Beranda / CEO / Jerat Cinta CEO Muda / BAB 1: Kenalan Sama Si Boss

Share

Jerat Cinta CEO Muda
Jerat Cinta CEO Muda
Penulis: Nasywa Salsabila

BAB 1: Kenalan Sama Si Boss

last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-24 07:51:33

Gue, Dita, baru dua bulan kerja di perusahaan startup yang lagi naik daun ini. Perusahaan ini bergerak di bidang teknologi, dan gue kebetulan ditempatkan di departemen pemasaran. Pagi ini, gue lagi asik-asiknya bikin laporan mingguan sambil ngopi, tiba-tiba telepon di meja gue berdering.

"Dita, lo dipanggil ke ruang CEO sekarang," suara sekretaris Bima, Mbak Lala, terdengar di ujung sana.

Jantung gue langsung berdegup kencang. "Ada apa ya, Mbak?" tanya gue, berusaha tenang padahal pikiran gue udah kacau.

"Katanya ada yang mau dibahas soal proyek. Langsung aja ya, jangan lama-lama," katanya dengan nada serius.

Gue langsung bergegas. Gue yakin gue gak bikin kesalahan besar, tapi tetep aja rasa takut itu ada. Gue jalan cepat menuju ruang CEO di lantai atas. Pas gue sampai, Mbak Lala langsung ngasih kode buat masuk.

Gue mengetuk pintu dan masuk dengan hati-hati. Bima, si CEO, lagi duduk di balik meja kerjanya dengan wajah serius. Dia ngeliat gue sebentar, terus nunjuk ke kursi di depannya. "Duduk," katanya singkat.

Gue duduk dengan gugup. "Ada apa, Pak?" tanya gue, berusaha tenang.

Bima narik napas dalam, terus ngegeser laptopnya sedikit. "Gue denger lo punya ide baru buat proyek kita. Jelasin ke gue," katanya sambil melipat tangan di dadanya.

Gue kaget. "Oh, iya, Pak. Jadi, saya pikir kita bisa coba strategi pemasaran baru dengan fokus ke media sosial. Saya udah bikin rencana detailnya," gue mulai menjelaskan.

Bima diem, tapi matanya gak lepas dari gue. Gue lanjut cerita tentang rencana gue, dan makin lama gue makin percaya diri. Gue jelasin gimana strategi ini bisa nambah eksposur produk kita, gimana kita bisa kolaborasi dengan influencer, dan gimana kita bisa manfaatin algoritma buat ningkatin engagement.

Setelah gue selesai, Bima ngangguk-ngangguk. "Menarik," katanya. "Gue suka ide lo. Tapi, lo yakin ini bakal berhasil?"

Gue mengangguk. "Saya yakin, Pak. Kita bisa ngejangkau lebih banyak audiens dengan cara ini. Apalagi, target pasar kita mayoritas pengguna aktif media sosial."

Bima tersenyum tipis. "Bagus. Gue mau lo jadi tim inti di proyek ini. Mulai besok, lo bakal sering kerja bareng gue."

Gue kaget. "Serius, Pak? Terima kasih banyak!" Gue hampir gak percaya dengan apa yang baru aja gue denger.

Bima berdiri dan nyodorin tangan. "Selamat bergabung di tim inti, Dita."

Gue berjabat tangan sama dia, dan dalam hati gue lega banget. Tapi, gue juga gak bisa bohong, jantung gue masih berdegup kencang. Gimana nggak, gue bakal sering kerja bareng CEO yang katanya galak ini.

Sebelum gue keluar, Bima ngasih satu lagi pesan. "Dan satu lagi, Dita. Di tim inti, gak ada panggilan 'Pak' atau 'Bu'. Lo bisa panggil gue Bima aja."

Gue tersenyum. "Baik, Bima. Terima kasih."

Pas gue keluar dari ruangannya, gue baru sadar kalo gue udah nggak bisa nahan senyum. Hari pertama kerja bareng CEO, dan ternyata dia nggak segalak yang gue kira. Mungkin, ini bakal jadi awal dari sesuatu yang lebih besar.

Gue balik ke meja gue dengan perasaan campur aduk. Gak lama kemudian, Mbak Lala datengin meja gue. "Gimana tadi, Dit?" tanyanya penasaran.

Gue senyum lebar. "Gue diajak masuk tim inti buat proyek baru," jawab gue dengan nada penuh semangat.

Mbak Lala senyum lebar. "Wah, congrats ya! Bima emang suka sama ide-ide fresh kayak ide lo tadi. Semangat ya!"

Gue ngangguk. "Thanks, Mbak. Gue bakal usaha sebaik mungkin."

Hari itu, gue gak bisa fokus kerja. Pikiran gue melayang ke rencana-rencana yang bakal gue kerjain bareng Bima. Gak kerasa waktu cepat berlalu, dan akhirnya jam pulang kantor tiba. Pas gue lagi siap-siap buat pulang, hape gue bergetar. Ada pesan masuk dari nomor gak dikenal.

"Ini Bima. Besok kita mulai kerja bareng. Prepare yourself. See you, Dita."

Gue bengong beberapa detik, terus langsung senyum. Gue balas pesan itu dengan singkat. "Siap, Bima. See you."

Gue pulang dengan perasaan campur aduk antara excited dan deg-degan. Gue tau ini bakal jadi awal yang seru dan penuh tantangan. Tapi, satu hal yang pasti, gue gak sabar buat ngeliat gimana semua ini bakal berjalan.

Bab terkait

  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 2: Meeting Pertama

    Gue gak pernah nyangka pagi ini bakal jadi salah satu pagi paling mengejutkan dalam hidup gue. Begitu sampai di kantor, gue langsung disambut oleh Mbak Lala yang ngasih tau kalau ada meeting mendadak di ruang rapat utama."Dita, buruan ke ruang rapat. Bima udah nunggu," katanya dengan nada serius."Meeting apa, Mbak?" tanya gue, bingung. Biasanya meeting dijadwalkan jauh-jauh hari."Pokoknya penting. Langsung aja ya!" balas Mbak Lala sambil buru-buru pergi.Gue cepet-cepet bawa laptop dan catatan gue, terus langsung menuju ruang rapat utama. Pas gue buka pintu, gue kaget ngeliat ruangan penuh dengan beberapa orang yang gue kenal sebagai petinggi perusahaan, termasuk Bima yang duduk di ujung meja dengan wajah serius."Dita, duduk sini," panggil Bima sambil nunjuk kursi kosong di sebelahnya. Gue langsung duduk, sambil ngerasa semua mata tertuju ke gue.Bima mulai meeting dengan suara tegas. "Hari ini kita akan bahas proyek baru yang gue yakin bisa bawa perusahaan kita ke level berikutny

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 3: Kejutan Pagi

    Pagi itu, baru aja turun dari ojek online dan siap-siap masuk ke kantor, tiba-tiba suara sirene ambulans mendekat. Gue nengok ke arah suara dan melihat kerumunan orang di depan gedung kantor. Hati gue langsung berdegup kencang, perasaan cemas mulai merayapi.Gue bergegas mendekat dan bertanya kepada salah satu satpam yang ada di sana, "Ada apa ini, Pak?""Katanya ada yang pingsan di lobby," jawab satpam dengan nada serius.Gue langsung mikir siapa yang mungkin pingsan di lobby. Saat gue masuk ke dalam, gue lihat seorang pria terbaring di lantai dengan paramedis yang sibuk memberikan pertolongan. Dan di sana, gue melihat Bima dengan wajah panik."Bima!" Gue spontan memanggilnya dan mendekat.Bima nengok dan terlihat lega saat melihat gue. "Dita, syukurlah lo di sini. Ini Pak Rudi, dia tiba-tiba jatuh pingsan."Gue kaget mendengar itu. Pak Rudi adalah kepala bagian pemasaran yang sangat penting dalam proyek kita. "Apa yang terjadi?" tanya gue sambil berusaha tetap tenang."Gak tau, tadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-29
  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 4: Temuan Mengejutkan

    Pagi itu, gue datang ke kantor lebih awal dari biasanya. Gue masih merasa euforia dari kesuksesan makan malam dengan klien semalam. Gue duduk di meja gue, mulai menyalakan laptop, dan langsung sibuk dengan persiapan presentasi mingguan.Namun, baru beberapa menit bekerja, tiba-tiba Nia, sahabat gue di kantor, datang dengan wajah panik. "Dita, lo harus liat ini sekarang!" katanya sambil menyeret gue ke ruangannya."Nia, ada apa sih?" tanya gue bingung, sambil berusaha mengikuti langkah cepatnya."Ini serius, lo harus liat sendiri," jawab Nia sambil menunjukkan layar komputernya.Di layar itu, gue melihat sebuah email yang baru saja masuk dari salah satu tim IT. Judulnya bikin jantung gue langsung berdebar kencang: "URGENT: Data Breach Alert."Gue langsung baca email itu dengan cepat. Isinya memberitahu bahwa ada upaya peretasan ke sistem kita semalam, dan beberapa data penting proyek kita berpotensi bocor."Astaga, ini gawat banget," kata gue sambil menatap Nia dengan cemas. "Kita haru

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-29
  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 5: Rahasia yang Terbongkar

    Pagi itu, gue baru aja selesai siap-siap untuk ke kantor. Tiba-tiba, handphone gue bergetar keras. Telepon dari Bima. Gue segera menjawabnya, suara Bima terdengar panik di ujung sana."Dita, lo harus datang ke kantor secepatnya. Ada sesuatu yang gawat banget terjadi," katanya cepat tanpa menjelaskan lebih lanjut.Jantung gue langsung berdebar. "Oke, gue segera ke sana," jawab gue sambil langsung berlari keluar rumah dan memanggil ojek online.Perjalanan ke kantor terasa lama banget, meski kenyataannya hanya beberapa menit. Pikiran gue dipenuhi dengan segala kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Begitu sampai, gue langsung berlari masuk ke kantor dan menuju ruangan Bima.Pas gue masuk ke ruangan Bima, gue lihat dia sedang berdiri dengan wajah tegang di depan layar komputer. "Bima, ada apa?" tanya gue sambil berusaha mengatur napas.Bima menunjuk ke layar. "Lo harus lihat ini, Dita. Ini lebih dari sekadar peretasan."Gue mendekat dan melihat layar. Di sana ada rekaman CCTV dari kantor ki

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-08
  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 6: Musuh di Dalam Bayangan

    Pagi itu, suasana di kantor terasa tegang. Semua orang tahu ada sesuatu yang besar sedang terjadi, tapi gak ada yang berani bertanya. Gue dan Bima sudah mempersiapkan tim untuk menghadapi segala kemungkinan. Kami mengadakan rapat darurat dengan semua kepala divisi."Tim, kita baru saja mendapat informasi dari pihak berwenang bahwa ada dalang di balik peretasan ini," kata Bima membuka rapat. "Kita harus ekstra waspada dan pastikan setiap langkah yang kita ambil terjaga keamanannya."Gue melanjutkan, "Mulai hari ini, semua komunikasi internal harus melalui jalur aman. Jangan ada informasi penting yang keluar dari sini tanpa izin. Kita harus temukan siapa dalang ini sebelum mereka melakukan kerusakan lebih besar."Setelah rapat selesai, gue kembali ke meja gue dan mulai menganalisis data yang kami miliki. Gue merasa ada sesuatu yang belum terungkap, sesuatu yang menghubungkan semua kejadian ini.Tiba-tiba, Nia datang dengan wajah pucat. "Dita, lo harus lihat ini," katanya sambil menyerah

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-08
  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 7: Membangun Kembali

    Pagi itu, kantor mulai terasa sedikit lebih ringan setelah ketegangan yang panjang. Sudah hampir seminggu sejak penangkapan Rian dan pengungkapan dalang sebenarnya di balik semua sabotase. Meski kepercayaan publik terhadap perusahaan sudah mulai pulih, tantangan baru tetap ada, dan beban untuk memperbaiki kerusakan besar masih ada di pundak gue dan Bima.“Gue rasa kita udah bisa bernapas sedikit lebih lega,” ujar Bima sambil berjalan masuk ke ruang rapat pagi itu. Tapi sorot matanya, meski hangat, tetap mengandung sedikit kekhawatiran.“Yah, lega mungkin, tapi ini belum selesai sepenuhnya, Bim,” jawab gue, melihat dokumen-dokumen yang tersebar di depan gue. “Masih ada beberapa klien besar yang ragu untuk melanjutkan kerja sama. Mereka butuh jaminan bahwa kita udah memperbaiki semuanya.”Dia mengangguk, mengerti maksud gue. Peretasan kemarin gak cuma menyebabkan kerugian finansial, tapi juga menimbulkan keraguan yang mendalam terhadap integritas sistem keamanan kami. Dan sekarang, semu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 8: Ketukan di Tengah Malam

    Malam itu terasa sunyi di apartemen gue. Setelah berbicara dengan Bima, gue memutuskan untuk menutup laptop dan mengambil waktu buat diri sendiri. Gue pesan makanan dari restoran favorit gue dan menonton film untuk melepas penat. Semuanya berjalan biasa aja—sampai terdengar ketukan keras di pintu apartemen gue, membuat gue melompat dari sofa.Ketukan itu terdengar tergesa-gesa, seperti orang yang panik atau marah. Jantung gue berdetak lebih cepat, otak gue otomatis berpikir kalau ini sesuatu yang buruk. Siapa yang akan datang jam segini?Gue berjalan ke pintu dengan sedikit ragu. Ketika gue buka pintu, gue langsung tersentak. Di depan gue berdiri seorang wanita dengan wajah tegang, rambutnya acak-acakan, dan bajunya terlihat kotor seperti habis lari seharian. Dia menarik napas berat, seolah berusaha menenangkan dirinya sendiri.“Lo... lo harus bantuin gue,” kata wanita itu dengan suara terengah-engah, air mata mulai mengalir di pipinya.Gue menatapnya dengan bingung. “Maaf, lo siapa?”

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07
  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 9: Jejak yang Terhapus

    Pagi itu, suasana kantor terasa lebih tenang di permukaan, tapi gue bisa merasakan ketegangan yang bersembunyi di balik setiap pandangan dan gerakan orang-orang. Semua terlihat bekerja seperti biasa, tapi gue tahu mereka masih resah setelah apa yang terjadi dengan peretasan dan kabar buruk yang menyebar tentang kemungkinan ancaman yang lebih besar.Gue tiba di kantor lebih awal dari biasanya, merasa lebih baik setelah tidur semalam. Meskipun sempat terbangun beberapa kali dengan pikiran tentang Alma dan apa yang mungkin terjadi selanjutnya, setidaknya gue merasa sedikit lebih siap untuk menghadapi hari ini. Gue langsung menuju ruangan gue, berharap Bima udah ada di sana seperti yang dijanjikannya kemarin. Dan benar aja, dia udah duduk di kursi tamu dengan wajah serius.“Gue nemuin sesuatu,” kata Bima begitu gue masuk. Dia menggeser laptopnya ke arah gue, menunjukkan beberapa laporan dari tim IT.Gue berjalan mendekat dan menatap layar. “Apa ini?”“Kita dapet jejak aktivitas tambahan d

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-08

Bab terbaru

  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 9: Jejak yang Terhapus

    Pagi itu, suasana kantor terasa lebih tenang di permukaan, tapi gue bisa merasakan ketegangan yang bersembunyi di balik setiap pandangan dan gerakan orang-orang. Semua terlihat bekerja seperti biasa, tapi gue tahu mereka masih resah setelah apa yang terjadi dengan peretasan dan kabar buruk yang menyebar tentang kemungkinan ancaman yang lebih besar.Gue tiba di kantor lebih awal dari biasanya, merasa lebih baik setelah tidur semalam. Meskipun sempat terbangun beberapa kali dengan pikiran tentang Alma dan apa yang mungkin terjadi selanjutnya, setidaknya gue merasa sedikit lebih siap untuk menghadapi hari ini. Gue langsung menuju ruangan gue, berharap Bima udah ada di sana seperti yang dijanjikannya kemarin. Dan benar aja, dia udah duduk di kursi tamu dengan wajah serius.“Gue nemuin sesuatu,” kata Bima begitu gue masuk. Dia menggeser laptopnya ke arah gue, menunjukkan beberapa laporan dari tim IT.Gue berjalan mendekat dan menatap layar. “Apa ini?”“Kita dapet jejak aktivitas tambahan d

  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 8: Ketukan di Tengah Malam

    Malam itu terasa sunyi di apartemen gue. Setelah berbicara dengan Bima, gue memutuskan untuk menutup laptop dan mengambil waktu buat diri sendiri. Gue pesan makanan dari restoran favorit gue dan menonton film untuk melepas penat. Semuanya berjalan biasa aja—sampai terdengar ketukan keras di pintu apartemen gue, membuat gue melompat dari sofa.Ketukan itu terdengar tergesa-gesa, seperti orang yang panik atau marah. Jantung gue berdetak lebih cepat, otak gue otomatis berpikir kalau ini sesuatu yang buruk. Siapa yang akan datang jam segini?Gue berjalan ke pintu dengan sedikit ragu. Ketika gue buka pintu, gue langsung tersentak. Di depan gue berdiri seorang wanita dengan wajah tegang, rambutnya acak-acakan, dan bajunya terlihat kotor seperti habis lari seharian. Dia menarik napas berat, seolah berusaha menenangkan dirinya sendiri.“Lo... lo harus bantuin gue,” kata wanita itu dengan suara terengah-engah, air mata mulai mengalir di pipinya.Gue menatapnya dengan bingung. “Maaf, lo siapa?”

  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 7: Membangun Kembali

    Pagi itu, kantor mulai terasa sedikit lebih ringan setelah ketegangan yang panjang. Sudah hampir seminggu sejak penangkapan Rian dan pengungkapan dalang sebenarnya di balik semua sabotase. Meski kepercayaan publik terhadap perusahaan sudah mulai pulih, tantangan baru tetap ada, dan beban untuk memperbaiki kerusakan besar masih ada di pundak gue dan Bima.“Gue rasa kita udah bisa bernapas sedikit lebih lega,” ujar Bima sambil berjalan masuk ke ruang rapat pagi itu. Tapi sorot matanya, meski hangat, tetap mengandung sedikit kekhawatiran.“Yah, lega mungkin, tapi ini belum selesai sepenuhnya, Bim,” jawab gue, melihat dokumen-dokumen yang tersebar di depan gue. “Masih ada beberapa klien besar yang ragu untuk melanjutkan kerja sama. Mereka butuh jaminan bahwa kita udah memperbaiki semuanya.”Dia mengangguk, mengerti maksud gue. Peretasan kemarin gak cuma menyebabkan kerugian finansial, tapi juga menimbulkan keraguan yang mendalam terhadap integritas sistem keamanan kami. Dan sekarang, semu

  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 6: Musuh di Dalam Bayangan

    Pagi itu, suasana di kantor terasa tegang. Semua orang tahu ada sesuatu yang besar sedang terjadi, tapi gak ada yang berani bertanya. Gue dan Bima sudah mempersiapkan tim untuk menghadapi segala kemungkinan. Kami mengadakan rapat darurat dengan semua kepala divisi."Tim, kita baru saja mendapat informasi dari pihak berwenang bahwa ada dalang di balik peretasan ini," kata Bima membuka rapat. "Kita harus ekstra waspada dan pastikan setiap langkah yang kita ambil terjaga keamanannya."Gue melanjutkan, "Mulai hari ini, semua komunikasi internal harus melalui jalur aman. Jangan ada informasi penting yang keluar dari sini tanpa izin. Kita harus temukan siapa dalang ini sebelum mereka melakukan kerusakan lebih besar."Setelah rapat selesai, gue kembali ke meja gue dan mulai menganalisis data yang kami miliki. Gue merasa ada sesuatu yang belum terungkap, sesuatu yang menghubungkan semua kejadian ini.Tiba-tiba, Nia datang dengan wajah pucat. "Dita, lo harus lihat ini," katanya sambil menyerah

  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 5: Rahasia yang Terbongkar

    Pagi itu, gue baru aja selesai siap-siap untuk ke kantor. Tiba-tiba, handphone gue bergetar keras. Telepon dari Bima. Gue segera menjawabnya, suara Bima terdengar panik di ujung sana."Dita, lo harus datang ke kantor secepatnya. Ada sesuatu yang gawat banget terjadi," katanya cepat tanpa menjelaskan lebih lanjut.Jantung gue langsung berdebar. "Oke, gue segera ke sana," jawab gue sambil langsung berlari keluar rumah dan memanggil ojek online.Perjalanan ke kantor terasa lama banget, meski kenyataannya hanya beberapa menit. Pikiran gue dipenuhi dengan segala kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Begitu sampai, gue langsung berlari masuk ke kantor dan menuju ruangan Bima.Pas gue masuk ke ruangan Bima, gue lihat dia sedang berdiri dengan wajah tegang di depan layar komputer. "Bima, ada apa?" tanya gue sambil berusaha mengatur napas.Bima menunjuk ke layar. "Lo harus lihat ini, Dita. Ini lebih dari sekadar peretasan."Gue mendekat dan melihat layar. Di sana ada rekaman CCTV dari kantor ki

  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 4: Temuan Mengejutkan

    Pagi itu, gue datang ke kantor lebih awal dari biasanya. Gue masih merasa euforia dari kesuksesan makan malam dengan klien semalam. Gue duduk di meja gue, mulai menyalakan laptop, dan langsung sibuk dengan persiapan presentasi mingguan.Namun, baru beberapa menit bekerja, tiba-tiba Nia, sahabat gue di kantor, datang dengan wajah panik. "Dita, lo harus liat ini sekarang!" katanya sambil menyeret gue ke ruangannya."Nia, ada apa sih?" tanya gue bingung, sambil berusaha mengikuti langkah cepatnya."Ini serius, lo harus liat sendiri," jawab Nia sambil menunjukkan layar komputernya.Di layar itu, gue melihat sebuah email yang baru saja masuk dari salah satu tim IT. Judulnya bikin jantung gue langsung berdebar kencang: "URGENT: Data Breach Alert."Gue langsung baca email itu dengan cepat. Isinya memberitahu bahwa ada upaya peretasan ke sistem kita semalam, dan beberapa data penting proyek kita berpotensi bocor."Astaga, ini gawat banget," kata gue sambil menatap Nia dengan cemas. "Kita haru

  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 3: Kejutan Pagi

    Pagi itu, baru aja turun dari ojek online dan siap-siap masuk ke kantor, tiba-tiba suara sirene ambulans mendekat. Gue nengok ke arah suara dan melihat kerumunan orang di depan gedung kantor. Hati gue langsung berdegup kencang, perasaan cemas mulai merayapi.Gue bergegas mendekat dan bertanya kepada salah satu satpam yang ada di sana, "Ada apa ini, Pak?""Katanya ada yang pingsan di lobby," jawab satpam dengan nada serius.Gue langsung mikir siapa yang mungkin pingsan di lobby. Saat gue masuk ke dalam, gue lihat seorang pria terbaring di lantai dengan paramedis yang sibuk memberikan pertolongan. Dan di sana, gue melihat Bima dengan wajah panik."Bima!" Gue spontan memanggilnya dan mendekat.Bima nengok dan terlihat lega saat melihat gue. "Dita, syukurlah lo di sini. Ini Pak Rudi, dia tiba-tiba jatuh pingsan."Gue kaget mendengar itu. Pak Rudi adalah kepala bagian pemasaran yang sangat penting dalam proyek kita. "Apa yang terjadi?" tanya gue sambil berusaha tetap tenang."Gak tau, tadi

  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 2: Meeting Pertama

    Gue gak pernah nyangka pagi ini bakal jadi salah satu pagi paling mengejutkan dalam hidup gue. Begitu sampai di kantor, gue langsung disambut oleh Mbak Lala yang ngasih tau kalau ada meeting mendadak di ruang rapat utama."Dita, buruan ke ruang rapat. Bima udah nunggu," katanya dengan nada serius."Meeting apa, Mbak?" tanya gue, bingung. Biasanya meeting dijadwalkan jauh-jauh hari."Pokoknya penting. Langsung aja ya!" balas Mbak Lala sambil buru-buru pergi.Gue cepet-cepet bawa laptop dan catatan gue, terus langsung menuju ruang rapat utama. Pas gue buka pintu, gue kaget ngeliat ruangan penuh dengan beberapa orang yang gue kenal sebagai petinggi perusahaan, termasuk Bima yang duduk di ujung meja dengan wajah serius."Dita, duduk sini," panggil Bima sambil nunjuk kursi kosong di sebelahnya. Gue langsung duduk, sambil ngerasa semua mata tertuju ke gue.Bima mulai meeting dengan suara tegas. "Hari ini kita akan bahas proyek baru yang gue yakin bisa bawa perusahaan kita ke level berikutny

  • Jerat Cinta CEO Muda   BAB 1: Kenalan Sama Si Boss

    Gue, Dita, baru dua bulan kerja di perusahaan startup yang lagi naik daun ini. Perusahaan ini bergerak di bidang teknologi, dan gue kebetulan ditempatkan di departemen pemasaran. Pagi ini, gue lagi asik-asiknya bikin laporan mingguan sambil ngopi, tiba-tiba telepon di meja gue berdering."Dita, lo dipanggil ke ruang CEO sekarang," suara sekretaris Bima, Mbak Lala, terdengar di ujung sana.Jantung gue langsung berdegup kencang. "Ada apa ya, Mbak?" tanya gue, berusaha tenang padahal pikiran gue udah kacau."Katanya ada yang mau dibahas soal proyek. Langsung aja ya, jangan lama-lama," katanya dengan nada serius.Gue langsung bergegas. Gue yakin gue gak bikin kesalahan besar, tapi tetep aja rasa takut itu ada. Gue jalan cepat menuju ruang CEO di lantai atas. Pas gue sampai, Mbak Lala langsung ngasih kode buat masuk.Gue mengetuk pintu dan masuk dengan hati-hati. Bima, si CEO, lagi duduk di balik meja kerjanya dengan wajah serius. Dia ngeliat gue sebentar, terus nunjuk ke kursi di depannya

DMCA.com Protection Status