Share

BAB 6: Musuh di Dalam Bayangan

Pagi itu, suasana di kantor terasa tegang. Semua orang tahu ada sesuatu yang besar sedang terjadi, tapi gak ada yang berani bertanya. Gue dan Bima sudah mempersiapkan tim untuk menghadapi segala kemungkinan. Kami mengadakan rapat darurat dengan semua kepala divisi.

"Tim, kita baru saja mendapat informasi dari pihak berwenang bahwa ada dalang di balik peretasan ini," kata Bima membuka rapat. "Kita harus ekstra waspada dan pastikan setiap langkah yang kita ambil terjaga keamanannya."

Gue melanjutkan, "Mulai hari ini, semua komunikasi internal harus melalui jalur aman. Jangan ada informasi penting yang keluar dari sini tanpa izin. Kita harus temukan siapa dalang ini sebelum mereka melakukan kerusakan lebih besar."

Setelah rapat selesai, gue kembali ke meja gue dan mulai menganalisis data yang kami miliki. Gue merasa ada sesuatu yang belum terungkap, sesuatu yang menghubungkan semua kejadian ini.

Tiba-tiba, Nia datang dengan wajah pucat. "Dita, lo harus lihat ini," katanya sambil menyerahkan sebuah amplop cokelat.

Gue membuka amplop itu dan menemukan serangkaian foto. Foto-foto itu menunjukkan Pak Rudi bertemu dengan seseorang di sebuah kafe yang nggak jauh dari kantor. Orang itu terlihat akrab, tapi wajahnya gak jelas terlihat di foto.

"Nia, dari mana lo dapat ini?" tanya gue, penasaran.

"Seorang kurir mengantarnya ke meja gue pagi ini. Gue pikir lo harus tahu," jawab Nia dengan suara pelan.

Gue langsung membawa foto-foto itu ke ruangan Bima. "Bima, lo harus lihat ini. Ini bisa jadi petunjuk besar."

Bima melihat foto-foto itu dengan seksama. "Ini orang yang sama di semua foto. Kita harus cari tahu siapa dia."

Kami segera menghubungi tim investigasi dan memberikan foto-foto itu untuk dianalisis lebih lanjut. Sementara itu, gue dan Bima terus memantau aktivitas di kantor dengan lebih ketat.

Malamnya, setelah semua orang pulang, gue masih di kantor menyelesaikan beberapa pekerjaan. Tiba-tiba, lampu di ruangan gue mati. Gue terdiam, merasakan ada sesuatu yang aneh. Gue mengambil senter dari laci meja dan keluar untuk memeriksa.

Pas gue keluar dari ruangan, gue lihat bayangan seseorang bergerak cepat di lorong. Gue mengikuti bayangan itu dengan hati-hati, mencoba untuk tidak membuat suara.

Ketika gue sampai di ruang server, gue melihat seseorang sedang mencoba masuk ke sistem. Gue segera menyalakan senter gue ke arah orang itu. "Siapa lo? Berhenti di situ!"

Orang itu berbalik, dan gue terkejut melihat wajahnya. Itu adalah Rian, salah satu teknisi IT yang baru bergabung beberapa bulan lalu. "Rian? Apa yang lo lakuin di sini?"

Rian terlihat panik dan mencoba kabur. Gue segera mengejarnya dan berhasil menangkapnya. "Lo gak bisa kabur, Rian. Apa yang lo lakukan?"

Rian mencoba melepaskan diri, tapi gue pegang erat. "Gue gak punya pilihan lain, Dita. Mereka mengancam gue."

Bima tiba-tiba muncul, mendengar keributan di ruang server. "Dita, apa yang terjadi?"

"Ini Rian. Dia yang coba masuk ke sistem," jawab gue sambil menunjukkan Rian yang masih gue pegang.

Bima mendekat dan menatap Rian dengan tajam. "Siapa yang mengancam lo? Siapa dalang di balik semua ini?"

Rian terlihat ketakutan. "Gue gak bisa bilang. Mereka terlalu kuat. Kalau gue bilang, mereka akan membunuh gue."

Bima menghela napas panjang. "Rian, lo harus percaya sama kita. Kita bisa melindungi lo. Tapi lo harus bilang siapa mereka."

Rian akhirnya mengangguk pelan. "Oke. Gue akan bilang. Tapi lo harus janji lindungi keluarga gue."

Bima dan gue mengangguk. "Kami janji, Rian. Sekarang, ceritakan semuanya."

Rian mulai bercerita tentang bagaimana dia dipaksa bekerja untuk sebuah organisasi kriminal yang mencoba merusak perusahaan kami. Mereka mengancam akan menyakiti keluarganya jika dia tidak menurut. Rian juga mengungkap identitas dalang di balik semua ini: seorang mantan eksekutif yang dipecat beberapa tahun lalu karena skandal besar.

Mendengar semua itu, gue dan Bima langsung mengambil tindakan. Kami melapor ke pihak berwenang dan memberikan semua bukti yang kami miliki. Polisi segera bergerak dan berhasil menangkap dalang serta anggota organisasi kriminal tersebut.

Setelah semua itu, suasana di kantor mulai tenang kembali. Kami berhasil mengamankan sistem dan memastikan tidak ada lagi ancaman dari dalam.

Gue dan Bima duduk di rooftop kantor, menikmati malam yang tenang setelah semua kekacauan berakhir. "Gue gak percaya kita berhasil melewati semua ini," kata gue sambil tersenyum lega.

Bima menatap gue dengan penuh rasa syukur. "Gue juga, Dita. Tapi kita gak akan berhasil tanpa kerja sama dan dedikasi lo."

Gue tersenyum dan merasa bangga. "Ini semua hasil kerja tim. Kita berhasil karena kita saling percaya dan mendukung."

Malam itu, di bawah bintang-bintang, gue merasa lebih dekat dengan Bima daripada sebelumnya. Kami tahu bahwa tantangan masih akan datang, tapi kami juga tahu bahwa bersama-sama, kami bisa menghadapi apa pun yang ada di depan. Ini baru awal dari perjalanan kami yang penuh dengan kejutan, tantangan, dan kisah cinta yang semakin tumbuh di setiap langkah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status