Bulan Dzulhijjah atau kalau oang Jawa bilang, Ulan Besar, memang adalah bulan panennya perias atau sekarang lebih dikenal dengan WO (Wedding Organiser). Demikian juga yang terjadi di sanggar Ratna yang sekarang berganti dengan Ratna WO. Gayatri memang tidak ingin merombak nama Ratna untuk EO dan EO (Event Organiser) yang mereka kelola.Rendra masih menggantikan Pak Supri hinggah beberapa saat lamanya. Namun cibiran yang dia terima dari orang yang dijumpainya menjadi supir itu, membuat Rendra meradang. Dia sudah tak mampu lagi mengendalikan kesabarannya. Di pertigaan malam, Gayatri tidak mendapati suaminya itu di sampingnya, padahal kemarin sore dia baru mengantar tukang dekor ke lokasi. Dicarinya ke sekeliling juga tak tampak, akhirnya Gayatri mencoba menelponnya, handphone-nya juga tidak aktif. Gayatri yang kebingungan, mondar mandir. Sedangkan pak Supri yang baru operasi usus buntu juga tidak mungkin bisa dia harapkan untuk mengantar kru Gayatri pergi merias. "Bund, ada apa kok
"Kenalkan, dia Kania. Istri aku," ucap Rendra dengan wajah tak bersalah. Gayatri mundur selangkah dengan apa yang kini didengarnya. Sakit yang sama kembali datng untuk yang kedua kalinya, setelah dia dikhianati Prayogi. Namun rasa tak percaya itu bisa dilakukan seorang Rendra, membuat Gayatri masih tak menyerah."Apa? Tidak, Mas,.. aku tidak percaya kamu melakukan ini kepadaku. Kamu bohong kan?""Aku tidak bohong, kami telah menikah." Rendra masih menenteng tas besar. Sepertinya milik gadis yang kini tengah di sampingnya. Wajahnya masih muda dan lumayan, walau tak secantik Gayatri. Tubuhnya tinggi semampai dengan balutan kerudung paris khas anak muda."Aku tidak percaya kamu bisa mencintai orang lain selain aku, Mas." Gayatri masih tidak percaya dengan apa yang kini dilihatnya di hadapannya. Perempuan yang masih muda itu hanya tertunduk di hadapan Gayatri."Maaf, Mbak," ucapnya lirih."Kamu hanya bisa jatuh cinta padaku, Mas. Hanya jatuh cinta padaku," kali ini air mata sudah tidak d
"Tanti! Kamu tidak perlu mengatakan semua itu kepadaku. Semuanya bisa berubah. Mau ghak mau, beginilah aku sekarang. Termasuk aku mencintai siapa, itu urusanku. Bukan urusanmu. Keperluanmu yang sekarang hanya memindahkan barang di almari itu ke rumah sebelah."Dengan melototkan matanya Tanti mendengus. Dia tidak yakin dengan apa yang dilihatnya sekarang. tIdak sebentar dia bekerja di Bu Ratna dan Rendra hinggah dia bisa peraya dengan yang dilihatnya saat ini.Tanti segera mengeluarkan pakaian Gayatri dan Raditya dari almari Rendra yang penjangnya tiga meter. Butuh waktu lama untuk menuntaskan semuanya. Hinggah Rendra dan Kania turut membantunya mengeluarkannya di depan pintu. Setelah semuanya keluar, dengan cepat Rendra menutup kamarnya. "Dasar!" dengus Tanti dengan segera memebawa pakaian itu ke kamrar Bu Ratna dengan mmebawa alat pengngkut yang biasa dia pakai tukang setelah dia memberi alas yang cukup bersih. Galuh yang kebetulan pulang, melihat pemandangan itu dengan heran."I
"Bener kamu istri Kak Rendra?" tanya Galing begitu dia sudah mendekati gadis itu.Gadis itu mengangguk sambil menyodorkan uang ke penjual nasi goreng yang lewat. Galing dapat melihat dia membeli dua bungkus nasi goreng. "Masih muda, sayang sudah jadi pelakor. Kayak ghak ada orang lagi, Mbak, di dunia ini." kata Galing sambil menatap sinis gadis yang tertunduk di depanya."Ayo, Ling, ngapain kamu ke sana?" teriak Galuh."Kamu udah merusak rumah tangga orang, ingat kataku baik-baik, hidup kamu ghak akan bahagia," cercah Galing sambil berlalu, pergi bersama Galuh dan Raditya."Melihat ekspresinya ingin aku menamparnya," ucap Galing di sela derunya kendaraan yang lewat."Percuma kita ngomongin dia, ghak merubah keadaan," sahut Galuh. "Ghak kurang orang yang suka sama Bunda, kita mending fokus menghibur Bunda agar tak merasa terpuruk dengan semua ini,'" Benar juga, Kak. Sekarang aja kita tak harus sedih. Apa yang kita dapat saat ini sudah lebih baik dari saat Bunda ditinggal Ayah. Waktu
"Lho, kok masih belum selesai ngambeknya. Terus aku gimana dong Luh?""Lain kali pasti kamu ulangi lagi. Kamu seneng kan dipeluk sama dia?""Enakan juga kamu peluk, Luh.""Ih!""Canda kali, Luh. Kita kan belum muhrim. Apa harus dimuhrimin duluh ya?" Raksa mulai berani menggoda. Walau Galuh terlihat sewot, dia yakin, hatinya sudah lunak."Heem, bener tuh Raksa.""Enggak sudi!""Jangan gitu dong, Luh. Ntar kalau kamu jadi ikutan SBMPTN, siapa juga yang nganter, kalau bukan saya.""Ih, pedenya! Kan aku punya Kak,.." sejenak Galuh kemudian terdiam dengan hati yang perih. Selama ini dia kalau ada apa-apa, selalu ada Rendra yang mendampingi dan support dia. Sekarang, mau siapa yang akan diandalkan?"Tau, tau,.. kamu pasti ngomong ada Kaka Rendra kan?"Sejenak Galing dan Galuh bersitatap. "Kalian? kenapa?""Badai yang sama menimpa Bunda lagi, Sa.""Maksudanya apa, Ling?""Kak Rendra bahkan terang-terangan membawa istri barunya ke rumahnya. Lebih parah dari Ayah duluh yang hanya di belakang
Gayatri kaget dengan suara yang tiba-tiba saja datang di belakangnya. Pandangannya yang tadi sedikit heran melihat ke tempat tidur, buyar seketika. "Selama kamu belum menjatuhkan cerai ke aku, Mas. Aku masih bisa leluasa kemari atau bahkan,.." Gayatri mendekatkan tubuhnya ke dekat Rendra. Bau harum tubuh yang sering menggodanya membuat Rendra menahan nafasnya. "aku masih bisa mendekatimu."Rendra mengerjapkan matanya, menghalau rasa yang tiba-tiba saja muncul. Tergoda dengan bau khas parfum Gayatri.Gayatri segera membuka laci yang selama ini kuncinya ditaruh di vas bunga meja riasnya. Sekotak perhiasan kemudian dikeluarkan Gayatri dari laci sana. Sekilas kemudian dia memandang Rendra, menatapnya dengan pandangan menggoda. Aku akan membuatmu meradang,Mas. Kamu takkan bisa menggantikan pesonaku dengan siapapun, bathinnya. Dan memang benar, Rendra seolah terbius dengan tatapan Gayatri dengan menahan hasrat di dirinya.Gayatri meninggalkan kamar itu dengan segudang pertanyaan di hati
"Lho, Bund, Sabtu besuk EO kita ada job ya?" tanya Galuh begitu dia ditelpon Raksa untuk latihan.Gayatri yang lagi bongkar-bongkar barangnya bersama dengan Sandra dan Tanti setelah semalam ada job di gedung, menoleh. "Iya, memangnya kenapa?"Galuh mendengus, "Kenapa ghak bilang sama Galuh? Galuh pingin beli baju baru duluh buat manggung.""Takut kamu ghak ikut, kamu kan lagi ngambek sama Raksa." Gayatri masih sibuk sambil mengamati anaknya yang sebentar-sebentar berdiri lalu terduduk kembali."Kata siapa juga yang ngambek? Kita udah baikan kok," kata Galuh malu-malu."Beneran? Cepet amat. Sebentar bertengkar, sebentar baikan.""He,he,he,.." tawa galuh. "jadi, nanti malam aku boleh keluar latihan kan, Bund?""Iya. Masih di rumahnya Raksa kan?""Heem."Setelah keluar dari SMP mereka memang sekarang latihannya di di rumahnya Raksa. Bukan di camp sekolah SMP lagi. Kebetulan di sana sepi. Hanya ada orangtua Raksa. Kakaknya sekarang ikut suaminya dinas dan tinggal di luar kota karena suamin
"Mbak, lain kali kalau nyabrang, lihat-lihat dong, Mbak. La ini aku bagaimana?" ujar pengendara itu kebingungan. "Ayo, Mbak, bantuin. Kita bawa ke rumah sakit,""Maaf, Pak." Dalam bingung, Galuh segera mendekat. Lelaki yang tergeletak itu pingsan. Darah mengalir di bawahnya. Galuh yang biasanya tak bisa melihat darah makin panik. "Cari bantuan, Pak," ucap Galuh dalam paniknya."Gimana carinya, Mbak, saya bukan orang sini. Ini tadi habis kerja."Galuh segera menelpon mamanya."Ma,.." tanpa salam Galuh sudah menangis."Galuh, ada apa? kenapa menangis?""Mana Galing, Ma. Tolong bawa mobil ke dekat toko kue yang Galuh beli. Ini ada orang tertabrak karena nolongin Galuh yang mau kesrempet.""Apa?" Dalam panik pun , Gayatri kemudian teriak memanggil anaknya."Galing, Galing!""Ada apa, Ma? Kenapa Mama teriak-teriak?""Tolong bawa mobil ke toko roti dekatnya bu Ratih yang biasa kamu beli sama Kakak itu. Ada orang kecelakaan akibat nolong Kakak."Galing segera mengambil kunci mobil di tempat