai petinggi perusahaan, termasuk Bima yang duduk di ujung meja dengan wajah serius."Dita, duduk sini," panggil Bima sambil nunjuk kursi kosong di sebelahnya. Gue langsung duduk, sambil ngerasa semua mata tertuju ke gue.Bima mulai meeting dengan suara tegas. "Hari ini kita akan bahas proyek baru yang gue yakin bisa bawa perusahaan kita ke level berikutny

    Last Updated : 2024-07-26
  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 3: Kejutan Pagi

    Pagi itu, baru aja turun dari ojek online dan siap-siap masuk ke kantor, tiba-tiba suara sirene ambulans mendekat. Gue nengok ke arah suara dan melihat kerumunan orang di depan gedung kantor. Hati gue langsung berdegup kencang, perasaan cemas mulai merayapi.Gue bergegas mendekat dan bertanya kepada salah satu satpam yang ada di sana, "Ada apa ini, Pak?""Katanya ada yang pingsan di lobby," jawab satpam dengan nada serius.Gue langsung mikir siapa yang mungkin pingsan di lobby. Saat gue masuk ke dalam, gue lihat seorang pria terbaring di lantai dengan paramedis yang sibuk memberikan pertolongan. Dan di sana, gue melihat Bima dengan wajah panik."Bima!" Gue spontan memanggilnya dan mendekat.Bima nengok dan terlihat lega saat melihat gue. "Dita, syukurlah lo di sini. Ini Pak Rudi, dia tiba-tiba jatuh pingsan."Gue kaget mendengar itu. Pak Rudi adalah kepala bagian pemasaran yang sangat penting dalam proyek kita. "Apa yang terjadi?" tanya gue sambil berusaha tetap tenang."Gak tau, tadi

    Last Updated : 2024-07-29
  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 4: Temuan Mengejutkan

    Pagi itu, gue datang ke kantor lebih awal dari biasanya. Gue masih merasa euforia dari kesuksesan makan malam dengan klien semalam. Gue duduk di meja gue, mulai menyalakan laptop, dan langsung sibuk dengan persiapan presentasi mingguan.Namun, baru beberapa menit bekerja, tiba-tiba Nia, sahabat gue di kantor, datang dengan wajah panik. "Dita, lo harus liat ini sekarang!" katanya sambil menyeret gue ke ruangannya."Nia, ada apa sih?" tanya gue bingung, sambil berusaha mengikuti langkah cepatnya."Ini serius, lo harus liat sendiri," jawab Nia sambil menunjukkan layar komputernya.Di layar itu, gue melihat sebuah email yang baru saja masuk dari salah satu tim IT. Judulnya bikin jantung gue langsung berdebar kencang: "URGENT: Data Breach Alert."Gue langsung baca email itu dengan cepat. Isinya memberitahu bahwa ada upaya peretasan ke sistem kita semalam, dan beberapa data penting proyek kita berpotensi bocor."Astaga, ini gawat banget," kata gue sambil menatap Nia dengan cemas. "Kita haru

    Last Updated : 2024-07-29

Latest chapter

  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 9: Jejak yang Terhapus

    Pagi itu, suasana kantor terasa lebih tenang di permukaan, tapi gue bisa merasakan ketegangan yang bersembunyi di balik setiap pandangan dan gerakan orang-orang. Semua terlihat bekerja seperti biasa, tapi gue tahu mereka masih resah setelah apa yang terjadi dengan peretasan dan kabar buruk yang menyebar tentang kemungkinan ancaman yang lebih besar.Gue tiba di kantor lebih awal dari biasanya, merasa lebih baik setelah tidur semalam. Meskipun sempat terbangun beberapa kali dengan pikiran tentang Alma dan apa yang mungkin terjadi selanjutnya, setidaknya gue merasa sedikit lebih siap untuk menghadapi hari ini. Gue langsung menuju ruangan gue, berharap Bima udah ada di sana seperti yang dijanjikannya kemarin. Dan benar aja, dia udah duduk di kursi tamu dengan wajah serius.“Gue nemuin sesuatu,” kata Bima begitu gue masuk. Dia menggeser laptopnya ke arah gue, menunjukkan beberapa laporan dari tim IT.Gue berjalan mendekat dan menatap layar. “Apa ini?”“Kita dapet jejak aktivitas tambahan d

  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 8: Ketukan di Tengah Malam

    Malam itu terasa sunyi di apartemen gue. Setelah berbicara dengan Bima, gue memutuskan untuk menutup laptop dan mengambil waktu buat diri sendiri. Gue pesan makanan dari restoran favorit gue dan menonton film untuk melepas penat. Semuanya berjalan biasa aja—sampai terdengar ketukan keras di pintu apartemen gue, membuat gue melompat dari sofa.Ketukan itu terdengar tergesa-gesa, seperti orang yang panik atau marah. Jantung gue berdetak lebih cepat, otak gue otomatis berpikir kalau ini sesuatu yang buruk. Siapa yang akan datang jam segini?Gue berjalan ke pintu dengan sedikit ragu. Ketika gue buka pintu, gue langsung tersentak. Di depan gue berdiri seorang wanita dengan wajah tegang, rambutnya acak-acakan, dan bajunya terlihat kotor seperti habis lari seharian. Dia menarik napas berat, seolah berusaha menenangkan dirinya sendiri.“Lo... lo harus bantuin gue,” kata wanita itu dengan suara terengah-engah, air mata mulai mengalir di pipinya.Gue menatapnya dengan bingung. “Maaf, lo siapa?”

  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 7: Membangun Kembali

    Pagi itu, kantor mulai terasa sedikit lebih ringan setelah ketegangan yang panjang. Sudah hampir seminggu sejak penangkapan Rian dan pengungkapan dalang sebenarnya di balik semua sabotase. Meski kepercayaan publik terhadap perusahaan sudah mulai pulih, tantangan baru tetap ada, dan beban untuk memperbaiki kerusakan besar masih ada di pundak gue dan Bima.“Gue rasa kita udah bisa bernapas sedikit lebih lega,” ujar Bima sambil berjalan masuk ke ruang rapat pagi itu. Tapi sorot matanya, meski hangat, tetap mengandung sedikit kekhawatiran.“Yah, lega mungkin, tapi ini belum selesai sepenuhnya, Bim,” jawab gue, melihat dokumen-dokumen yang tersebar di depan gue. “Masih ada beberapa klien besar yang ragu untuk melanjutkan kerja sama. Mereka butuh jaminan bahwa kita udah memperbaiki semuanya.”Dia mengangguk, mengerti maksud gue. Peretasan kemarin gak cuma menyebabkan kerugian finansial, tapi juga menimbulkan keraguan yang mendalam terhadap integritas sistem keamanan kami. Dan sekarang, semu

  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 6: Musuh di Dalam Bayangan

    Pagi itu, suasana di kantor terasa tegang. Semua orang tahu ada sesuatu yang besar sedang terjadi, tapi gak ada yang berani bertanya. Gue dan Bima sudah mempersiapkan tim untuk menghadapi segala kemungkinan. Kami mengadakan rapat darurat dengan semua kepala divisi."Tim, kita baru saja mendapat informasi dari pihak berwenang bahwa ada dalang di balik peretasan ini," kata Bima membuka rapat. "Kita harus ekstra waspada dan pastikan setiap langkah yang kita ambil terjaga keamanannya."Gue melanjutkan, "Mulai hari ini, semua komunikasi internal harus melalui jalur aman. Jangan ada informasi penting yang keluar dari sini tanpa izin. Kita harus temukan siapa dalang ini sebelum mereka melakukan kerusakan lebih besar."Setelah rapat selesai, gue kembali ke meja gue dan mulai menganalisis data yang kami miliki. Gue merasa ada sesuatu yang belum terungkap, sesuatu yang menghubungkan semua kejadian ini.Tiba-tiba, Nia datang dengan wajah pucat. "Dita, lo harus lihat ini," katanya sambil menyerah

  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 5: Rahasia yang Terbongkar

    Pagi itu, gue baru aja selesai siap-siap untuk ke kantor. Tiba-tiba, handphone gue bergetar keras. Telepon dari Bima. Gue segera menjawabnya, suara Bima terdengar panik di ujung sana."Dita, lo harus datang ke kantor secepatnya. Ada sesuatu yang gawat banget terjadi," katanya cepat tanpa menjelaskan lebih lanjut.Jantung gue langsung berdebar. "Oke, gue segera ke sana," jawab gue sambil langsung berlari keluar rumah dan memanggil ojek online.Perjalanan ke kantor terasa lama banget, meski kenyataannya hanya beberapa menit. Pikiran gue dipenuhi dengan segala kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Begitu sampai, gue langsung berlari masuk ke kantor dan menuju ruangan Bima.Pas gue masuk ke ruangan Bima, gue lihat dia sedang berdiri dengan wajah tegang di depan layar komputer. "Bima, ada apa?" tanya gue sambil berusaha mengatur napas.Bima menunjuk ke layar. "Lo harus lihat ini, Dita. Ini lebih dari sekadar peretasan."Gue mendekat dan melihat layar. Di sana ada rekaman CCTV dari kantor ki

  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 4: Temuan Mengejutkan

    Pagi itu, gue datang ke kantor lebih awal dari biasanya. Gue masih merasa euforia dari kesuksesan makan malam dengan klien semalam. Gue duduk di meja gue, mulai menyalakan laptop, dan langsung sibuk dengan persiapan presentasi mingguan.Namun, baru beberapa menit bekerja, tiba-tiba Nia, sahabat gue di kantor, datang dengan wajah panik. "Dita, lo harus liat ini sekarang!" katanya sambil menyeret gue ke ruangannya."Nia, ada apa sih?" tanya gue bingung, sambil berusaha mengikuti langkah cepatnya."Ini serius, lo harus liat sendiri," jawab Nia sambil menunjukkan layar komputernya.Di layar itu, gue melihat sebuah email yang baru saja masuk dari salah satu tim IT. Judulnya bikin jantung gue langsung berdebar kencang: "URGENT: Data Breach Alert."Gue langsung baca email itu dengan cepat. Isinya memberitahu bahwa ada upaya peretasan ke sistem kita semalam, dan beberapa data penting proyek kita berpotensi bocor."Astaga, ini gawat banget," kata gue sambil menatap Nia dengan cemas. "Kita haru

  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 3: Kejutan Pagi

    Pagi itu, baru aja turun dari ojek online dan siap-siap masuk ke kantor, tiba-tiba suara sirene ambulans mendekat. Gue nengok ke arah suara dan melihat kerumunan orang di depan gedung kantor. Hati gue langsung berdegup kencang, perasaan cemas mulai merayapi.Gue bergegas mendekat dan bertanya kepada salah satu satpam yang ada di sana, "Ada apa ini, Pak?""Katanya ada yang pingsan di lobby," jawab satpam dengan nada serius.Gue langsung mikir siapa yang mungkin pingsan di lobby. Saat gue masuk ke dalam, gue lihat seorang pria terbaring di lantai dengan paramedis yang sibuk memberikan pertolongan. Dan di sana, gue melihat Bima dengan wajah panik."Bima!" Gue spontan memanggilnya dan mendekat.Bima nengok dan terlihat lega saat melihat gue. "Dita, syukurlah lo di sini. Ini Pak Rudi, dia tiba-tiba jatuh pingsan."Gue kaget mendengar itu. Pak Rudi adalah kepala bagian pemasaran yang sangat penting dalam proyek kita. "Apa yang terjadi?" tanya gue sambil berusaha tetap tenang."Gak tau, tadi

  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 2: Meeting Pertama

    Gue gak pernah nyangka pagi ini bakal jadi salah satu pagi paling mengejutkan dalam hidup gue. Begitu sampai di kantor, gue langsung disambut oleh Mbak Lala yang ngasih tau kalau ada meeting mendadak di ruang rapat utama."Dita, buruan ke ruang rapat. Bima udah nunggu," katanya dengan nada serius."Meeting apa, Mbak?" tanya gue, bingung. Biasanya meeting dijadwalkan jauh-jauh hari."Pokoknya penting. Langsung aja ya!" balas Mbak Lala sambil buru-buru pergi.Gue cepet-cepet bawa laptop dan catatan gue, terus langsung menuju ruang rapat utama. Pas gue buka pintu, gue kaget ngeliat ruangan penuh dengan beberapa orang yang gue kenal sebagai petinggi perusahaan, termasuk Bima yang duduk di ujung meja dengan wajah serius."Dita, duduk sini," panggil Bima sambil nunjuk kursi kosong di sebelahnya. Gue langsung duduk, sambil ngerasa semua mata tertuju ke gue.Bima mulai meeting dengan suara tegas. "Hari ini kita akan bahas proyek baru yang gue yakin bisa bawa perusahaan kita ke level berikutny

  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 1: Kenalan Sama Si Boss

    Gue, Dita, baru dua bulan kerja di perusahaan startup yang lagi naik daun ini. Perusahaan ini bergerak di bidang teknologi, dan gue kebetulan ditempatkan di departemen pemasaran. Pagi ini, gue lagi asik-asiknya bikin laporan mingguan sambil ngopi, tiba-tiba telepon di meja gue berdering."Dita, lo dipanggil ke ruang CEO sekarang," suara sekretaris Bima, Mbak Lala, terdengar di ujung sana.Jantung gue langsung berdegup kencang. "Ada apa ya, Mbak?" tanya gue, berusaha tenang padahal pikiran gue udah kacau."Katanya ada yang mau dibahas soal proyek. Langsung aja ya, jangan lama-lama," katanya dengan nada serius.Gue langsung bergegas. Gue yakin gue gak bikin kesalahan besar, tapi tetep aja rasa takut itu ada. Gue jalan cepat menuju ruang CEO di lantai atas. Pas gue sampai, Mbak Lala langsung ngasih kode buat masuk.Gue mengetuk pintu dan masuk dengan hati-hati. Bima, si CEO, lagi duduk di balik meja kerjanya dengan wajah serius. Dia ngeliat gue sebentar, terus nunjuk ke kursi di depannya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status