"Begini saja, Mas," ucap Gayatri, "aku dengar-dengar soal harga rumah ini, aku akan membayarnya saja. Bagaimanapun rumah ini adalah kenangan terbaik saya sekaligus bisa saya pakai usaha. Galing sama Galuh juga sudah nyaman tinggal di sini."Ketiga bersaudara itu salin tatap. Demikian juga dengan istri-istri mereka, selain istri Exel yang memang sering sibuk dengan anaknya yang berlari ke sana ke sini, tak mau diam. Melihatnya Gayatri suka membayangkan masa kecil Galing yang juga seperti itu. Mudah-mudahan Raditya tidak seaktif itu melihat kesibukanku. Bagaimanapun juga setelah ini aku makin sibuk, guman Gayatri. Jadwal dia sampai lima bulan ke depan sudah begitu banyak, dari WO sampai EO."Begini, Mbak,.." ucap Edgar dengan menatap kembali saudara-saidaranya. "kami sudah memiliki semua. Kehidupan kami pun bisa dibilang mapan. Mama bahkan sudah meninggalkan untuk kami tanah dan uang yang tidak sedikit. Tolong rumah ini diterima. Itu sudah keputusan dari wasiat Mama." "Bagaimanapun ka
"Assalamualaikum. Salam sejahtera. Selamat malam semuanya!". sapa seorang lelaki di atas panggung kehormatan.Gemuruh orang menjawab . Sebelumnya saya mengucapkan terimaksaih yang sebesar-besarnya untuk EO Ratna, yang telah menyusun acara malam ini dengan begitu mengesankan. Tepuk tangan untuk EO Ratna." Lelaki tinggi besar itu membuka pidatonya. Tepuk tangan pun meriah menggema di seluruh penjuru dengan sorot lampu yang mengarah ke Gayatri yang tengah berdiri di tepi bersama dengan Rendra.Rendra yang kemudian merasa tak nyaman setelah mengetahui siapa orang yang kini di atas panggung, hendak beranjak keluar, hinggah Gayatri menahan tangannya. Bagaimanapun di sini banyak pengusaha yang datang, hinggah tak ingin Gayatri dipermalukan lagi dengan perginya Rendra. Entah hanya untuk sandiwara atau bagaimana, Gayatri ingin Rendra masih tetap di sampingnya sampai lampu sorot itu tak lagi menyorot mereka."Ini adalah malam di mana saya akan membuka perusahaan saya yang baru yang bergerak
"Ayo pulang, Mas. Kasihan Radit sudah mengantuk ghak bisa tidur," ucap Gayatri kemudian setelah memandang kedua lelaki yang pernah singgah di hidupnya itu.Rendra yang masih kesal kepada Prayogi segera berlalu dari hadapan pria yang kini tengah menyunggingkan senyumnya itu."Urusan kita belum berakhir. Aku akan buktikan apa yang aku katakan kepadamu adalah benar," teriak Rendra sebelum masuk mobilnya."Mas, apaan sih kamu? Kayak anak kecil saja terpancing emosi."Rendra menatap Gayatri sekilas. Lalu kembali fokus menyupir. Perempuan yang kini tengah menyusui anaknya yang sedang berusaha tidur itu, hanya membuang pandangannya ke luar jendela. Apa yang dilihatnya sudah bukan Rendra yang dikenalnya lagi. Diam-diam Gayatri dapat merasakan keperihan hati Rendra yang kini sedang di ambang kebingungan. Terlebih dengan hadirnya Prayogi yang selalu saja di sekitar mereka. Gayatri sendiri bingung dengan keberadaan mantan suaminya itu yang seolah-olah membayangi kehidupan mereka. Apakah dia ti
"Entahlah, Say.Sepertinya ada yang bertengkar dengan Galuh. , kita lihat ke sana Ayo!" Rendra segera menarik tangan Gayatri, mengajaknya keluar. Ternyata di luar Galuh memang sedang bertengkar dengan Raksa. Mukanya sampai merah menaham amarahnya"Kakak, dengar duluh Kak Raksa ngomong," Galing berusaha melerai. Dia memang sudah terlanjur senang jika kakaknya itu selamanya gandeng dengan Raksa."Ada apa ini?" Rendra yang datang segera menghampiri mereka. Sementara Gayatri segera menghapiri putrinya dan memeluknya."Ada seorang cewek yang ikut orangtuanya nyumbang nyanyi, Kak. Tapi dia maunya nyanyi sama aku. Belum juga kami kelar nyanyi, Galuh sudah pergi meninggalkan semuanya."Jadi kalian tadi ghak bareng sama Pak Supri?""Dia keluar naik ojek online, Tante," Raksa menjelaskan."lalu saya segera membuntutinya. Untungnya sudah selesai nyanyi kami.""Permasalahannya apa sih yang membuat kalian sampai bertengkar? Kamu kan sendiri tau, Galuh,.. kalau memang di panggung dia bukan milikmu
Bulan Dzulhijjah atau kalau oang Jawa bilang, Ulan Besar, memang adalah bulan panennya perias atau sekarang lebih dikenal dengan WO (Wedding Organiser). Demikian juga yang terjadi di sanggar Ratna yang sekarang berganti dengan Ratna WO. Gayatri memang tidak ingin merombak nama Ratna untuk EO dan EO (Event Organiser) yang mereka kelola.Rendra masih menggantikan Pak Supri hinggah beberapa saat lamanya. Namun cibiran yang dia terima dari orang yang dijumpainya menjadi supir itu, membuat Rendra meradang. Dia sudah tak mampu lagi mengendalikan kesabarannya. Di pertigaan malam, Gayatri tidak mendapati suaminya itu di sampingnya, padahal kemarin sore dia baru mengantar tukang dekor ke lokasi. Dicarinya ke sekeliling juga tak tampak, akhirnya Gayatri mencoba menelponnya, handphone-nya juga tidak aktif. Gayatri yang kebingungan, mondar mandir. Sedangkan pak Supri yang baru operasi usus buntu juga tidak mungkin bisa dia harapkan untuk mengantar kru Gayatri pergi merias. "Bund, ada apa kok
"Kenalkan, dia Kania. Istri aku," ucap Rendra dengan wajah tak bersalah. Gayatri mundur selangkah dengan apa yang kini didengarnya. Sakit yang sama kembali datng untuk yang kedua kalinya, setelah dia dikhianati Prayogi. Namun rasa tak percaya itu bisa dilakukan seorang Rendra, membuat Gayatri masih tak menyerah."Apa? Tidak, Mas,.. aku tidak percaya kamu melakukan ini kepadaku. Kamu bohong kan?""Aku tidak bohong, kami telah menikah." Rendra masih menenteng tas besar. Sepertinya milik gadis yang kini tengah di sampingnya. Wajahnya masih muda dan lumayan, walau tak secantik Gayatri. Tubuhnya tinggi semampai dengan balutan kerudung paris khas anak muda."Aku tidak percaya kamu bisa mencintai orang lain selain aku, Mas." Gayatri masih tidak percaya dengan apa yang kini dilihatnya di hadapannya. Perempuan yang masih muda itu hanya tertunduk di hadapan Gayatri."Maaf, Mbak," ucapnya lirih."Kamu hanya bisa jatuh cinta padaku, Mas. Hanya jatuh cinta padaku," kali ini air mata sudah tidak d
"Tanti! Kamu tidak perlu mengatakan semua itu kepadaku. Semuanya bisa berubah. Mau ghak mau, beginilah aku sekarang. Termasuk aku mencintai siapa, itu urusanku. Bukan urusanmu. Keperluanmu yang sekarang hanya memindahkan barang di almari itu ke rumah sebelah."Dengan melototkan matanya Tanti mendengus. Dia tidak yakin dengan apa yang dilihatnya sekarang. tIdak sebentar dia bekerja di Bu Ratna dan Rendra hinggah dia bisa peraya dengan yang dilihatnya saat ini.Tanti segera mengeluarkan pakaian Gayatri dan Raditya dari almari Rendra yang penjangnya tiga meter. Butuh waktu lama untuk menuntaskan semuanya. Hinggah Rendra dan Kania turut membantunya mengeluarkannya di depan pintu. Setelah semuanya keluar, dengan cepat Rendra menutup kamarnya. "Dasar!" dengus Tanti dengan segera memebawa pakaian itu ke kamrar Bu Ratna dengan mmebawa alat pengngkut yang biasa dia pakai tukang setelah dia memberi alas yang cukup bersih. Galuh yang kebetulan pulang, melihat pemandangan itu dengan heran."I
"Bener kamu istri Kak Rendra?" tanya Galing begitu dia sudah mendekati gadis itu.Gadis itu mengangguk sambil menyodorkan uang ke penjual nasi goreng yang lewat. Galing dapat melihat dia membeli dua bungkus nasi goreng. "Masih muda, sayang sudah jadi pelakor. Kayak ghak ada orang lagi, Mbak, di dunia ini." kata Galing sambil menatap sinis gadis yang tertunduk di depanya."Ayo, Ling, ngapain kamu ke sana?" teriak Galuh."Kamu udah merusak rumah tangga orang, ingat kataku baik-baik, hidup kamu ghak akan bahagia," cercah Galing sambil berlalu, pergi bersama Galuh dan Raditya."Melihat ekspresinya ingin aku menamparnya," ucap Galing di sela derunya kendaraan yang lewat."Percuma kita ngomongin dia, ghak merubah keadaan," sahut Galuh. "Ghak kurang orang yang suka sama Bunda, kita mending fokus menghibur Bunda agar tak merasa terpuruk dengan semua ini,'" Benar juga, Kak. Sekarang aja kita tak harus sedih. Apa yang kita dapat saat ini sudah lebih baik dari saat Bunda ditinggal Ayah. Waktu