"Menurutmu?" tanya Sasmita manja. Membuat Lion gemas dengan segera merengkuhnya. Mengcium keningnya dengan mesra."Kamu bisa meninggalkannya dan kembali bersamaku." Lion menjawab dengan mantap."Kita beda agama, Lion." "Apa bedanya bagimu. La kamu sendiri saja tidak pernah melakukan ibadah kamu. Masih mending aku, masih mau ke gereja tiap minggu."Sasmita terkekeh dengan ucapan Lion yang ada benarnya. Apa artinya ktp Islam baginya jika apa yang dia lakukan tak pernah sesuai dengan agama yang dia anut. Jangankan sholat, bahkan sekarang apa yang kini tengah dilakukannya, sama sekali tak sesuai dengan agamanya."Apakah akan selalu indah begini jika kita bersama?" tanya Sasmita kemudian, " apa kamu tidak lantas menyakitiku jika kita selalu bersama setiap saat?" tanya Sasmita dengan menatap Lion lekat."Kenapa kamu bertanya itu?""Karena aku mengerti karaktermu yang sepertinya hanya menginginkan sesuatu yang sesaat.""Tetapi yang sesaat itu kamu bisa menikmatinya, bukan?""Justru itu yan
"Kamu mau jawaban apa dariku, Mas?" tanya Gayatri nanar. Dia tak habis pikir dengan apa yang dilakukan Rendra. Rasa cemburunya yang berlebihan seolah membuatnya tidak bisa mengendalikan diri lagi. "Kamu masih memikirkannya. Benar kan?""Pertanyaan apa yang kamu ajukan? Setelah apa yang kita lalui bersama kamu masih saja percaya kalau aku masih memikirkan pria itu.""Dia kin berbeda. Kamu dapat membandingkannya denganku sekarang. Aku sekarang hanya seorang pengangguran yang dikucilkan oleh lingkuangannya. Sedangkan dia? Apa kamu tidak bisa melihatnya tadi, bagaimana orang-orang begitu tertawa memujanya.""Kamu pikir aku wanita yang gampang terbujuk dengan kemewahan, Mas? Picik sekali kamu menilaiku.Dengan cepat Gayatri membawa anaknya yang menangis keluar. Belum juga dia membuka pintu, seseorang sudah mengetuk pintu mereka. Gayatri membuka pintu. Dilihatnya Tanti telah di depannya."Katanya tadi mas Rendra cari saya, Mbak."Gayatri yang sudah jengkel kepada Rendra tak hendak berbic
"Ayu, kami pamit duluh," ucap Garnis dan rombongannya. "Ini Geisha belum lama sampai sini, Ma. Kok sudah pulang aja," kata Gayatri yang kemudian mendekat ke Nadin. Dan mengelus perut wanita di depannya."Bakal jadi teman Raditya nanti Mbak," ucap Nadin dengan tersenyum ke Geisha."Iya, apalagi sama cowoknya. Bakal seru nanti," tambah Geisha."Mudah-mudahan semuanya ghak ngeselin kayak kamu, Sha. Dari kecil udah aktif, ghak ada diemnya. Mama sampai capek.""Itu sih sama kayak Rendra," tambah Artika sambil memandang anaknya yang dirasa sedari tadi bawaannya buram.Rendra hanya memandang mamanya sekilas hingga dia keluar, berusaha menghalau sumpeknya.Gayatri melihat kegelisahan Rendra. Sekeras apapun perlakuan yang tadi ditampakkan Rendra malah membuat Gayatri kasihan padanya. Dia tahu suaminya sedang mengalami hal yang tidak baik dalam hidupnya."Kira-kira bagaimana nasib rumah ini sepeninggal bu Ratna. Apa setelah ini Galing dan Galuh akan tinggal di rumah sebelah?" tanya Garnis"Sek
"Begini saja, Mas," ucap Gayatri, "aku dengar-dengar soal harga rumah ini, aku akan membayarnya saja. Bagaimanapun rumah ini adalah kenangan terbaik saya sekaligus bisa saya pakai usaha. Galing sama Galuh juga sudah nyaman tinggal di sini."Ketiga bersaudara itu salin tatap. Demikian juga dengan istri-istri mereka, selain istri Exel yang memang sering sibuk dengan anaknya yang berlari ke sana ke sini, tak mau diam. Melihatnya Gayatri suka membayangkan masa kecil Galing yang juga seperti itu. Mudah-mudahan Raditya tidak seaktif itu melihat kesibukanku. Bagaimanapun juga setelah ini aku makin sibuk, guman Gayatri. Jadwal dia sampai lima bulan ke depan sudah begitu banyak, dari WO sampai EO."Begini, Mbak,.." ucap Edgar dengan menatap kembali saudara-saidaranya. "kami sudah memiliki semua. Kehidupan kami pun bisa dibilang mapan. Mama bahkan sudah meninggalkan untuk kami tanah dan uang yang tidak sedikit. Tolong rumah ini diterima. Itu sudah keputusan dari wasiat Mama." "Bagaimanapun ka
"Assalamualaikum. Salam sejahtera. Selamat malam semuanya!". sapa seorang lelaki di atas panggung kehormatan.Gemuruh orang menjawab . Sebelumnya saya mengucapkan terimaksaih yang sebesar-besarnya untuk EO Ratna, yang telah menyusun acara malam ini dengan begitu mengesankan. Tepuk tangan untuk EO Ratna." Lelaki tinggi besar itu membuka pidatonya. Tepuk tangan pun meriah menggema di seluruh penjuru dengan sorot lampu yang mengarah ke Gayatri yang tengah berdiri di tepi bersama dengan Rendra.Rendra yang kemudian merasa tak nyaman setelah mengetahui siapa orang yang kini di atas panggung, hendak beranjak keluar, hinggah Gayatri menahan tangannya. Bagaimanapun di sini banyak pengusaha yang datang, hinggah tak ingin Gayatri dipermalukan lagi dengan perginya Rendra. Entah hanya untuk sandiwara atau bagaimana, Gayatri ingin Rendra masih tetap di sampingnya sampai lampu sorot itu tak lagi menyorot mereka."Ini adalah malam di mana saya akan membuka perusahaan saya yang baru yang bergerak
"Ayo pulang, Mas. Kasihan Radit sudah mengantuk ghak bisa tidur," ucap Gayatri kemudian setelah memandang kedua lelaki yang pernah singgah di hidupnya itu.Rendra yang masih kesal kepada Prayogi segera berlalu dari hadapan pria yang kini tengah menyunggingkan senyumnya itu."Urusan kita belum berakhir. Aku akan buktikan apa yang aku katakan kepadamu adalah benar," teriak Rendra sebelum masuk mobilnya."Mas, apaan sih kamu? Kayak anak kecil saja terpancing emosi."Rendra menatap Gayatri sekilas. Lalu kembali fokus menyupir. Perempuan yang kini tengah menyusui anaknya yang sedang berusaha tidur itu, hanya membuang pandangannya ke luar jendela. Apa yang dilihatnya sudah bukan Rendra yang dikenalnya lagi. Diam-diam Gayatri dapat merasakan keperihan hati Rendra yang kini sedang di ambang kebingungan. Terlebih dengan hadirnya Prayogi yang selalu saja di sekitar mereka. Gayatri sendiri bingung dengan keberadaan mantan suaminya itu yang seolah-olah membayangi kehidupan mereka. Apakah dia ti
"Entahlah, Say.Sepertinya ada yang bertengkar dengan Galuh. , kita lihat ke sana Ayo!" Rendra segera menarik tangan Gayatri, mengajaknya keluar. Ternyata di luar Galuh memang sedang bertengkar dengan Raksa. Mukanya sampai merah menaham amarahnya"Kakak, dengar duluh Kak Raksa ngomong," Galing berusaha melerai. Dia memang sudah terlanjur senang jika kakaknya itu selamanya gandeng dengan Raksa."Ada apa ini?" Rendra yang datang segera menghampiri mereka. Sementara Gayatri segera menghapiri putrinya dan memeluknya."Ada seorang cewek yang ikut orangtuanya nyumbang nyanyi, Kak. Tapi dia maunya nyanyi sama aku. Belum juga kami kelar nyanyi, Galuh sudah pergi meninggalkan semuanya."Jadi kalian tadi ghak bareng sama Pak Supri?""Dia keluar naik ojek online, Tante," Raksa menjelaskan."lalu saya segera membuntutinya. Untungnya sudah selesai nyanyi kami.""Permasalahannya apa sih yang membuat kalian sampai bertengkar? Kamu kan sendiri tau, Galuh,.. kalau memang di panggung dia bukan milikmu
Bulan Dzulhijjah atau kalau oang Jawa bilang, Ulan Besar, memang adalah bulan panennya perias atau sekarang lebih dikenal dengan WO (Wedding Organiser). Demikian juga yang terjadi di sanggar Ratna yang sekarang berganti dengan Ratna WO. Gayatri memang tidak ingin merombak nama Ratna untuk EO dan EO (Event Organiser) yang mereka kelola.Rendra masih menggantikan Pak Supri hinggah beberapa saat lamanya. Namun cibiran yang dia terima dari orang yang dijumpainya menjadi supir itu, membuat Rendra meradang. Dia sudah tak mampu lagi mengendalikan kesabarannya. Di pertigaan malam, Gayatri tidak mendapati suaminya itu di sampingnya, padahal kemarin sore dia baru mengantar tukang dekor ke lokasi. Dicarinya ke sekeliling juga tak tampak, akhirnya Gayatri mencoba menelponnya, handphone-nya juga tidak aktif. Gayatri yang kebingungan, mondar mandir. Sedangkan pak Supri yang baru operasi usus buntu juga tidak mungkin bisa dia harapkan untuk mengantar kru Gayatri pergi merias. "Bund, ada apa kok