Share

2. Dipalak Ibu Mertua

Author: sisakata
last update Last Updated: 2024-07-18 11:56:46

Setelah memasak untuk makan malam. Ayara bersiap-siap untuk menanti kepulangan suaminya dari kantor. Hinaan sang mertua terhadap penampilannya, mendorong Ayara untuk sedikit tampil beda malam ini. Setelah menggunakan baju tidur, ia mulai memoles tipis wajahnya agar sedikit berwarna. Mungkin itulah yang Janu nantikan darinya ‘kan?

Ayara berniat untuk duduk bersantai sebentar tanpa pekerjaan apa pun. Namun, putranya yang tadinya masih lelap, kini terbangun dan langsung menangis mencari keberadaan ayahnya. Ayara mengambil Aciel putranya yang kerap disapa El memutari kamar. Berharap anak berusia dua tahun itu akan tenang.

“Sebentar lagi ayah pulang, kok,” ujar Ayara mengusap air mata di wajah putranya.

El masih merengek pada Ayara. Anak itu mengatakan ingin digendong ayahnya. Wajar saja El bersikap begitu, beberapa waktu terakhir Ayara memang sudah hampir tak pernah melihat suaminya itu bermain dengan anaknya. Misalkan pun ada, baru beberapa detik digendongnya, malah langsung dikasih kembali pada Ayara dengan alasan El tidak mau dengannya.

Ayara memberikan mainan agar anak laki-laki ini berhenti menangis. Namun, upayanya tidak membuahkan hasil.

“Nda … mawu ayah,” pintanya dengan suara cadel khas balita.

“Iya, Bunda tau. Tapi, sebentar lagi ayah baru pulang.” Ayara mencoba memberi pengertian pada putranya. “El sabar sebentar ya, Nak.” Anak itu mengangguk kecil. “Em, sekarang kita tunggu ayah di depan, ya.”

El yang sedari tadi menangis kini tersenyum karena mereka akan menunggu kepulangan ayah. Anak itu bersorak girang dan langsung mengajak bundanya ke depan.

Di sinilah sekarang Ayara dan El berada, di ruang tamu. Tak lama mereka duduk di sana, terlihat Lili baru masuk ke dalam rumah. Ayara tidak menyapa atau berkomentar. Lagi pula, ini bukan sekali dua kali adik iparnya begitu. Ia yakin remaja itu tidak akan mendengar apa yang ia katakan.

Sekitar sepuluh menit berlalu, suara deru mobil menembus telinga. Itu Janu yang baru saja tiba dengan mobil yang dibeli secara kredit dua bulan lalu.

“Malam, Mas,” sapa Ayara menyambut Janu dan langsung menyalami tangan pria itu. “Mas udah makan malam?”

Janu mengangguk cepat. Melihat wajah Ayara yang berubah, Janu langsung berkata, “Jangan mikir aneh, ada acara di kantor makanya semua karyawan dapat makan malam,” kilah Janu memutar bola matanya malas.

Ayara tersenyum senang mendengar itu. Jika di kantor tidak masalah, toh di sana juga ramai-ramai ‘kan? Yang jadi masalah jika suaminya itu makan malam secara individu dengan wanita lain.

“Terus, Mas mau langsung mandi?” tanya Ayara, dibalas anggukan Janu.

Mereka pun pergi dari sana, tak lupa Ayara menutup dan mengunci pintu utama. Di dalam kamar Ayara bermain sebentar dengan El sembari menunggu Janu yang sedang membersihkan diri.

Tak lama, pintu kamar mandi terbuka pelan. Terlihatlah Janu dengan balutan kaos dan celana selutut. Wajah pria itu tampak lebih segar daripada tadi.

“Ayah!” El berjalan tertatih menuju Janu yang hendak menaiki kasur. Anak itu membuka tangannya berharap sang ayah menggendongnya.

“Mas, kok, kamu langsung tidur? Kamu gak liat El mau digendong kamu?” kesal Ayara melihat anaknya diperlakukan seperti itu oleh ayahnya sendiri. “El dari tadi nanyain kamu. Dia rindu main dan digendong kamu, tapi kamu malah kecewain dia.”

Ayara tak bisa berkata-kata dengan sikap suaminya. Janu sama sekali tidak memperdulikan apa yang Ayara katakan. Ia langsung bangkit dari kursi menggendong putranya yang sudah memasang wajah sedih.

“Setega itu Mas sama anak kecil? Mas tau gak, kalau akhir-akhir ini Mas itu udah berubah. Setidaknya kelonin El sambil tidur, Mas—.

“Halah kamu ini berisik banget sih?!” Janu menatap marah Ayara yang mematung di tengah kamar. “Ngoceh terus dari tadi pagi. Heran aku!”

Ayara bungkam, hatinya seperti tersayat ketika suara suaminya semakin meninggi padanya. Ayara menghampiri Janu yang sudah berbaring di kasur, disentuhnya pundak laki-laki itu. Namun, ia langsung ditepis kasar.

“Apa lagi, hah?!” Dada Janu naik turun lantaran menahan kesal. “Aku tuh capek dari pagi kerja baru pulang malam. Kamu ngerti gak sih?” Janu menatap kesal ke arah Ayara, lalu matanya beralih pada El yang ada di gendongan sang istri. “Kamu juga! Kecil-kecil rewel terus!”

“Kenapa kamu begini, Mas? Kamu bukan Mas Janu yang aku kenal. Kenapa kamu berubah gini? Jangan-jangan ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku, ya?”

“Ayara!”

“Ayara!”

Teriakan itu berasal dari arah kamarnya. Ayara menyahut pelan, tentu saja tak dapat didengar oleh Nirmala. Dalam hitungan detik, wanita berjambul itu mendatangi Ayara yang sedang di meja makan menemani putranya sarapan.

“Heh, kamu ini! Dipanggilin kok gak nyaut! Gak ada sopan santunnya sama orang tua!” Nirmala berkacak pinggang di depan Ayara dan cucunya.

“Maaf, Bu. Aku lagi nemenin El makan. Tadi udah aku sahut, kok. Tapi, Ibu gak denger,” kilah Ayara dengan halus.

Nirmala tidak minat mendengar ocehan basi menantunya itu. Memang dasarnya tidak beradab. Nirmala membenarkan letak rambutnya yang sedikit tergeser, lalu menyodorkan tangannya ke depan Ayara.

Ayara spontan menukik alisnya. “Kenapa tangannya gitu, Bu?”

“Ya, minta uanglah! Kan, anakku baru kasih uang kemaren.” Nirmala dengan meminta dengan sewot. Melihat Ayara masih tak bergeming, membuatnya geram. “Cepatlah, Ayara! Saya mau ada arisan sama ibu-ibu komplek!”

“Tapi, Bu. Itu uang belanja sampai tiga minggu ke depan.” Ayara memelas dengan suara yang halus. “Kan, uang Ibu udah dilebihkan sama Mas Janu dari jatah bulanan aku,” lanjutnya tanpa berbohong.

Memang benar, selama setahun terakhir ini, sedikit dari jatah nafkah untuk Ayara malah diberikan kepada Nirmala. Namun, wanita itu belum juga puas dan sekarang malah minta uang belanja makan mingguan.

“Bilang aja pelit,” cibir Nirmala, “Cepat ambil uangnya!” Kali ini Nirmala menghentakkan meja makan.

Ayara terlonjak, bahkan sampai-sampai El yang sedang menikmati labu rebusnya ikut terkejut karena ulah sang nenek.

Ayara tampak enggan beranjak. Ia mempertahankan ego-nya kali ini demi kebutuhan bersama. Seandainya uang itu diberikan separuh untuk kebutuhan ibu yang mendadak hari ini. Lantas dua minggu ke depan mereka harus makan apa?

“Beri aku uangnya sekarang atau saya bilang sama Janu kalau kamu dorong saya sampai jatuh?” ancam Nirmala dengan gigi bergemeletuk.

Related chapters

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    3. Siapa Perempuan itu, Mas?

    "Maaf, Bu. Tapi, uang yang Mas Janu kasih gak bakal cukup!” Ayara masih bersikeras untuk tidak memberikan uang kepada mertuanya.Nirmala mendelik sinis, wanita itu langsung pergi dari hadapan Ayara dengan makian-makian tak jelas. Ayara sendiri tak terlalu ambil pusing, ia kembali membantu putranya meyelesaikan sarapan.Waktu berlanjut, hingga malam menyambut, Ayara sudah rapi dengan gamis instan terbaiknya. Mungkin Nirmala bertanya karena malam ini Ayara lebih tampil beda. Perempuan berhidung mancung itu telah berdandan cantik dengan harapan agar kembali mendapatkan perhatian dari sang suami."Kamu dandan seperti itu ingin pergi ke mana?Ayara tersenyum tipis membalas ucapan sang mertua. Perempuan berhijab itu sedang menunggu kedatangan Janu, ia berencana makan malam bersama suami tercinta. “Ditanyain malah cengar-cengir. Dasar menantu aneh,” cibir Nirmala mendelik sinis. “Bukannya nemenin anak tidur, malah duduk gak jelas di sini!” lanjut Nirmala dengan sarkas.“El udah lelap, kok,

    Last Updated : 2024-07-18
  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    4. Pembicaraan Janu dan Ibu

    “Cepat cuci bajunya!”“Aku lagi gak enak badan, Bu. Kepala aku pusing terus dari semalam.” Ayara memegang kepalanya yang berdenyut. Perempuan dengan hijab abu-abu muda itu benar-benar sedang menahan sakit, tidak sedang berbohong. Terlihat jelas wajahnya yang sedikit pucat. Bayangkan saja, setiap hari ia tak henti melakukan pekerjaan rumah dan menjaga anak seorang diri, tanpa bantuan orang lain. Mungkin tubuhnya sekarang sudah di titik sangat kelelahan. Alhasil, ia butuh waktu rehat sejenak.“Halah, alasan saja kamu ini!” sentak Nirmala, “Kamu memang ditakdirkan untuk jadi babu. Udah sana gak usah banyak protes, cuci baju sama cuci piring, cepat!” Nirmala kembali berteriak.Teriakan tersebut sampai membuat El yang sedang bermain di depan televisi, langsung berjalan kecil mencari ibunya. Di balik tembok pembatas ruang makan, anak kecil itu melihat sendiri bagaimana ibunya diperlakukan oleh neneknya. El tidak bisa melarang, ia bicara saja belum terlalu lancar.“Besok aja, ya, Bu. Aku m

    Last Updated : 2024-07-18
  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    5. Perseteruan

    “Nikah?” Ayara masuk ke kamar dengan tatapan bingung. Ia tak sengaja mendengar ucapan akhir ibu mertuanya. “Nikahin siapa maksudnya, Bu?” Janu dan Nirmala saling beradu pandang. Keduanya bagaikan baru saja tertangkap basah karena melakukan kesalahan. Namun, sebisa mungkin Janu merilekskan raut wajahnya, agar Ayara tidak memasang kecurigaan padanya. Janu bangkit dari kasur, menghampiri Ayara yang mematung di ambang pintu. Ia merangkul perempuan berhijab itu, lalu dibawanya ke sofa yang terletak tak jauh dari ranjang. Melihat perlakuan lembut suaminya, yang hampir tak ia rasakan lagi, tentu saja membuat Ayara heran. Kenapa tiba-tiba berubah selembut ini? Ayara menoleh ke arah mertuanya juga, yang tidak membuka suara. Biasanya wanita berjambul tinggi itu akan selalu mencibir jika ada Ayara di depannya. Namun, sekarang tidak. “Ada apa, sih, Mas?” Ayara menggeleng kebingungan dengan situasi. Bukankah biasanya jika tiba-tiba berubah seperti ini, ada sesuatu yang diinginkan ‘kan? “Mas m

    Last Updated : 2024-07-18
  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 6. Ditolak Kerja

    “Nak, kita harus ke mana, ya?” Ayara menatap sendu wajah Aciel, semakin erat ia memeluk tubuh mungil putranya. “Nda, mau temana?” tanya El ikut bingung dengan ibunya yang pergi malam-malam begini. “Ayah, Nda?” lanjutnya. Ayara paham pertanyaan Aciel. Anak itu menanyakan keberadaan ayahnya yang tidak ada bersama mereka saat ini. Ditambah lagi tatapan polos anak itu, membuat dada Ayara semakin sakit. Apa yang harus ia katakan? Miris sekali, anak sekecil ini harus menghadapi kenyataan jika orang tuanya berpisah. Sebisa mungkin Ayara memasang wajah tersenyum pada El. “Kita mau jalan-jalan sebentar.” Ayara berdiam sejenak, memikirkan jawaban setelahnya. “Ayah … tidak ada. Hanya ada Bunda dan El saja, ya? El mau kan?” Anak berusia dua tahun itu mengangguk paham. El lalu memeluk leher sang bunda mencari posisi nyaman agar tubuhnya tidak merasa kedinginan. Ayara menyadari itu, langsung mendekap erat putranya. Diusir saat malam tiba, sama sekali tidak terpikirkan olehnya. Hiruk pikuk

    Last Updated : 2024-08-09
  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 7. Mambantu Ibu²

    “Sa-saya ma—” “Maaf, Pak Arsen. Tapi Mbak ini buat keributan di sini. Dia sibuk minta pekerjaan, padahal sudah saya jelaskan baik-baik kalau di sini tidak ada lowongan. Tapi, Mbak ini maksa saya terus.” Rentetan penjelasan diutarakan oleh pelayan itu. Ia tidak mau salah di mata bos-nya hanya karena Ayara. Pria yang dipanggil Arsen itu mengangguk paham atas penjelasannya. Lantas ia mengalihkan atensi pada sosok perempuan berkerudung coklat susu yang sedang menggendong seorang anak laki-laki. Arsen menatap datar Ayara yang diam tak berkutik begitu pelayan tersebut menyela ucapannya. “Benar begitu?” Ayara mengangguk semangat. Berharap pria di depannya akan memberinya pekerjaan. “Bisa saya bekerja di sini, Pak?” Arsen tidak habis pikir dengan perempuan berhijab itu. Datang malam-malam dengan menggendong anak. Pertanyaan dalam diri Arsen, apakah dia tega membawa seorang anak di malam hari? Seketika Arsen menggeleng kecil. “Sepertinya yang dikatakan pegawai saya sudah cukup jelas.” Ars

    Last Updated : 2024-08-12
  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 8. Bertemu

    “Mama kenapa pincang gini?” Pria itu mengulangi pertanyaannya, menghampiri Ratih yang dipegang oleh Ayara.‘Laki-laki itu?’ Ayara terkejut melihat pria itu di depannya dan memanggil Ratih dengan sebutan Mama. Itu artinya Bu Ratih dan dia adalah ibu dan anak.Ratih tersenyum tipis pada putranya. “Nggak papa, kok. Tadi Mama gak sengaja keserempet motor,” jelasnya seketika membuat sang putra membelakak. “Gak usah melotot gitu, Ar.” Ratih terkekeh kecil melihat wajah putranya yang mengkhawatirkannya.“Gak melotot gimana. Mama sakit begini aku gak boleh khawatir.” Arsen memeriksa kaki mamanya yang dibalut dengan kain berwarna coklat. “Sekarang kita ke rumah sakit.”“Gak usah, tadi Nak Ayara sudah bantu Mama.” Ratih menoleh pada Ayara yang berdiri sedikit menjauh dari sebelumnya. “Aya, sini, Nak. Kenapa di situ. Ibu mau kenalin kamu ke anak Ibu karena kamu sudah bantu Ibu.” Ratih memanggil Ayara.Ayara yang paham situasi, tadinya beringsut mundur saat pria bernama Arsen itu mengambil alih t

    Last Updated : 2024-08-13
  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 9. Kalung Sabit

    “Kamu diterima kerja di restoran.” Kalimat itulah yang terus terngiang di benak Ayara. Sungguh kejadian sederhana itu, benar-benar mendatangkan berkah dan keuntungan untuknya. Siapa sangka hanya karena membantu seorang wanita yang ternyata pemilik restoran. Sehingga sekarang Ayara bisa berkerja di sana. Itulah siklus kehidupan. Di saat ada hati yang tulus dalam membantu, maka Tuhan juga akan mempersiapkan bantuan dan hal indah lain untuknya. Maka dari itu, jangan sekali-kali lelah dalam berbuat baik dan tetap menolong sesama sesuai kemampuan kita. Pagi-pagi sekali Ayara sudah bangun dan mempersiapkan Aciel. Rutinitas ini sudah Ayara lakukan sejak satu minggu lalu, saat ia mulai bekerja di restoran Arsen. Usai dengan semua kesibukan pagi, barulah Ayara mempersiapkan dirinya. “Bunda berangkat kerja, ya, Sayang.” Ayara mencium pipi Aciel sebelum berangkat. “Jangan rewel, ya. Patuh sama nenek,” lanjutnya dan dibalas anggukan oleh anak itu. “Ote, Nda,” sahutnya sambil tertawa.

    Last Updated : 2024-08-13
  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 10. Milik Siapa?

    Kalung ini milik siapa? “Apa mungkin punya pelayan di sini?” Damar menatap lama kalung di tangannya. Bulan sabit dengan bintang kecil di tengahnya, membuat kalung tersebut tampak menawan. Aneh nya Damar merasa tak asing dengan rantai emas ini. “Apa pelayan Pak Arsen ada yang punya kalung ini?” tanya Damar ingin tahu. Ia menyerahkan kalung itu pada Arsen. “Saya juga tidak tau pasti, Pak.” Arsen tak langsung membenarkan tebakan Pak Damar. Takutnya bukan punya pelayan, bisa saja punya pelanggan sebelum mereka menempati ruangan VIP tersebut. “Biar nanti saya tanyakan dulu pada karyawan saya, Pak.” Damar menggeleng tak setuju. “Tidak tidak biar saya saja. Saya ingin tahu siapa pemilik kalung ini.” Damar memutuskan untuk ikut, ia ingin mencari tahu secara langsung siapa pemilik kalung bulan sabit ini. Arsen tak lagi membantah. Ia membiarkan rekan kerjanya itu untuk ikut saat mencari pemilik kalung tersebut. “Baiklah, Pak. Silakan menikmati hidangannya.” Arsen mempersilakan ta

    Last Updated : 2024-08-14

Latest chapter

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 57. Tak Berjumpa

    Hari di mana Ayara mendatangi rumah Arsen untuk makan malam, itu menjadi hari terakhir keduanya berjumpa karena esok harinya Arsen langsung melakukan penerbangan.Sejak Arsen pergi untuk urusan pekerjaan ke luar kota, Ayara menjalani hari-harinya seperti biasa. Ia bekerja, lalu mengurus El, dan menikmati waktu luangnya dengan menemani sang anak bermain.Namun, ada satu hal yang berbeda—keheningan yang muncul setiap kali ia menyadari bahwa tidak ada Arsen di sekitarnya. Mungkin itu terjadi karena Ayara terbiasa dengan adanya Arsen di sisinya.Satu minggu bukan waktu yang lama, tetapi cukup untuk membuatnya merasa ada yang kurang. Arsen juga tidak bosan-bosan menghubunginya, menanyakan kegiatannya, dan tentu saja, meminta foto—entah itu foto Ayara atau El."Ay, pap dong.""Mas lagi sibuk kerja di luar kota, bukannya fokus kerja malah minta pap terus." "Biar semangat kerja, dong. Sekali aja."Ayara hanya tertawa membaca pesan-pesan Arsen yang selalu mengganggunya di sela waktu kerja. Ka

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Ban 56. Kembali Berbaik

    Arsen duduk di dalam mobilnya, menatap lurus ke arah rumah besar yang berdiri megah di depannya. Jari-jarinya menggenggam kemudi erat, sementara dadanya terasa sesak oleh ketegangan yang semakin menumpuk. Kakek adalah sosok yang bijaksana, tetapi Arsen tahu bahwa pria tua itu juga tidak mudah memaafkan. Apalagi jika menyangkut Ayara—cucu kesayangannya. Arsen sadar bahwa kesalahannya bukan hanya melukai hati Ayara, tetapi juga mengecewakan orang yang telah mempercayainya.Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya yang terasa lebih cepat dari biasanya. Sejujurnya, ada rasa takut yang menyelinap di dadanya. Bagaimana jika Kakek benar-benar marah? Bagaimana jika ia tidak bisa memperbaiki semuanya?Namun, di sisi lain, Arsen tahu bahwa ia tidak bisa terus-menerus menghindar. Jika ia ingin mempertahankan hubungannya dengan Ayara, maka ia harus bertanggung jawab."Aku harus menghadapinya," gumamnya pada diri sendiri.Dengan tekad yang sudah bulat, Arsen keluar dari mobil

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 55. Lepas Cincin

    Hari jampi petang dan Arsen baru saja pulang dari kantor dengan langkah lelah. Hatinya masih dipenuhi dengan perasaan tak menentu, dan pikirannya terus-menerus memikirkan Ayara.Bagaimana mungkin ia bisa melupakan perempuan itu dengan mudahnya. Ia benar-benar tulus dengan cintanya kepada Ayara. Namun, ini semua terjadi dengan sangat tiba-tiba.Saat ia tiba di rumah, ia tidak mendapati keberadaan ibunya, mungkin wanita itu di dapur pikirnya. Arsen melangkah masuk, berpapasan dengan Bagas yang datang dengan secangkir kopi di tangannya. Tidak ada Aurel yang membuatkan. Lantas ke man perempuan itu?"Aurel ke mana?" tanya Arsen akhirnya, suaranya terdengar datar.Bagas menyeruput kopinya sebentar sebelum menjawab, "Lagi jumpa Ayara."Seketika, Arsen menegang. Alisnya berkerut dalam keterkejutan yang tak bisa ia sembunyikan."Apa?" Arsen menatap Bagas tak percaya. “Ngapain dia?”Bagaimana bisa? Aurel yang dengan terang-terangan menentang hubungannya dengan Ayara, yang bahkan menyebabkan per

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 54. Tamu Malam

    “Siapa yang datang?”Ayara tersentak pelan ketika suara kakek menembus telinganya. Ia menoleh sedikit, tanpa memindahkan badannya dari sela pintu.Kakek berhenti di belakang pintu yang sengaja dibuka sedikit. Pria tua itu memutuskan menyusul Ayara karena perempuan muda itu tak kunjung kembali. Hening sejenak mengisi suasana, Kakek tergerak menarik pintu besar itu. Di ambang pintu, berdiri seorang wanita yang tidaklah asing baginya, selain dia salah satu karyawan di kantor, juga perempuan itu adalah orang yang pernah mencelakai Ayara.“Ada keperluan apa kamu datang ke sini?” Kakek membuat Laras tak berani menengadah tatapannya.Ayara mengusap lengan atas kakeknya, seolah mengatakan biar dirinya saja yang bicara dengan Laras. “Kakek tunggu di dalam aja, aku bicaranya gak lama, kok,” pinta Ayara dengan suara pelan. Kakek menyetujui, lalu pergi.Kalau ni atensi Ayara kembali pada Laras seorang. Tadi ia baru bertanya dengan siapa perempuan itu kemari, tiba-tiba kakek menyusul.Awalnya Ay

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 53. Kesedihan Ayara

    “Kenapa teleponnya terputus ya?” Arsen mengotak-atik layar ponsel. Ia memilih memasukkan benda pipih itu ke dalam saku jas. “Siapa yang datang?”Suasana di sekitar Arsen berubah drastis begitu ia menerima telepon dari mamanya. Ada desahan ringan yang keluar dari mulutnya, matanya yang tadinya fokus pada pekerjaan di mejanya kini terlihat gelisah.Ia segera merapikan barang-barangnya, laptop dimatikan, dokumen-dokumen disusun rapi, dan jaketnya diambil dari gantungan. Langkahnya cepat, hampir terburu-buru, seolah ada sesuatu yang mendesak atau penting (?) di rumah. Wajahnya yang biasanya tenang kini terlihat sedikit tegang, alisnya berkerut, dan bibirnya terkatup rapat. Pikirannya melayang, bertanya-tanya siapa yang menunggunya di rumah. Mungkinkah Ayara? Akankah Ayara berubah pikiran dan kembali padanya?Sesampainya di rumah, Arsen membuka pintu dengan hati berdebar. Matanya langsung mencari sosok yang ia harapkan. Namun, yang ia temukan justru membuatnya terkejut. Bukan Ayara, melai

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 52. Siapa??

    “Laras, kamu di dalam?” Panggilan Nirmala tak kunjung mendapat jawaban. Perempuan paruh baya itu kembali memanggil sang menantu. “Laras, kalau dipanggil itu ya disahut, dong. Jangan diam aja!”Nirmala mengetuk pintu kamar putranya dengan kesal. Pasalnya ini bukan kali pertama ia memanggil menantunya itu, hampir tiga kali bolak-balik, padahal ia sedang masak di dapur.“Bikin repot aja. Sebenarnya kalau bukan Janu yang minta untuk ngurusin, males banget.” Nirmala mengomel sendiri karena Janu memintanya agar memperhatikan istrinya itu. “Heh, punya mantu gak berguna sedikit pun!”Suara Nirmala yang cukup keras jelas saja terdengar oleh seseorang di dalam kamar. Memang Laras ada di kamar, tetapi perempuan itu memilih untuk tidak merespon ibu mertuanya. Lagi pula ia jenuh harus selalu mendengar repetan Nirmala.“Laras, keluar kamu bantu cuci piring!” Lagi-lagi Nirmala berteriak dengan pintu diketuk kasar. Kali ini ia memilih cara lain agar menantunya keluar.Dengan berat Laras menyibakkan s

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 51. Akhir

    “Kamu nggak berhak bicara seperti itu.”Arsen yang melihat Ayara pergi dengan wajah terluka hanya bisa menatap kesal pada kakak sepupunya. Namun, perempuan itu hanya mendengus. “Aku hanya berpikir realistis, Arsen. Dia itu tidak pantas.”Arsen tak lagi mendengar ucapan Aurel, ia berlari keluar rumah untuk menghampiri Ayara, tetapi taksi yang membawa Ayara sudah melaju pergi. Ia berdiri di tepi jalan dengan napas terengah-engah, matanya menatap kosong ke arah taksi yang perlahan menghilang dari pandangan. Ia mengepalkan tangan, hatinya dipenuhi rasa bersalah dan kecewa pada dirinya sendiri.Dengan langkah berat, ia kembali masuk ke dalam rumah. Aurel masih duduk di ruang keluarga dengan ekspresi tak berdosa, seolah tak menyadari betapa dalam luka yang baru saja ia sebabkan."Aurel," panggil Arsen dengan nada dingin. "Kamu keterlaluan."Aurel mendongak, tampak tidak terpengaruh. “Aku hanya berkata jujur, Arsen. Lagian kenapa harus janda, sih?.”Arsen menatapnya tajam. “Harusnya kamu ta

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 50. Aurel

    Kabar pertunangan mereka tersebar dengan mudah dan cepat. Sejak itulah kehidupan Ayara di kantor semakin berbeda. Yang awalnya mereka tahu Ayara adalah calon penerus perusahaan, kini ditambah lagi jika sosok perempuan itu adalah tunangan dari Arsen.Semua karyawan pasti tahu siapa Arsen, sosok bijaksana dan penuh kharisma meskipun di usianya yang masih tergolong muda. Bayangkan saja, perempuan mana yang tidak menginginkan sosok Arsen. Namun, satu-satunya perempuan yang beruntung itu adalah Ayara.Bisik-bisik kecil terdengar di lorong-lorong kantor setiap kali ia lewat, tetapi Ayara hanya tersenyum dan mencoba bersikap biasa saja. Tujuan Ayara kini adalah pantry, ia ingin mengembalikan gelas yang ia gunakan. “Selamat ya, Bu Ayara,” ujar salah satu rekan kerja di ruang pantry. “Nggak nyangka ternyata selama ini calon bos kita ada di sekitar kita.”Ayara terkekeh pelan, “Aku masih tetap Ayara yang dulu, kok. Nggak ada yang berubah.”“Selamat juga ya, Bu Ayara atas pertunangannya,” lanju

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 49. Engagement Day

    “Mas, kamu yakin dengan keputusan ini?” Ayara menatap Arsen dengan keraguan. Bukannya apa, ia takut jika pria ini akan menyesali keputusannya itu suatu saat nanti. “Ay, jangan dibahas lagi, ya. Kan, Mas sendiri yang mau ngelamar kamu, berarti Mas sudah siap dengan segala pertimbangan dan resiko apapun kedepannya.” Jawaban Arsen sedikit membuat Ayara lega. “Sekarang Mas tanya sama kamu, kamu sendiri bagaimana?” “Em … a-aku sebenarnya…” “Sebenarnya apa, Ay?” tanya Arsen tak sabaran. “Kamu mau nolak, ya?” Seketika Ayara menggeleng cepat. “Aku mau. Sebenarnya aku sudah jatuh cinta sama kamu, Mas.” Wajah Ayara tertunduk, tak sanggup dengan pengakuan cintanya. Sementara Arsen masih mengerjap matanya, mencoba mencerna ucapan Ayara. “Ini benar, kan, Ay? Mas gak lagi mimpi kan?” Ayara tertawa kecil melihat tingkah pria di sampingnya. Kini keduanya masih di dalam mobil, tidak berniat turun karena Arsen masih sibuk tersenyum lebar dan mengucap syukur karena penantian panjang dan cintanya t

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status