Setelah Sepuluh Tahun

Setelah Sepuluh Tahun

last updateLast Updated : 2023-11-28
By:  PutriNaysaaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
5 ratings. 5 reviews
110Chapters
24.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Kehidupan model papan atas dengan semua prestasinya tidak mampu membuat Gayatri bahagia. Sepuluh tahun meninggalkan putri kecilnya demi karier adalah kesalahan fatal yang pernah ia lakukan. Hanya saja, saat Gayatri mencoba meraih hati putri dan mantan suaminya, kebencianlah yang ia terima bertubi-tubi. Dapatkah perjuangan Gayatri meluluhkan keduanya?

View More

Chapter 1

Jemputan Mama

                “Pilar Sayang ... semoga kamu mau menerima Mama kembali, Nak,” lirih Gayatri.

                Gayatri menyambangi sebuah gedung sekolah ternama setelah memikirkannya sekian lama. Ia akan siap menerima semua risiko dan mungkin juga besar kemungkinan jika ia akan menerima penolakan dari seorang anak remaja berusia lima belas tahun yang sepuluh tahun lalu ia tinggalkan dengan tega di sebuah taman bermain. Gayatri saat itu gelap mata karena merasa tekanan hidup bersama sang suami dan anak mematahkan semua impiannya.

                Gayatri meninggalkan Pilar, darah dagingnya beserta sang suami karena sebuah tawaran yang ia yakin tidak akan datang dua kali dalam hidupnya setelah ia menikah. Gayatri ingin kembali meraih impiannya yang kandas yaitu menjadi top model nomor satu Indonesia. Dan ia justru kehilangan karier model karena hamil dan menikah. Saat mendapatkan tawaran merintis model di jajaran pasar dunia, ia tanpa pikir panjang langsung menerima serta memutuskan meninggalkan suami serta anaknya.

Sementara itu di ruang tata usaha.

Pilar terdiam saat masuk ruang Tata Usaha dan seorang wanita muda duduk di sana memberikannya senyuman hangat. Bukan membalas senyum tersebut tapi Pilar justru duduk di hadapan petugas Tata Usaha.

“Ibu maaf saya ada ulangan Matematika jam ke dua,” papar Pilar yang jelas menunjukkan keengganannya dipanggil.

“Sudah Ibu sampaikan sama Ibu guru Jasmine nanti kamu ikut yang susulan di ruangan beliau. Kamu boleh pulang sama mama kamu sekarang ya,” pungkas ibu penjaga ruang Tata Usaha.

Pilar tidak bisa membantah, mengangguk dengan mencangklong ransel merahnya keluar dari sana dan diikuti wanita yang disebut mama namun ia enggan memanggil mama. Pilar bahkan berjalan tidak di samping wanita muda tersebut melainkan mendahului di depannya. Begitu sampai di luar gerbang sekolah, Pilar langsung menoleh ke belakang.

“Kenapa ke sini?” tanya Pilar sinis.

“Ingin bertemu kamu tentu saja, Mama sudah mempersiapkan liburan sama kamu tiga hari ini. Sudah izin sama sekolah kamu juga, kita ke Puncak ya.” Senyuman hangat terlukis dari wajah berparas cantik jelita tersebut.

“Sudah izin sama papa?” sinis Pilar.

“Kamu tetap anak Mama dan Mama bisa menemui dan mengajak kamu kapan saja, kita sama-sama tahu hal itu bukan?” Wanita cantik di hadapan Pilar mendesah kecil.

“Dan kita sama-sama tahu aku enggak akan mau ikut maupun menemui wanita yang meninggalkan aku dari TK. Tidak lupa bukan?” Pilar membantah dengan mata membelalak menahan buncahan emosi, bagaimana wanita di depannya seenak jidat berlaku padanya.

“Aku punya hak yang sama menemui kamu, Pilar,” kilah wanita tersebut masih lembut

“Dan harusnya tanya dulu apakah aku mau atau tidak. Aku tidak mau, jangan lagi meminta izin pada sekolah dan membawa aku keluar saat pelajaran. Aku sungguh tidak suka terlambat pelajaran dan harus mengikuti susulan.” Penuh penekanan Pilar mengatakannya, kebencian jelas tampak di kedua mata indahnya.

“Pilar ... tidakkah kamu memberikan aku kesempatan untuk menebus semuanya? aku mohon .... “

“Enggak! menjauhlah sejauh mungkin dari hidup aku!” Pilar menjerit histeris sebelum berlarian menjauh dari hadapan wanita muda yang memandangnya penuh kesedihan.

Pilar si gadis remaja berusia 15 tahun menghentikan taksi dengan wajah penuh kemarahan dan tanpa sadar pipinya basah oleh air mata. Ia hapus dengan kasar basah di pipi.

“Kenapa aku harus menangis, dia jahat. Ingat itu Pilar, dia jahat sekali sama kamu dan papa,” lirih Pilar di dalam taksi yang membawanya pulang ke kediaman sang papa tercinta.

Sedangkan Gayatri, wanita yang tidak lain tidak bukan adalah mama dari Pilar, memandang kepergian taksi tanpa bisa menahan si gadis remaja dengan sedih. Memasuki mobilnya, Gayatri menghubungi Eliot akan tetapi tidak diangkat. Sedari kemarin ia menghubungi Eliot selalu nihil.

***

Seorang gadis SMA berlarian ke dalam rumah memasuki kamar dengan menutup pintu kencang. Padahal waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi yang mana seharusnya gadis berseragam putih abu-abu tersebut berada di dalam kelas dan belajar.

“Pilar,” seru pria berusia 39 tahun yang sedang duduk di ruang tengah dan berhadapan dengan pria dewasa lainnya.

“Membolos?” tanya pria lainnya.

“Masa membolos? Pilar tidak pernah membolos, aku tinggal dulu ya.” Eliot langsung bangun tanpa menunggu persetujuan pria di hadapannya.

Mengetuk pintu kamar dengan dekorasi gantungan Doraemon kecil-kecil yang jika di buka tutup akan terdengar gemerincing. Ketukan pertama hingga ke tiga tidak ada sahutan.

“Pilar ... ini papa Nak, kamu kenapa pulang jam segini? Kamu sakit?” tanya sang laki-laki dewasa bernama Eliot.

“Enggak Pa, aku ingin sendiri dulu,” sahut Pilar nyaring dari dalam.

“Papa mau penjelasan ya nanti, tiga puluh menit waktu kamu dalam kamar.” Eliot berseru kencang agar sang anak mendengar suaranya.

“Iya tiga puluh menit,” sahut Pilar.

“Love you Sayang,” seru Eliot.

“Me too, pa,” jawab Pilar.

Eliot meninggalkan pintu kamar putri semata wayangnya untuk kembali ke ruang tengah di mana ia sedang membahas pekerjaan dengan sepupunya yang tak lain adalah om Pilar sendiri.

“Kenapa katanya?” tanya Zidan.

“Belum mau bicara, nanti keluar 30 menit lagi.” Eliot kembali melihat layar laptop mereka.

“Putus cinta kali,” terka Zidan.

“Mana ada? Baru satu SMA, gua pites nanti cowoknya.” Eliot seketika berang.

Zidan tertawa lebar dengan menggelengkan kepalanya geli.

“Kenapa yang dipites cowoknya, kali saja Pilar juga suka sama itu cowok,” ledek Zidan semakin menjadi-jadi.

“Anak gua masih kecil, belum boleh pacar-pacaran cinta-cintaan. Kalau ada anak ingusan berani dekat-dekat gua sleding,” murka Eliot tidak terima mendengar Pilar pacaran.

“Dasar bapak posesif, Pilar sudah remaja kalau elu lupa. Wajar seusia dia suka-sukaan sama cowok.” Zidan menyandarkan punggung menikmati kecemburuan sepupunya.

“Whatever you say, belum saatnya pokoknya. Ayo kerja lagi,” pungkas Eliot mengakhiri percakapan mereka berdua secara sepihak.

Mereka kembali fokus pada pekerjaan mereka sampai mereka tidak menyadari seorang gadis remaja berpakaian celana selutut dan kaos bergambar Candi Borobudur membawa nampan dengan tiga gelas jus apel menghampiri.

“Sudah tiga puluh menit?” tanya Elios.

“Iya Pa, Om Zidan kok bawa pekerjaan ke rumah tumben?” tanya Pilar.

“Papa kamu membolos kerja dari kemarin jadi ya harus kesini buat minta tanda tangan, kalau enggak kasihan gaji karyawan enggak cair. Dosa nanti makan keringat orang,” kekeh Zidan.

“Papa kan kemarin sakit, Om.” Pilar ikut duduk di samping sang papa.

Zidan mengangguk. “Maka dari itu Om yang menyusul kemari dari pada dipaksa ke kantor terus kolaps. Kamu kenapa pulang jam segini? Membolos ya?”

“Enak saja enggak, memang punya izin pulang cepat. Tapi bukan membolos, rahasia pokoknya. Aku akan buatkan camilan untuk Papa dan Om, mau dibuatkan apa? atau sekalian makan siang?” Pilar memeluk lengan Eliot dengan wajah menengadah.

“Pasti putus cinta terus pura-pura sakit biar dikasih izin pulang, benar bukan?” Zidan masih meledek sang ponakan remaja.

“Enggak ih, Om Zidan jangan mengompori Papa ya. Sungguh bukan kok Pa,” rayu Pilar melotot pada sang om.

Zidan tertawa lebar senang melihat keponakannya panik menjelaskan di hadapan papanya. Eliot membenturkan keningnya dengan sang anak dan tersenyum dan mengangguk.

“Tentu saja Papa percaya kamu, bisa tolong buatkan makan siang saja? sepertinya Papa ingin makan cumi saos tiram sama capcai kering. Makan sini ya Dan, jarang-jarang bisa makan sama ponakan.” Eliot merangkul sang putri dan membelai bahunya.

“Ok siap, Om sudah lama enggak makan masakan Pilar si tukang menangis,” kekeh Zidan yang mendapat hadiah terjang dari Pilar dan cubitan bertubi-tubi.

Pilar sedang berada di depan layar laptopnya saat pintu kamar yang setengah terbuka diketuk dua kali. Terlihat papanya bersandar dengan celana training hitam dan kaos merah lengan panjang.

“Ganggu?” tanya Eliot.

“Enggak ... sedang menonton animasi. Masuk Pak.” Pilar memutar kursi belajarnya dan ketika sang papa duduk di tepi ranjangnya, lengan kursi belajarnya ditarik Eliot hingga mereka berhadapan.

“Kenapa tadi pagi?” tanya Elion lembut.

“Wanita itu mendatangi aku ke sekolah dan seenaknya membuat izin tiga hari dengan bilang ingin mengajak aku liburan ke Puncak,” lirih Pilar.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Harni Nolvani
saya suka ceritanya
2024-06-28 13:22:35
0
user avatar
Muhammad Bintang Yudha Arshavin
mengharukan sekali ceritanya
2024-01-29 00:41:34
1
user avatar
Wahyuni Wiratmoko
jalan cerita yang sangat sangat sangat luarrrr biasa
2023-12-26 19:40:36
1
user avatar
Shadhika Imha
suka sekali ceritanya perfect
2023-12-20 17:38:41
1
user avatar
Rager Ketapang98
Novel Keren salam dari saya Ragerketapang
2023-11-29 10:08:45
1
110 Chapters
Jemputan Mama
“Pilar Sayang ... semoga kamu mau menerima Mama kembali, Nak,” lirih Gayatri. Gayatri menyambangi sebuah gedung sekolah ternama setelah memikirkannya sekian lama. Ia akan siap menerima semua risiko dan mungkin juga besar kemungkinan jika ia akan menerima penolakan dari seorang anak remaja berusia lima belas tahun yang sepuluh tahun lalu ia tinggalkan dengan tega di sebuah taman bermain. Gayatri saat itu gelap mata karena merasa tekanan hidup bersama sang suami dan anak mematahkan semua impiannya. Gayatri meninggalkan Pilar, darah dagingnya beserta sang suami karena sebuah tawaran yang ia yakin tidak akan datang dua kali dalam hidupnya setelah ia menikah. Gayatri ingin kembali meraih impiannya yang kandas yaitu menjadi top model nomor satu Indonesia. Dan ia justru kehilangan karier model karena hamil dan menikah. Saat mendapatkan tawaran merintis model di jajaran pasar dunia, ia tanpa pikir panjang langsung menerima serta memutuskan meni
last updateLast Updated : 2023-10-18
Read more
Sebuah Trauma
Eliiot terdiam lama memandang wajah sendu Pilar, sebelum menghela nafas panjang. Kembali menarik kursi belajar Pilar hingga lutut mereka berbenturan pelan. “Terus?” tanya Eliot pelan. “Aku enggak mau, aku pulang langsung sama bilang jangan pernah melakukan hal itu lagi sama aku. Melakukan sesuatu yang tidak aku sukai dan tanpa seizin aku, apa Papa tahu kau dia berniat membawa aku ke Puncak?” terang Pilar.Eliot menggeleng kecil. “Papa enggak tahu tentang itu, enggak ada hubungi Papa.” “Kan benar aku bilang pasti enggak bilang sama Papa, kenapa sih dia selalu seperti itu Pa? dia tahu aku enggak suka tapi masih seenaknya saja. Aku tadi mau tes Matematika, dan harus mengikuti susulan. Aku benci ikut susulan jika bukan karena sakit.” Pilar menjelaskan tentang keberatannya dan rasa tidak sukanya. “Nanti Papa yang akan bilang ya sama mama kamu, harusnya dia bilang dulu sama kamu atau Papa setidaknya. Papa akan bilan
last updateLast Updated : 2023-10-18
Read more
Hukuman Untuk Gayatri
“Tahun kedua, dia hanya diam di kamarnya. Menolak siapapun masuk bahkan Dokter sekalipun hanya bisa memeriksanya saat ia tidur. Mencoret-coret semua baju, tempat tidur sampai dinding dengan apapun itu yang dia temukan di kamarnya. Sedikitpun tidak bisa aku dekati, padahal aku papanya. Dia bahkan pernah mengalami retak kepala karena terpeleset menolak aku bantu di kamar mandi. Pilar enam tahun dengan berat badan memprihatinkan dan mental rusak parah oleh seorang wanita yang ia panggil mama.” Eliot menajamkan ucapannya membuat Gayatri tersedak tiada ampunan. Jeda, hanya terdengar isak pelan dari Gayatri akan tetapi tidak Eliot hiraukan. “Kamu boleh marah dan kecewa dengan pernikahan kita dulu. Tapi kamu jauh lebih jahat dari ibu manapun di dunia. Sungguh sampai seumur hidup aku tidak akan melupakan bagaimana perjuangan keras Pilar untuk sembuh dan tumbuh sebagaimana anak pada umumnya walau jauh di lubuk hatinya terluka parah. Waktu ... aku y
last updateLast Updated : 2023-10-18
Read more
Gentar
Gayatri memandangi potret seorang anak memakai seragam TK yang duduk di ayunan, potret satu-satunya yang ia miliki. Setelah pembicaraan terakhirnya dengan Eliot, laki-laki tersebut mengiriminya pesan yang terasa bagai palu hukuman dari hakim. Eliot menuliskan, Pilar menolak jangan coba temui lagi. “Kenapa kamu tidak terobos saja sih, Gaya?” tanya seorang yang duduk di samping Gayatri. “Dan buat Pilar jadi semakin membenci aku? tidak! aku hanya ingin melihatnya saja, tidak apa-apa asal dia tidak menangis karena melihat aku.” Gayatri tersenyum membelai layar ponselnya. “Kamu sudah menjelaskan alasan kamu ke Kanada dulu?” tanya wanita di samping Gayatri yang tidak lain adalah managernya selama di Kanada.Gayatri menggeleng. “Alasan apa pun itu tetap salah meninggalkan anak dan suami. Sudah kamu diamlah, sudah pada keluar itu anak-anak.” “Ya Tuhan kita bagai penguntit tahu enggak.” Wanita muda tersebut turun dar
last updateLast Updated : 2023-10-18
Read more
Tercengang
“Ini?” tanya Gaya ketika melewati sebuah rumah dua lantai dengan dominan warna biru muda cenderung hampir putih, warna kesukaan Pilar. Rumahnya tidak terbilang mewah bahkan terbilang sederhana untuk ukuran kata Rachel seorang Milyader di Indonesia. Bahkan hampir mirip dengan miliknya yang ia beli satu tahun silam dan baru ia tempati enam bulan terakhir setelah kembali ke Indonesia. “Jangan menilah kekayaan seseorang dari huniannya, kebanyakan orang sukses low profil walau jelas dia banyak yang kenal. You know i mean,” tukas Rachel. “Iya paham ... apa Pilar sudah punya ibu baru?” tanya Gayatri dengan mata masih tertuju pada rumah dengan pagar tinggi berwarna abu muda teralis gold. “Aku enggak tahu kalau itu, Gaya. Eh buset astaga Gaya, Eliot keluar.” Dengan kepanikan Rachel langsung menjalankan mobil volvo hitam miliknya. Eliot terlihat mengenakan kaos panjang hitam dengan celana katun panjang
last updateLast Updated : 2023-10-18
Read more
Tuduhan Menguntit
Pilar terdiam sesaat memandang wajah Rachel yang berdebar-debar karena menyebut nama mama dari Pilar sendiri. Setelah Pilar menarik senyum dan mengangguk, otomatis Rachel menghembuskan nafas lega. Pilar berkutat pada buku berwarna penuh gambar lucu yang Rachel sebut binder. “Kalau sudah sembuh bisa bertemu aku kalau Tante izinkan, nanti kita bisa sama-sama belajar. Semoga setelah membaca surat aku, tambah semangat untuk sembuh ya Tante. Dan terima kasih hadiahnya.” Pilar melipat surat menjadi tiga bagian dan memasukkannya ke dalam amplop senada yang ternyata ada di bagian belakang buku warna. Rachel menerima dengan senyuman, ada secuil sesal di sudut hatinya karena membohongi remaja manis berhati lembut seperti Pilar. Namun di sisi lain ia membantu sahabatnya yang sangat merindukan remaja tersebut. “Terima kasih ya Pilar, kamu anak baik,” tutur Rachel tulus. Pilar mengangguk penuh senyuman lalu melambaikan
last updateLast Updated : 2023-11-02
Read more
Peringatan Serius
“Aku enggak membuntuti kamu,” sanggah Gayatri kuat. “B 5632 ZX adalah plat mobil yang kemarin diam lebih dari sepuluh menit di depa rumah aku. Dan mobil volvo itu milik Rachel Ariani Putri yang mana adalah manager dari seorang model bernama Gayatri. Masih mau mengelak?” desak Eliot tanpa memberi ampun. Gayatri menghela nafas panjang, menggaruk keningnya yang tidak gatal sebelum ia menjawab tuduhan Eliot. Belum ia memberikan penjelasan, Eliot sudah kembali memberinya peringatan. “Jika sekali lagi kamu menguntit saya apalagi Pilar, jangan salahkan aku jika agensi kamu saya tuntut bukan hanya kamu dan Rachel. Dengarkan itu baik-baik.” Eliot memberikan ancaman dengan rahang mengetat sempurna dan langsung membalikkan badan dan meninggalkan Gayatri yang tergagap tidak diberikan kesempatan menjelaskan. Sepeninggal Eliot, Gayatri menghela nafas panjang dan meneruskan memasuki taksi. Moodnya semakin jelek karena tud
last updateLast Updated : 2023-11-02
Read more
Hadiah Dikembalikan
“Dapat salam dari Gilbert,” seringai Rachel kala datang ke kediaman Gayatri yang sedang tidak ada jadwal dan berniat malas-malasan di rumah. “Kaya anak remaja saja kirim salam,” dengus Gayatri dengan raut bosan. “You know i mean,” kekeh Rachel. “Sudah ditolak berkali-kali enggak menyerah juga. Untung proyek sama dia sudah selesai. Kamu enggak shoping? Jangan bilang ke sini bawa kerjaan. Aku mau enggak produktif dulu please.” Gayatri melempar Rachel yang justru tertawa mendengar penolakan jelas darinya. “Aku numpang molor, gila punggung aku capek sekali tapi malas ke salon. Di rumah ada saja yang mengganggu. Enggak boleh tinggal di apartemen tapi enggak pernah bisa bobok cantik tanpa gangguan.” Rachel merebahkan tubuh di samping Gayatri dengan posisi telungkup setelah menanggalkan semua pakaiannya dan menyisakan sepasang pakaian dalam berwarna hitam. “Bukannya senang rumah kamu ramai, coba li
last updateLast Updated : 2023-11-02
Read more
Luka Itu Tidak Pernah Sembuh
“Tolong dengarkan dulu penjelasan Tante, Pilar.” Rachel tidak akan melepas Pilar begitu saja dengan kesalah pahaman. “Aku tidak butuh penjelasan apa pun,” jawab Pilar. “Kamu harus tahu alasan mama kamu pergi,” seru Rachel saat melihat Pilar tidak menggubrisnya dan melanjutkan langkah menuju sebuah mobil yang kemungkinan mengantarnya. Langkah Pilar terhenti, membalikkan badan dan memandang penuh kemarahan pada sosok Rachel. “Kamu tidak tahu alasan mama kamu pergi saat itu, Pilar. Kamu mau mendengarkan penjelasan Tante? Tante sungguh minta maaf sudah membohongi kamu untuk hadiah ini dan cerita tentang anak Tante. Bisa kita bicara sebentar?” Rachel kembali berjalan pelan mendekati Pilar yang sudah berdiri di ambang pembatas pagar rumah Gayatri. “Aku tidak ingin tahu dan tidak mau tahu. Meninggalkan anak kecil usia lima tahun sendirian adalah kejahatan yang tidak akan bisa aku maafkan sampai kap
last updateLast Updated : 2023-11-02
Read more
Bikini
“Loh memang enggak bisa di cancel dulu Mbak tadi pesanan saya?” tanya Pilar. “Enggak bisa Dek, sistem komputer kami sudah diprogram seperti itu. Tidak apa-apa ini dibawa rotinya. Selamat sarapan ya.” Kasir memberikan pesanan Pilar dengan senyuman lebar. “Aku bagaimana mengucapkan terima kasih sama orangnya Mbak?” Pilar masih bengong bingung. “Tadi sudah saya gantikan mengucapkan terima kasih, kamu sedang izin keluar kelas kan tadi katanya. Sana lekas balik ke sekolah dan lekas dimakan selagi hangat,” tambah Kasir. Akhirnya Pilar mengucapkan terima kasih dan segera keluar dari toko roti langganannya. Ia memang sedang izin keluar karena kepentingan melengkapi data untuk Olimpiade berikutnya dan ia minta diturunkan di toko roti tersebut oleh bus sekolah yang jaraknya lumayan dekat dengan sekolahnya. Pilar sampai lupa mematikan panggilan dan dari tempatnya tengah meeting, ia diam mendengarkan semua percakapan Pi
last updateLast Updated : 2023-11-02
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status