Share

Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris
Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris
Author: sisakata

1. Perkara Mie Instan

Author: sisakata
last update Last Updated: 2024-07-18 11:56:02

“Ayara! Di mana kamu!”

Pekikan itu mengisi seluruh sudut rumah. Ayara yang masih membersihkan dapur, langsung berlari kecil menuju meja makan.

Di ambang pintu, Ayara melihat Nirmala—ibu mertuanya— yang sedang berkacak pinggang seraya menatap kesal pada meja makan. Hatinya mendadak tak enak, apa lagi yang salah di matanya? Dengan ragu Ayara melangkah menemui mertuanya yang sudah marah-marah di pagi hari.

“Ada apa, Bu? Pagi-pagi Ibu udah teriak.” Ayara menatap mertuanya tak mengerti.

“Ada apa, ada apa! Coba kamu lihat, apa yang kamu masak?!” Nirmala menunjuk ke atas meja makan. Ayara menoleh ke sana. “Kamu lihat itu? Kamu nyuruh kami sarapan dengan mie instan? Jadi istri kenapa gak punya pikiran, hah!?” Nirmala menyumpah-serapahi Ayara, tanpa memikirkan perasaan perempuan itu.

“Maaf, Bu. Aku cuma bisa masak ini.” Ayara meremas ujung bajunya. Hanya ini yang bisa ia lakukan setiap kali kena amuk mertuanya.

Mendengar balasan Ayara yang begitu halus, membuat Nirmala kembali berdecih sinis. “Halah bilang aja uang yang anakku kasih kau simpan buat belanja online kan?” Nirmala mendorong pelan badan Ayara, hingga perempuan itu menabrak kursi kayu.

“Nggak, Bu.” Ayara sontak menggeleng atas tuduhan mertuanya. Ia sama sekali tidak pernah menyimpan uang belanja hanya untuk belanja online. Paling tidak ia gunakan uangnya untuk kebutuhan makan sekeluarga.

“Emang dasarnya kamu itu gak guna! Kerjanya duduk di rumah habisin uang anakku saja! Nyesel dulu aku beri restu Janu menikahi gadis panti miskin kayak kamu!”

Dada terasa sesak, hatinya bagai tercubit setiap kali sang mertua mengungkit masa itu. Ayara memang hanya seorang gadis panti yang lalu dipersunting jadi istri anaknya. Di mana saat ia datang ke rumah ini diperkenalkan sebagai kekasih anaknya, lalu meraih restu dengan sedikit sulit.

Akan tetapi, Ayara tidak terima jika Nirmala mengatakan bahwa dirinya tidak ada guna. Buktinya selama tiga tahun menikah, perempuan berusia dua puluh enam tahun ini sama sekali tidak pernah goyang kaki di rumah. Ia mengerjakan semua pekerjaan rumah. Namun, sang mertua tidak pernah melihat itu.

Ayara menghela napas pelan. Ia mencoba menarik kedua ujung bibirnya. “Untuk pagi ini, kita sarapan dengan ini dulu, ya, Bu.” Ayara bertutur lembut pada Nirmala.

Nirmala yang sedang kesal, semakin naik tensi mendengar suara halus menantunya itu. “Gak mau saya! Kamu makan sendiri sampai kenyang ini!” Nirmala mendorong piring yang sudah di tata oleh Ayara di meja.

Dadanya bergemuruh, lagi-lagi mertuanya ini berlaku kasar terhadapnya. Akan tetapi, ia tidak ingin menangis di depan keluarga suaminya. Terlebih lagi di saat yang bersamaan suara halus adik iparnya terdengar.

“Pagi semuanya!” Gadis itu menyapa dengan sumringah.

“Pagi, Li,” balas Ayara melempar senyum kepada remaja SMA itu. Namun, Ayara malah mendapat delikan sinis.

“Loh, kok cuma mie instan menu sarapannya, Mbak?” Lili membanting kesal centong yang ada di dalam mangkuk. “Ibu, ini gimana ceritanya makan mie pagi-pagi?” Lili beralih mengadu pada ibunya dengan memelas.

Nirmala menghela napas panjang. “Tanya saja sama kakak ipar kamu itu,” katanya melirik sinis ke arah Ayara.

Lili pun merasa kesal dengan Ayara. Lama-lama ia juga gondok bicara dengan kakak iparnya itu. “Apa!? Alasan apa lagi yang mau Mbak bilang?” Lili berdecih, “Heran gue punya ipar lambat kayak lo!”

Lihatlah, tidak hanya sang ibu, kini anak pun ikut menghina dan mencibir Ayara.

“Mas Janu belum kasih uang belanja buat minggu ini, Bu. Makanya aku masak apa yang ada.” Ayara mencoba membela diri sebelum Nirmala kembali menyahuti perkataan putrinya.

“Gak mungkin,” sangkal Nirmala sembari mengibaskan tangannya di udara. “Anakku selalu kasih uang belanja buat kamu, ya! Sampai-sampai uang bulanan untukku berkurang selama kamu ada di rumah ini!”

Nirmala berteriak dan menatap marah ke arah Ayara. Baginya Ayara ini hanyalah penghambat keuangannya, karena selama putranya menikah dengan Ayara, uang bulanan untuknya berkurang.

“Tapi aku jujur, Bu. Mas Janu belum ada kasih uang belanja.” Ayara masih meyakinkan ibu mertuanya. Pastinya ia tidak mau difitnah oleh ibu suaminya. “Kalau Ibu gak percaya, kita bisa tanya langsung ke mas Ja—”

“Ada apa ribut-ribut?” Janu yang baru datang langsung menyela ucapan Ayara.

Nirmala langsung mendekati putranya, memperlihatkan apa yang telah Ayara perbuat di pagi ini.

“Kamu lihat, Janu. Istri kamu gak becus, dia marahi ibu juga tadi,” adunya dengan memasang wajah memelas di depan snag putra.

Ayara mendengar itu sontak menggeleng.

“Nggak gitu, Mas. Aku cuma bilang sama Ibu, kalau kamu belum kasih uang belanja, makanya aku cuma masak mie aja. Tapi Ibu malah anggap aku marahi ibu.” Ayara tak terima difitnah, jelas-jelas ia tidak memarahi mertuanya itu, malah di sini dirinyalah yang kena sembur setiap hari.

Janu menoleh ke arah Ayara yang baru saja selesai berbicara. Kemudian ia mengalihkan pandangannya kepada Nirmala. “Lain kali kamu jangan gitu sama Ibu. Dia Ibu aku, kamu gak berhak memarahinya. Kamu turuti saja mau Ibu gimana.” Janu membalas tanpa sedikit pun membela Ayara yang notaben istrinya.

Ayara tersenyum getir. Bahkan suaminya pun tidak punya simpati atasnya. Ayara tak ada pilihan lain, selain mengangguk kecil atas penuturan Janu. “Baik, Mas.”

Masing-masing mereka mengambil tempat di meja makan. Terlihat Janu berdeham kecil, lalu menegak segelas air putih yang Ayara tuang hingga tandas. Pria itu menyambar tas kerjanya, lalu bangkit dari kursi. Tidak terlihat tanda-tanda jika pria itu ingin sarapan.

“Uang belanja udah Mas taruh di kasur. Kamu hemat-hematin uangnya, jangan boros!” Janu berbicara ketus dan diangguki oleh Ayara.

Hal itu kembali membuat Nirmala membuka suara. “Lihat, tidak salah apa yang Ibu bilang. Istrimu ini memang boros, ngatur uang belanja aja gak bisa!” cibirnya. “Sekarang lihat, bahkan suamimu aja nggak mau sarapan di rumah. Dasar memang istri gak guna kamu, bikin suami betah saja tidak bisa!” hardik Nirmala kesekian kalinya dan sekarang mata Nirmala mengerling jijik pada penampilan menantunya.

Ayara tidak menyangkalnya, yang mertuanya katakan pasti akan benar di telinga suaminya. Namun, ia tidak memperpanjang lagi, kini ia kembali fokus pada suaminya.

“Mas, ingin aku buatkan bekal apa?” tawar Ayara semangat, sebelum sang suami berangkat.

Ayara langsung mengambil kotak bekal di dapur belakang, tetapi aksi Ayara yang cekatan tiba-tiba terhenti saat Janu berceletuk.

“Tidak perlu, kamu mau buat aku malu dengan bekal mie instan-mu itu?” Janu menatap jijik ke arah istrinya. Kemudian, ia beralih pada Nirmala menyalami sang ibu. “Aku pergi dulu!”

Janu melenggang pergi, tanpa berpamitan pada Ayara. Pria itu hanya menyalami ibunya, lalu mencium adiknya. Ayara hanya bisa menatap punggung lebar suaminya yang semakin menjauh. Bahkan untuk berpamitan saja suaminya tidak mau lagi. Terkadang ia berpikir apakah sekarang dirinya seburuk ini?

“Lihat, suamimu saja sudah tak minat. Kamu tuh, masaknya gak enak! Gak bisa ngerawat diri, kucel lagi!” Nirmala mengamati penampilan Ayara pagi ini yang cukup lusuh baginya. “Huh, pokoknya nyesel punya mantu kayak kamu!” Nirmala membanting sendok, lalu pergi dari sana.

Ayara tak lagi membalas cacian atau hardikan ibu mertuanya. Mendapat perlakuan seperti itu Ayara hanya bisa diam. Ia sadar bahwa dirinya hidup sebatang kara, baginya Nirmala sudah seperti ibu kandung. Maka, sulit baginya untuk membalas hinaan perempuan itu.

Ayara tidak habis pikir dengan suaminya. Seharusnya dia menjadi tempat untuk Ayara berlindung dan mengadu jika ada percekcokan. Akan tetapi, secara terang-terangan suaminya itu membela penuh ibunya.

Ayara pun memilih beranjak ke kamar. Perempuan itu tersenyum melihat uang belanja yang diletakkan di atas kasur. Namun, senyuman Ayara langsung pudar ketika ia usai menghitung nominalnya.

"Ya, ampun, Mas ... Kenapa makin ke sini makin kurang?"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
sisakata
keren bangetttt
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    2. Dipalak Ibu Mertua

    Setelah memasak untuk makan malam. Ayara bersiap-siap untuk menanti kepulangan suaminya dari kantor. Hinaan sang mertua terhadap penampilannya, mendorong Ayara untuk sedikit tampil beda malam ini. Setelah menggunakan baju tidur, ia mulai memoles tipis wajahnya agar sedikit berwarna. Mungkin itulah yang Janu nantikan darinya ‘kan?Ayara berniat untuk duduk bersantai sebentar tanpa pekerjaan apa pun. Namun, putranya yang tadinya masih lelap, kini terbangun dan langsung menangis mencari keberadaan ayahnya. Ayara mengambil Aciel putranya yang kerap disapa El memutari kamar. Berharap anak berusia dua tahun itu akan tenang.“Sebentar lagi ayah pulang, kok,” ujar Ayara mengusap air mata di wajah putranya.El masih merengek pada Ayara. Anak itu mengatakan ingin digendong ayahnya. Wajar saja El bersikap begitu, beberapa waktu terakhir Ayara memang sudah hampir tak pernah melihat suaminya itu bermain dengan anaknya. Misalkan pun ada, baru beberapa detik digendongnya, malah langsung dikasih kemb

    Last Updated : 2024-07-18
  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    3. Siapa Perempuan itu, Mas?

    "Maaf, Bu. Tapi, uang yang Mas Janu kasih gak bakal cukup!” Ayara masih bersikeras untuk tidak memberikan uang kepada mertuanya.Nirmala mendelik sinis, wanita itu langsung pergi dari hadapan Ayara dengan makian-makian tak jelas. Ayara sendiri tak terlalu ambil pusing, ia kembali membantu putranya meyelesaikan sarapan.Waktu berlanjut, hingga malam menyambut, Ayara sudah rapi dengan gamis instan terbaiknya. Mungkin Nirmala bertanya karena malam ini Ayara lebih tampil beda. Perempuan berhidung mancung itu telah berdandan cantik dengan harapan agar kembali mendapatkan perhatian dari sang suami."Kamu dandan seperti itu ingin pergi ke mana?Ayara tersenyum tipis membalas ucapan sang mertua. Perempuan berhijab itu sedang menunggu kedatangan Janu, ia berencana makan malam bersama suami tercinta. “Ditanyain malah cengar-cengir. Dasar menantu aneh,” cibir Nirmala mendelik sinis. “Bukannya nemenin anak tidur, malah duduk gak jelas di sini!” lanjut Nirmala dengan sarkas.“El udah lelap, kok,

    Last Updated : 2024-07-18
  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    4. Pembicaraan Janu dan Ibu

    “Cepat cuci bajunya!”“Aku lagi gak enak badan, Bu. Kepala aku pusing terus dari semalam.” Ayara memegang kepalanya yang berdenyut. Perempuan dengan hijab abu-abu muda itu benar-benar sedang menahan sakit, tidak sedang berbohong. Terlihat jelas wajahnya yang sedikit pucat. Bayangkan saja, setiap hari ia tak henti melakukan pekerjaan rumah dan menjaga anak seorang diri, tanpa bantuan orang lain. Mungkin tubuhnya sekarang sudah di titik sangat kelelahan. Alhasil, ia butuh waktu rehat sejenak.“Halah, alasan saja kamu ini!” sentak Nirmala, “Kamu memang ditakdirkan untuk jadi babu. Udah sana gak usah banyak protes, cuci baju sama cuci piring, cepat!” Nirmala kembali berteriak.Teriakan tersebut sampai membuat El yang sedang bermain di depan televisi, langsung berjalan kecil mencari ibunya. Di balik tembok pembatas ruang makan, anak kecil itu melihat sendiri bagaimana ibunya diperlakukan oleh neneknya. El tidak bisa melarang, ia bicara saja belum terlalu lancar.“Besok aja, ya, Bu. Aku m

    Last Updated : 2024-07-18
  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    5. Perseteruan

    “Nikah?” Ayara masuk ke kamar dengan tatapan bingung. Ia tak sengaja mendengar ucapan akhir ibu mertuanya. “Nikahin siapa maksudnya, Bu?” Janu dan Nirmala saling beradu pandang. Keduanya bagaikan baru saja tertangkap basah karena melakukan kesalahan. Namun, sebisa mungkin Janu merilekskan raut wajahnya, agar Ayara tidak memasang kecurigaan padanya. Janu bangkit dari kasur, menghampiri Ayara yang mematung di ambang pintu. Ia merangkul perempuan berhijab itu, lalu dibawanya ke sofa yang terletak tak jauh dari ranjang. Melihat perlakuan lembut suaminya, yang hampir tak ia rasakan lagi, tentu saja membuat Ayara heran. Kenapa tiba-tiba berubah selembut ini? Ayara menoleh ke arah mertuanya juga, yang tidak membuka suara. Biasanya wanita berjambul tinggi itu akan selalu mencibir jika ada Ayara di depannya. Namun, sekarang tidak. “Ada apa, sih, Mas?” Ayara menggeleng kebingungan dengan situasi. Bukankah biasanya jika tiba-tiba berubah seperti ini, ada sesuatu yang diinginkan ‘kan? “Mas m

    Last Updated : 2024-07-18
  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 6. Ditolak Kerja

    “Nak, kita harus ke mana, ya?” Ayara menatap sendu wajah Aciel, semakin erat ia memeluk tubuh mungil putranya. “Nda, mau temana?” tanya El ikut bingung dengan ibunya yang pergi malam-malam begini. “Ayah, Nda?” lanjutnya. Ayara paham pertanyaan Aciel. Anak itu menanyakan keberadaan ayahnya yang tidak ada bersama mereka saat ini. Ditambah lagi tatapan polos anak itu, membuat dada Ayara semakin sakit. Apa yang harus ia katakan? Miris sekali, anak sekecil ini harus menghadapi kenyataan jika orang tuanya berpisah. Sebisa mungkin Ayara memasang wajah tersenyum pada El. “Kita mau jalan-jalan sebentar.” Ayara berdiam sejenak, memikirkan jawaban setelahnya. “Ayah … tidak ada. Hanya ada Bunda dan El saja, ya? El mau kan?” Anak berusia dua tahun itu mengangguk paham. El lalu memeluk leher sang bunda mencari posisi nyaman agar tubuhnya tidak merasa kedinginan. Ayara menyadari itu, langsung mendekap erat putranya. Diusir saat malam tiba, sama sekali tidak terpikirkan olehnya. Hiruk pikuk

    Last Updated : 2024-08-09
  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 7. Mambantu Ibu²

    “Sa-saya ma—” “Maaf, Pak Arsen. Tapi Mbak ini buat keributan di sini. Dia sibuk minta pekerjaan, padahal sudah saya jelaskan baik-baik kalau di sini tidak ada lowongan. Tapi, Mbak ini maksa saya terus.” Rentetan penjelasan diutarakan oleh pelayan itu. Ia tidak mau salah di mata bos-nya hanya karena Ayara. Pria yang dipanggil Arsen itu mengangguk paham atas penjelasannya. Lantas ia mengalihkan atensi pada sosok perempuan berkerudung coklat susu yang sedang menggendong seorang anak laki-laki. Arsen menatap datar Ayara yang diam tak berkutik begitu pelayan tersebut menyela ucapannya. “Benar begitu?” Ayara mengangguk semangat. Berharap pria di depannya akan memberinya pekerjaan. “Bisa saya bekerja di sini, Pak?” Arsen tidak habis pikir dengan perempuan berhijab itu. Datang malam-malam dengan menggendong anak. Pertanyaan dalam diri Arsen, apakah dia tega membawa seorang anak di malam hari? Seketika Arsen menggeleng kecil. “Sepertinya yang dikatakan pegawai saya sudah cukup jelas.” Ars

    Last Updated : 2024-08-12
  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 8. Bertemu

    “Mama kenapa pincang gini?” Pria itu mengulangi pertanyaannya, menghampiri Ratih yang dipegang oleh Ayara.‘Laki-laki itu?’ Ayara terkejut melihat pria itu di depannya dan memanggil Ratih dengan sebutan Mama. Itu artinya Bu Ratih dan dia adalah ibu dan anak.Ratih tersenyum tipis pada putranya. “Nggak papa, kok. Tadi Mama gak sengaja keserempet motor,” jelasnya seketika membuat sang putra membelakak. “Gak usah melotot gitu, Ar.” Ratih terkekeh kecil melihat wajah putranya yang mengkhawatirkannya.“Gak melotot gimana. Mama sakit begini aku gak boleh khawatir.” Arsen memeriksa kaki mamanya yang dibalut dengan kain berwarna coklat. “Sekarang kita ke rumah sakit.”“Gak usah, tadi Nak Ayara sudah bantu Mama.” Ratih menoleh pada Ayara yang berdiri sedikit menjauh dari sebelumnya. “Aya, sini, Nak. Kenapa di situ. Ibu mau kenalin kamu ke anak Ibu karena kamu sudah bantu Ibu.” Ratih memanggil Ayara.Ayara yang paham situasi, tadinya beringsut mundur saat pria bernama Arsen itu mengambil alih t

    Last Updated : 2024-08-13
  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 9. Kalung Sabit

    “Kamu diterima kerja di restoran.” Kalimat itulah yang terus terngiang di benak Ayara. Sungguh kejadian sederhana itu, benar-benar mendatangkan berkah dan keuntungan untuknya. Siapa sangka hanya karena membantu seorang wanita yang ternyata pemilik restoran. Sehingga sekarang Ayara bisa berkerja di sana. Itulah siklus kehidupan. Di saat ada hati yang tulus dalam membantu, maka Tuhan juga akan mempersiapkan bantuan dan hal indah lain untuknya. Maka dari itu, jangan sekali-kali lelah dalam berbuat baik dan tetap menolong sesama sesuai kemampuan kita. Pagi-pagi sekali Ayara sudah bangun dan mempersiapkan Aciel. Rutinitas ini sudah Ayara lakukan sejak satu minggu lalu, saat ia mulai bekerja di restoran Arsen. Usai dengan semua kesibukan pagi, barulah Ayara mempersiapkan dirinya. “Bunda berangkat kerja, ya, Sayang.” Ayara mencium pipi Aciel sebelum berangkat. “Jangan rewel, ya. Patuh sama nenek,” lanjutnya dan dibalas anggukan oleh anak itu. “Ote, Nda,” sahutnya sambil tertawa.

    Last Updated : 2024-08-13

Latest chapter

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 57. Tak Berjumpa

    Hari di mana Ayara mendatangi rumah Arsen untuk makan malam, itu menjadi hari terakhir keduanya berjumpa karena esok harinya Arsen langsung melakukan penerbangan.Sejak Arsen pergi untuk urusan pekerjaan ke luar kota, Ayara menjalani hari-harinya seperti biasa. Ia bekerja, lalu mengurus El, dan menikmati waktu luangnya dengan menemani sang anak bermain.Namun, ada satu hal yang berbeda—keheningan yang muncul setiap kali ia menyadari bahwa tidak ada Arsen di sekitarnya. Mungkin itu terjadi karena Ayara terbiasa dengan adanya Arsen di sisinya.Satu minggu bukan waktu yang lama, tetapi cukup untuk membuatnya merasa ada yang kurang. Arsen juga tidak bosan-bosan menghubunginya, menanyakan kegiatannya, dan tentu saja, meminta foto—entah itu foto Ayara atau El."Ay, pap dong.""Mas lagi sibuk kerja di luar kota, bukannya fokus kerja malah minta pap terus." "Biar semangat kerja, dong. Sekali aja."Ayara hanya tertawa membaca pesan-pesan Arsen yang selalu mengganggunya di sela waktu kerja. Ka

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Ban 56. Kembali Berbaik

    Arsen duduk di dalam mobilnya, menatap lurus ke arah rumah besar yang berdiri megah di depannya. Jari-jarinya menggenggam kemudi erat, sementara dadanya terasa sesak oleh ketegangan yang semakin menumpuk. Kakek adalah sosok yang bijaksana, tetapi Arsen tahu bahwa pria tua itu juga tidak mudah memaafkan. Apalagi jika menyangkut Ayara—cucu kesayangannya. Arsen sadar bahwa kesalahannya bukan hanya melukai hati Ayara, tetapi juga mengecewakan orang yang telah mempercayainya.Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya yang terasa lebih cepat dari biasanya. Sejujurnya, ada rasa takut yang menyelinap di dadanya. Bagaimana jika Kakek benar-benar marah? Bagaimana jika ia tidak bisa memperbaiki semuanya?Namun, di sisi lain, Arsen tahu bahwa ia tidak bisa terus-menerus menghindar. Jika ia ingin mempertahankan hubungannya dengan Ayara, maka ia harus bertanggung jawab."Aku harus menghadapinya," gumamnya pada diri sendiri.Dengan tekad yang sudah bulat, Arsen keluar dari mobil

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 55. Lepas Cincin

    Hari jampi petang dan Arsen baru saja pulang dari kantor dengan langkah lelah. Hatinya masih dipenuhi dengan perasaan tak menentu, dan pikirannya terus-menerus memikirkan Ayara.Bagaimana mungkin ia bisa melupakan perempuan itu dengan mudahnya. Ia benar-benar tulus dengan cintanya kepada Ayara. Namun, ini semua terjadi dengan sangat tiba-tiba.Saat ia tiba di rumah, ia tidak mendapati keberadaan ibunya, mungkin wanita itu di dapur pikirnya. Arsen melangkah masuk, berpapasan dengan Bagas yang datang dengan secangkir kopi di tangannya. Tidak ada Aurel yang membuatkan. Lantas ke man perempuan itu?"Aurel ke mana?" tanya Arsen akhirnya, suaranya terdengar datar.Bagas menyeruput kopinya sebentar sebelum menjawab, "Lagi jumpa Ayara."Seketika, Arsen menegang. Alisnya berkerut dalam keterkejutan yang tak bisa ia sembunyikan."Apa?" Arsen menatap Bagas tak percaya. “Ngapain dia?”Bagaimana bisa? Aurel yang dengan terang-terangan menentang hubungannya dengan Ayara, yang bahkan menyebabkan per

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 54. Tamu Malam

    “Siapa yang datang?”Ayara tersentak pelan ketika suara kakek menembus telinganya. Ia menoleh sedikit, tanpa memindahkan badannya dari sela pintu.Kakek berhenti di belakang pintu yang sengaja dibuka sedikit. Pria tua itu memutuskan menyusul Ayara karena perempuan muda itu tak kunjung kembali. Hening sejenak mengisi suasana, Kakek tergerak menarik pintu besar itu. Di ambang pintu, berdiri seorang wanita yang tidaklah asing baginya, selain dia salah satu karyawan di kantor, juga perempuan itu adalah orang yang pernah mencelakai Ayara.“Ada keperluan apa kamu datang ke sini?” Kakek membuat Laras tak berani menengadah tatapannya.Ayara mengusap lengan atas kakeknya, seolah mengatakan biar dirinya saja yang bicara dengan Laras. “Kakek tunggu di dalam aja, aku bicaranya gak lama, kok,” pinta Ayara dengan suara pelan. Kakek menyetujui, lalu pergi.Kalau ni atensi Ayara kembali pada Laras seorang. Tadi ia baru bertanya dengan siapa perempuan itu kemari, tiba-tiba kakek menyusul.Awalnya Ay

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 53. Kesedihan Ayara

    “Kenapa teleponnya terputus ya?” Arsen mengotak-atik layar ponsel. Ia memilih memasukkan benda pipih itu ke dalam saku jas. “Siapa yang datang?”Suasana di sekitar Arsen berubah drastis begitu ia menerima telepon dari mamanya. Ada desahan ringan yang keluar dari mulutnya, matanya yang tadinya fokus pada pekerjaan di mejanya kini terlihat gelisah.Ia segera merapikan barang-barangnya, laptop dimatikan, dokumen-dokumen disusun rapi, dan jaketnya diambil dari gantungan. Langkahnya cepat, hampir terburu-buru, seolah ada sesuatu yang mendesak atau penting (?) di rumah. Wajahnya yang biasanya tenang kini terlihat sedikit tegang, alisnya berkerut, dan bibirnya terkatup rapat. Pikirannya melayang, bertanya-tanya siapa yang menunggunya di rumah. Mungkinkah Ayara? Akankah Ayara berubah pikiran dan kembali padanya?Sesampainya di rumah, Arsen membuka pintu dengan hati berdebar. Matanya langsung mencari sosok yang ia harapkan. Namun, yang ia temukan justru membuatnya terkejut. Bukan Ayara, melai

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 52. Siapa??

    “Laras, kamu di dalam?” Panggilan Nirmala tak kunjung mendapat jawaban. Perempuan paruh baya itu kembali memanggil sang menantu. “Laras, kalau dipanggil itu ya disahut, dong. Jangan diam aja!”Nirmala mengetuk pintu kamar putranya dengan kesal. Pasalnya ini bukan kali pertama ia memanggil menantunya itu, hampir tiga kali bolak-balik, padahal ia sedang masak di dapur.“Bikin repot aja. Sebenarnya kalau bukan Janu yang minta untuk ngurusin, males banget.” Nirmala mengomel sendiri karena Janu memintanya agar memperhatikan istrinya itu. “Heh, punya mantu gak berguna sedikit pun!”Suara Nirmala yang cukup keras jelas saja terdengar oleh seseorang di dalam kamar. Memang Laras ada di kamar, tetapi perempuan itu memilih untuk tidak merespon ibu mertuanya. Lagi pula ia jenuh harus selalu mendengar repetan Nirmala.“Laras, keluar kamu bantu cuci piring!” Lagi-lagi Nirmala berteriak dengan pintu diketuk kasar. Kali ini ia memilih cara lain agar menantunya keluar.Dengan berat Laras menyibakkan s

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 51. Akhir

    “Kamu nggak berhak bicara seperti itu.”Arsen yang melihat Ayara pergi dengan wajah terluka hanya bisa menatap kesal pada kakak sepupunya. Namun, perempuan itu hanya mendengus. “Aku hanya berpikir realistis, Arsen. Dia itu tidak pantas.”Arsen tak lagi mendengar ucapan Aurel, ia berlari keluar rumah untuk menghampiri Ayara, tetapi taksi yang membawa Ayara sudah melaju pergi. Ia berdiri di tepi jalan dengan napas terengah-engah, matanya menatap kosong ke arah taksi yang perlahan menghilang dari pandangan. Ia mengepalkan tangan, hatinya dipenuhi rasa bersalah dan kecewa pada dirinya sendiri.Dengan langkah berat, ia kembali masuk ke dalam rumah. Aurel masih duduk di ruang keluarga dengan ekspresi tak berdosa, seolah tak menyadari betapa dalam luka yang baru saja ia sebabkan."Aurel," panggil Arsen dengan nada dingin. "Kamu keterlaluan."Aurel mendongak, tampak tidak terpengaruh. “Aku hanya berkata jujur, Arsen. Lagian kenapa harus janda, sih?.”Arsen menatapnya tajam. “Harusnya kamu ta

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 50. Aurel

    Kabar pertunangan mereka tersebar dengan mudah dan cepat. Sejak itulah kehidupan Ayara di kantor semakin berbeda. Yang awalnya mereka tahu Ayara adalah calon penerus perusahaan, kini ditambah lagi jika sosok perempuan itu adalah tunangan dari Arsen.Semua karyawan pasti tahu siapa Arsen, sosok bijaksana dan penuh kharisma meskipun di usianya yang masih tergolong muda. Bayangkan saja, perempuan mana yang tidak menginginkan sosok Arsen. Namun, satu-satunya perempuan yang beruntung itu adalah Ayara.Bisik-bisik kecil terdengar di lorong-lorong kantor setiap kali ia lewat, tetapi Ayara hanya tersenyum dan mencoba bersikap biasa saja. Tujuan Ayara kini adalah pantry, ia ingin mengembalikan gelas yang ia gunakan. “Selamat ya, Bu Ayara,” ujar salah satu rekan kerja di ruang pantry. “Nggak nyangka ternyata selama ini calon bos kita ada di sekitar kita.”Ayara terkekeh pelan, “Aku masih tetap Ayara yang dulu, kok. Nggak ada yang berubah.”“Selamat juga ya, Bu Ayara atas pertunangannya,” lanju

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 49. Engagement Day

    “Mas, kamu yakin dengan keputusan ini?” Ayara menatap Arsen dengan keraguan. Bukannya apa, ia takut jika pria ini akan menyesali keputusannya itu suatu saat nanti. “Ay, jangan dibahas lagi, ya. Kan, Mas sendiri yang mau ngelamar kamu, berarti Mas sudah siap dengan segala pertimbangan dan resiko apapun kedepannya.” Jawaban Arsen sedikit membuat Ayara lega. “Sekarang Mas tanya sama kamu, kamu sendiri bagaimana?” “Em … a-aku sebenarnya…” “Sebenarnya apa, Ay?” tanya Arsen tak sabaran. “Kamu mau nolak, ya?” Seketika Ayara menggeleng cepat. “Aku mau. Sebenarnya aku sudah jatuh cinta sama kamu, Mas.” Wajah Ayara tertunduk, tak sanggup dengan pengakuan cintanya. Sementara Arsen masih mengerjap matanya, mencoba mencerna ucapan Ayara. “Ini benar, kan, Ay? Mas gak lagi mimpi kan?” Ayara tertawa kecil melihat tingkah pria di sampingnya. Kini keduanya masih di dalam mobil, tidak berniat turun karena Arsen masih sibuk tersenyum lebar dan mengucap syukur karena penantian panjang dan cintanya t

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status