Share

Bab 7. Mambantu Ibu²

Author: sisakata
last update Last Updated: 2024-08-12 16:33:13

“Sa-saya ma—”

“Maaf, Pak Arsen. Tapi Mbak ini buat keributan di sini. Dia sibuk minta pekerjaan, padahal sudah saya jelaskan baik-baik kalau di sini tidak ada lowongan. Tapi, Mbak ini maksa saya terus.” Rentetan penjelasan diutarakan oleh pelayan itu. Ia tidak mau salah di mata bos-nya hanya karena Ayara.

Pria yang dipanggil Arsen itu mengangguk paham atas penjelasannya. Lantas ia mengalihkan atensi pada sosok perempuan berkerudung coklat susu yang sedang menggendong seorang anak laki-laki. Arsen menatap datar Ayara yang diam tak berkutik begitu pelayan tersebut menyela ucapannya.

“Benar begitu?”

Ayara mengangguk semangat. Berharap pria di depannya akan memberinya pekerjaan. “Bisa saya bekerja di sini, Pak?”

Arsen tidak habis pikir dengan perempuan berhijab itu. Datang malam-malam dengan menggendong anak. Pertanyaan dalam diri Arsen, apakah dia tega membawa seorang anak di malam hari? Seketika Arsen menggeleng kecil. “Sepertinya yang dikatakan pegawai saya sudah cukup jelas.” Arsen menjawab seadanya. Secara tidak langsung Arsen mendukung balasan penolakan yang pelayan berikan.

“Tapi, Pak, saya butuh sekali. Bantu say—”

“Apa kamu mengerti bahasa manusia?” Arsen menatap datar, terkesan kesal padanya karena cukup susah untuk dibilang. “Mita, bawa dia keluar.”

“Baik, Pak.” Pelayan Mita mengangguk cepat, ia memegang tangan Ayara dan sedikit menyeretnya.

Namun, sebisa mungkin Ayara menahan tubuhnya dan menghampiri Arsen kembali. Ia masih memohon pada pria itu.

“Tolong, Pak. Kalau tidak izinkan saya numpang di depan teras juga gak papa, boleh? Kasihan anak saya kedinginan kalau saya harus pergi lagi, Pak.” Ayara mencoba kembali merayu pria itu, agar memberinya tumpangan di depan restoran.

“Panggilkan satpam saja, Mita. Dia terlalu keras kepala,” perintah Arsen pada Mita. Setelahnya Arsen pergi dari sana, terlihat pria itu memasuki lift.

Ayara menatap nanar kepergian Arsen. Penolakan kembali Ayara terima. Kini, Ayara sudah dibawa keluar oleh Mita. Ayara tak lagi berbicara, apalagi sampai mendesak Mita seperti tadi. Ayara sadar diri, ternyata dirinya setidak beruntung ini dalam kehidupan.

Dengan Aciel yang sudah terlelap, Ayara kembali berjalan menyusuri jalanan malam. Beruntungnya hujan tak lagi turun, memudahkan Ayara mencari tempat untuknya berteduh.

Setelah lumayan lama berjalan, sampai di taman kota. Ayara tak sengaja melihat sebuah gazebo yang terletak tak jauh dari taman kota. Ayara berjalan cepat menuju pondok itu. Begitu tiba, Ayara langsung menidurkan Aciel dengan baik. Biarkan anak itu tidur dengan posisi nyaman.

Namun, berbeda halnya dengan Ayara. Perempuan dengan baju gamis instan, ia memilih untuk tidur dalam posisi duduk. Ia takut akan terjadi sesuatu yang buruk jika ia tidur sejara terlentang. Mengingat ini adalah luar ruangan, lebih baik ia menghindar sebelum terjadi kan?

“Selamat tidur anak Bunda.” Ayara memejamkan matanya, dengan tangan terus memegang jemari putranya.

Pagi-pagi sekali Ayara bangun. Akan tetapi, ia tidak bisa ke mana-mana. Perut yang lapar pun, ia tidak punya solusi. Uang sepeser pun tak ada. Ayara memohon agar saat putranya bangun, anak itu tidak langsung meminta makan.

Ayara menelusuri sekitar, udara segar terasa sangat nyaman. Di sekeliling taman Ayara melihat beberapa orang yang sedang berlari pagi dan berjalan santai. Namun, atensi Ayara teralihkan pada sebuah suara. Suara itu terdengar seperti orang tertabrak.

“Aduh, gimana, ya?” Ayara kebingungan harus pergi memeriksa orang itu atau tetap diam menunggu Aciel bangun.

Setelah memupuk keyakinan, Ayara beranjak dari pondok itu dan bergegas menuju sumber suara. Ayara berlari kecil melintasi jalan, tak jauh dari sisi bundaran jalan taman, terlihat seorang perempuan yang umurnya tak begitu muda terjatuh di atas aspal. Buru-buru Ayara mendekatinya, lantas membantu perempuan tersebut.

“Ibu, ibu, tidak apa-apa?” Ayara membantu ibu itu untuk bangun.

“Tolong, Nak. Ibu diserempet motor, tapi dia langsung pergi.” Ibu itu mengadu pada Ayara. “Bantu ibu, Nak. Kaki Ibu berdarah,” lanjutnya menunjuk ke arah kakinya.

Benar saja cairan merah terlihat jelas di sana. Ayara seketika bergetar saat melihat darah yang mengucur dari jari kaki ibu tersebut. Akan tetapi, Ayara mencoba melawan ketakutannya. Ia merasa harus membantu ibu itu, tanpa harus membuatnya tersinggung.

“Iy-iya, Bu. Ada darah,” katanya dengan suara bergetar. “Sa-saya bantu, ya.” Ibu itu mengangguk saat Ayara menawarkan bantuan.

Ayara mulai memapah wanita itu. Dengan perlahan Ayara melangkah melewati jalan raya yang masih sedikit sepi. Dengan penuh kehati-hatian Ayara membopongnya, sampai keduanya tiba di pondok tadi.

“Ibu duduk di sini dulu, ya.” Ayara membantu ibu itu duduk di sana. Kemudian Ayara beralih pada Aciel yang ternyata sudah bangun. “Sayang udah bangun, Nak?”

Anak itu mengangguk lucu. Matanya terpaku pada seorang perempuan yang datang dengan bundanya. “Ini tiapa, Nda?”

Ayara menoleh pada sosok yang dimaksud anaknya. Ayara tersenyum tipis, lalu menggendong Aciel ke hadapan ibu tersebut. “Ini orang yang Bunda tolong, tadi ibu ini baru ditabrak orang.”

Aciel mengangguk kecil, tak lama ia tersenyum pada ibu tersebut. “Namanya tiapa?” tanya El dengan ramah.

Ayara sendiri belum sempat menanyakan nama kepada wanita itu. Akan tetapi, anaknya langsung menanyakan namanya.

“Maaf, Bu. Anak saya suka bertanya-tanya.” Ayara tersenyum kikuk pada ibu tersebut.

“Tidak apa, Nak,” katanya pada Ayara. Lalu, ia beralih pada Aciel. “Hai, anak ganteng, panggil nenek Ratih aja ya.” Ratih membalas ramah pertanyaan Aciel.

Anak itu mengangguk semangat. Hal itu membuat Ayara terkekeh geli melihat anaknya. Beginilah putranya jika berkenan dengan orang, tetapi jika dengan neneknya sendiri El akan merengut.

“Nama kamu siapa, Nak?” Ratih ikut menanyakan nama Aciel.

“Ibu bisa panggil El saja.” Ayara menyebutkan nama anaknya.

“Kalau kamu?” tanya Ratih kembali.

“Panggil Ayara saja, Bu.” Ayara menjawab dengan senyuman. “Eh, Bunda hampir lupa. Kamu duduk di sini dulu, ya. Bunda mau bantu lap darah di kaki Nenek Ratih.” Ayara meletakkan Aciel di sebelahnya, kemudian Ayara kembali fokus pada Ratih.

Ratih tersenyum mendengar Ayara yang terlihat rela membantunya. Apalagi ketika Ayara merobek ujung hijabnya sebagai kain penahan darah terakhir agar lukanya tidak terbuka.

“Kau sangat baik, Ayara.” Tiba-tiba Ratih bersuara usai Ayara menyelesaikan aktivitasnya.

Ayara tersenyum tipis. “Aku hanya membantu ini, Bu. Ini hal kecil,” balas Ayara lagi, ia merasa tidak pantas dipuji. Lagi pula ini hanya bantuan biasa.

“Kau takut darah ‘kan?” terka Ratih membuat Ayara tertegun.

“I-Ibu, tau?” Padahal Ayara sudah berusaha menutupi rasa ketakutannya, tetapi Ratih masih bisa menebaknya.

“Jelas tau, Ay. Tadi kamu sempat bergetar saat lihat kaki saya yang berdarah. Tapi, kamu hebat, mau melawan demi membantu orang.” Ratih memandang Ayara dengan takjub. “Terima kasih, ya, Nak. Kalau nggak ada kamu, Ibu gak tau harus gimana tadi. Soalnya sakit banget pas diserempet,” kekehnya setelah berbicara.

“Iya, Bu, sama-sama. Senang sudah membantu. Ibu bisa jalan sendiri? Atau mau aku bantu lagi?” tawar Ayara sebelum dirinya beranjak dari sana.

“Memangnya tidak merepotkan?” Ayara menggeleng kecil. “Ya sudah, Ibu minta tolong lagi, ya, Nak Aya.”

Ayara mengangguk cepat. Ayara bersedia membantu, sebelum sebentar lagi ia berencana akan ke toko emas untuk menjual satu-satunya kalung yang ia punya. Apalagi alasannya selain untuk makan. Ia yakin setelah ini, El akan merengek ingin sarapan.

Kini mereka dalam perjalanan menuju rumah Ratih. Memang tak terlalu jauh dari taman. Ayara melihat rumah-rumah sekitar sini sangat cantik dan mewah. Ayara bisa menebak jika ibu ini orang kaya. Tak sadar mereka mulai memasuki gerbang rumah Ratih.

“Memangnya kamu habis dari mana, Nak?” Ratih belum mengetahui Ayara dari mana, sehingga bisa bertemu dan membantunya. “Kau tinggal daerah sini juga?”

Ayara terdiam, ia bingung harus menjawab apa. Tidak mungkin ia mengatakan kisah hidupnya pada orang lain kan?

Di tengah kebingungan Ayara, sebuah suara mengalihkan perhatian kedua perempuan berbeda umur tersebut.

“Ma? Mama kenapa?”

Related chapters

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 8. Bertemu

    “Mama kenapa pincang gini?” Pria itu mengulangi pertanyaannya, menghampiri Ratih yang dipegang oleh Ayara.‘Laki-laki itu?’ Ayara terkejut melihat pria itu di depannya dan memanggil Ratih dengan sebutan Mama. Itu artinya Bu Ratih dan dia adalah ibu dan anak.Ratih tersenyum tipis pada putranya. “Nggak papa, kok. Tadi Mama gak sengaja keserempet motor,” jelasnya seketika membuat sang putra membelakak. “Gak usah melotot gitu, Ar.” Ratih terkekeh kecil melihat wajah putranya yang mengkhawatirkannya.“Gak melotot gimana. Mama sakit begini aku gak boleh khawatir.” Arsen memeriksa kaki mamanya yang dibalut dengan kain berwarna coklat. “Sekarang kita ke rumah sakit.”“Gak usah, tadi Nak Ayara sudah bantu Mama.” Ratih menoleh pada Ayara yang berdiri sedikit menjauh dari sebelumnya. “Aya, sini, Nak. Kenapa di situ. Ibu mau kenalin kamu ke anak Ibu karena kamu sudah bantu Ibu.” Ratih memanggil Ayara.Ayara yang paham situasi, tadinya beringsut mundur saat pria bernama Arsen itu mengambil alih t

    Last Updated : 2024-08-13
  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 9. Kalung Sabit

    “Kamu diterima kerja di restoran.” Kalimat itulah yang terus terngiang di benak Ayara. Sungguh kejadian sederhana itu, benar-benar mendatangkan berkah dan keuntungan untuknya. Siapa sangka hanya karena membantu seorang wanita yang ternyata pemilik restoran. Sehingga sekarang Ayara bisa berkerja di sana. Itulah siklus kehidupan. Di saat ada hati yang tulus dalam membantu, maka Tuhan juga akan mempersiapkan bantuan dan hal indah lain untuknya. Maka dari itu, jangan sekali-kali lelah dalam berbuat baik dan tetap menolong sesama sesuai kemampuan kita. Pagi-pagi sekali Ayara sudah bangun dan mempersiapkan Aciel. Rutinitas ini sudah Ayara lakukan sejak satu minggu lalu, saat ia mulai bekerja di restoran Arsen. Usai dengan semua kesibukan pagi, barulah Ayara mempersiapkan dirinya. “Bunda berangkat kerja, ya, Sayang.” Ayara mencium pipi Aciel sebelum berangkat. “Jangan rewel, ya. Patuh sama nenek,” lanjutnya dan dibalas anggukan oleh anak itu. “Ote, Nda,” sahutnya sambil tertawa.

    Last Updated : 2024-08-13
  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 10. Milik Siapa?

    Kalung ini milik siapa? “Apa mungkin punya pelayan di sini?” Damar menatap lama kalung di tangannya. Bulan sabit dengan bintang kecil di tengahnya, membuat kalung tersebut tampak menawan. Aneh nya Damar merasa tak asing dengan rantai emas ini. “Apa pelayan Pak Arsen ada yang punya kalung ini?” tanya Damar ingin tahu. Ia menyerahkan kalung itu pada Arsen. “Saya juga tidak tau pasti, Pak.” Arsen tak langsung membenarkan tebakan Pak Damar. Takutnya bukan punya pelayan, bisa saja punya pelanggan sebelum mereka menempati ruangan VIP tersebut. “Biar nanti saya tanyakan dulu pada karyawan saya, Pak.” Damar menggeleng tak setuju. “Tidak tidak biar saya saja. Saya ingin tahu siapa pemilik kalung ini.” Damar memutuskan untuk ikut, ia ingin mencari tahu secara langsung siapa pemilik kalung bulan sabit ini. Arsen tak lagi membantah. Ia membiarkan rekan kerjanya itu untuk ikut saat mencari pemilik kalung tersebut. “Baiklah, Pak. Silakan menikmati hidangannya.” Arsen mempersilakan ta

    Last Updated : 2024-08-14
  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 11. Biar Saya Samperin!

    “Bagaimana dengan kondisi anak saya, Dok?” Ayara mengikuti langkah dokter yang baru saja selesai memeriksa keadaan Aciel. “Cuma demam biasa aja kan, Dok?”Dokter tersebut menoleh pada Aciel yang terlelap di atas brankar. Kemudian perempuan berjas putih itu mengangguk pelan. “Iya, cuma demam biasa. Tapi, suhu tubuh Aciel sedikit lebih tinggi dari pada umumnya. Tapi tenang saja, tidak ada potensi untuk terkena step, kok.” Barulah Ayara bisa bernapas lega. Ayara mengusap kasar ujung matanya yang berair. Dalam hati berulang kali ia mengucapkan syukur, karena Tuhan kembali membantunya. Doanya terkabulkan, sehingga tidak ada hal yang serius pada putranya.“Terima kasih, Dokter.” Ayara menyalami tangan ibu dokter anak itu. “Iya, sama-sama. Lebih baiknya Nak Aciel dirawat barang sehari, supaya kondisinya cepat pulih.” Dokter menyarankan pada Ayara. Namun, saat melihat perubahan wajah Ayara membuat dokter itu bertanya heran. “Kenapa?”Ayara memutar ujung hijabnya. Bukannya ia tidak sayangkan

    Last Updated : 2024-08-14
  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 12. Apa Kamu?

    “Ayara?”Ayara lantas menoleh pada pintu yang dibuka oleh seseorang. Betapa terkejutnya perempuan itu saat melihat siapa gerangan yang baru datang. Ayara sontak bangun dari duduknya, lututnya seakan tak mampu menopang badannya ketika Arsen berjalan mendekati dirinya.Ayara memelintir ujung hijabnya. Ia mengerjakan mata berkali-kali. Jantungnya ikut berdebar kencang, akankah ketakutannya benar-benar terjadi? “Pak, Bapak benar mau pecat saya?” Ayara menatap Arsen penuh harap. Ayara menangkup tangannya di depan dada. “Saya mohon, Pak. Jangan pecat saya dulu. Saya lagi butuh uang untuk obat anak saya,” lanjutnya lirih.Arsen menukik alisnya dalam. “Kamu bicara apa dari tadi?”Ayara sontak menaikkan tatapannya pada wajah datar di depannya. Kini malah Ayara yang mengernyit heran. “Maksud Bapak?”“Kamu berpikir terlalu kejauhan.” Arsen meletakkan sebuah kantong plastik di sisi ranjang yang ditempati Aciel. “Ini obat untuk anakmu.”Sebentar, Ayara masih mencerna apa yang terjadi. Tiba-tiba s

    Last Updated : 2024-08-16
  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 13. Bertemu Janu

    “Hah?” Ayara menatap cengo pada pria di depannya. Ayara lantas mengerutkan keningnya, secara tidak langsung menyatakan jika dirinya tak paham bagaimana maksud laki-laki tua ini. “Maaf, Pak. Sepertinya Anda salah orang.”Darma menatap dalam manik Ayara. Akan tetapi, perempuan itu langsung memutuskan kontak mata. “Maaf, Pak Arsen, sepertinya rekan Bapak salah menduga orang. Ini benar kalung saya, saya ambil kembali, ya.” Arsen mengangguk kecil. “Kalau begitu saya ke belakang dulu, Pak. Saya ingin bekerja penuh hari ini, untuk menggantikan pekerjaan kemarin.”Ayara menarik diri dari sana. Tak lupa perempuan berhijab pashmina biru itu berpamitan dengan Darma. Kepergian Ayara, membuat Darma menatap perempuan muda itu dari kejauhan. Mungkin yang dikatakan olehnya benar, jika dirinya salah menduga orang. Mungkin hanya kebetulan saja sama kalung warisan istrinya. Namun, ada satu hal yang bisa ia jadikan patokan lainnya, yaitu cucunya memliki sebuah tanda abu-abu di lengan kirinya.Yasudahlah

    Last Updated : 2024-08-18
  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 14. El Dibawa

    “Sayang, nanti di sana jangan rewel-rewel ya. Bunda kan lagi kerja.” Ayara memberi perhatian pada anaknya.Kejadian kemarin yang sempat mengundang ketakutan Ayara. Alhasil, hari ini Ayara membawa Aciel ke tempat kerja. Tentu saja ini sudah atas perizinan dari Arsen selaku pemilik restoran. Ayara rasa dengan beginilah ia bisa selalu mengetahui kondisi anaknya. Bukannya tak percaya dengan bu Ningsih, hanya saja ia takut jika terjadi sesuatu nanti kepada Aciel, tetapi ia tidak mengetahui apa-apa.Sesampai di restoran, Ayara disambut hangat oleh rekan karyawan yang lain. Mereka menerima kehadiran Aciel yang begitu menggemaskan. Sebelum melakukan tugasnya, Ayara terlebih dahulu pergi ke area bermain anak yang tersedia di restoran tersebut. Di sana memang sudah ada yang jaga. Oleh karena itu, Ayara bisa tenang meninggalkan Aciel di sana.Pelanggan di jam sebelas siang belum terlalu ramai. Ayara masih bisa sedikit santai sambil sesekali memeriksa anaknya yang bermain. Namun, hampir dua jam b

    Last Updated : 2024-08-18
  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 15. Bicara Berdua

    “Arghh … kepalaku.” Ayara memegang kepalanya. Ia menggeleng kepala mengusir rasa denyutan yang tiba-tiba menyerangnya ketika mendengar panggilan itu.“Kamu kenapa, Ayara?” Arsen mengernyit heran karena Ayara tiba-tiba mengeluh sakit. Ayara mendongak, lalu menggeleng pada Arsen yang menatapnya. “Tidak apa, Pak. Kalau begitu saya permisi masuk untuk kerja lagi, Pak.” Sebelum pergi Ayara sempat menatap atasannya dan dua pria yang pernah ia temui tempo hari. Tatapannya beradu dengan tatapan sayu pria tua itu. Namun, Ayara langsung memutuskan kontak mata.Arsen dan dua rekan kerjanya yang baru saja tiba itu, menatap kepergian Ayara. Arsen sendiri merasa sedikit lebih lega karena Janu sudah pergi. Ia sudah mengancam pria itu, jika sampai berani mengganggu Ayara lagi, maka akan dilaporkan polisi.“Laki-laki tadi siapanya pelayan itu, Pak Arsen?” Pak Darma beralih bertanya tentang sosok Janu.“Saya tidak tau pasti juga, Pak. Kelihatannya itu suaminya.” Arsen juga tak tahu banyak, karena Ayar

    Last Updated : 2024-08-19

Latest chapter

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    58. Kunjungan Panti

    Angin berembus lembut melewati jendela besar yang terbuka, membawa aroma hujan semalam yang masih tersisa di udara. Arsen duduk di sofa ruang tamu, menyesap kopi yang sudah mulai dingin. Di depannya, Ayara sibuk mengelus kepala El yang tertidur di pangkuannya.Hari itu, suasana di rumah terasa tenang. Selain karena berlibur dari kegiatan kantor, juga karena dapat bersantai dengan orang tersayang. Arsen sengaja datang ke rumah Ayara, karena mendapat kabar jika El terus rewel dari semalam. Padahal sekarang sudah jam sepuluh pagi, tetapi anak itu masih tertidur, mungkin karena suara geledek dan petir tadi malam membuat tidur El tak nyenyak seperti biasanya.“Apa kita bawa aja ke dokter, Ay?” Arsen menatap cemas El, bahkan kedatangannya hanya disambut dengan pelukan saja oleh anak itu, setelahnya El kembali tertidur.“Nggak usah, Mas. Ini dia cuma kurang tidur aja, palingan bentar lagi juga bangun.” Arsen tak lagi membalas, ia cukup menunggu dan menemani anak itu sampai bangun. Hari ini

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 57. Tak Berjumpa

    Hari di mana Ayara mendatangi rumah Arsen untuk makan malam, itu menjadi hari terakhir keduanya berjumpa karena esok harinya Arsen langsung melakukan penerbangan.Sejak Arsen pergi untuk urusan pekerjaan ke luar kota, Ayara menjalani hari-harinya seperti biasa. Ia bekerja, lalu mengurus El, dan menikmati waktu luangnya dengan menemani sang anak bermain.Namun, ada satu hal yang berbeda—keheningan yang muncul setiap kali ia menyadari bahwa tidak ada Arsen di sekitarnya. Mungkin itu terjadi karena Ayara terbiasa dengan adanya Arsen di sisinya.Satu minggu bukan waktu yang lama, tetapi cukup untuk membuatnya merasa ada yang kurang. Arsen juga tidak bosan-bosan menghubunginya, menanyakan kegiatannya, dan tentu saja, meminta foto—entah itu foto Ayara atau El."Ay, pap dong.""Mas lagi sibuk kerja di luar kota, bukannya fokus kerja malah minta pap terus." "Biar semangat kerja, dong. Sekali aja."Ayara hanya tertawa membaca pesan-pesan Arsen yang selalu mengganggunya di sela waktu kerja. Ka

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Ban 56. Kembali Berbaik

    Arsen duduk di dalam mobilnya, menatap lurus ke arah rumah besar yang berdiri megah di depannya. Jari-jarinya menggenggam kemudi erat, sementara dadanya terasa sesak oleh ketegangan yang semakin menumpuk. Kakek adalah sosok yang bijaksana, tetapi Arsen tahu bahwa pria tua itu juga tidak mudah memaafkan. Apalagi jika menyangkut Ayara—cucu kesayangannya. Arsen sadar bahwa kesalahannya bukan hanya melukai hati Ayara, tetapi juga mengecewakan orang yang telah mempercayainya.Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya yang terasa lebih cepat dari biasanya. Sejujurnya, ada rasa takut yang menyelinap di dadanya. Bagaimana jika Kakek benar-benar marah? Bagaimana jika ia tidak bisa memperbaiki semuanya?Namun, di sisi lain, Arsen tahu bahwa ia tidak bisa terus-menerus menghindar. Jika ia ingin mempertahankan hubungannya dengan Ayara, maka ia harus bertanggung jawab."Aku harus menghadapinya," gumamnya pada diri sendiri.Dengan tekad yang sudah bulat, Arsen keluar dari mobil

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 55. Lepas Cincin

    Hari jampi petang dan Arsen baru saja pulang dari kantor dengan langkah lelah. Hatinya masih dipenuhi dengan perasaan tak menentu, dan pikirannya terus-menerus memikirkan Ayara.Bagaimana mungkin ia bisa melupakan perempuan itu dengan mudahnya. Ia benar-benar tulus dengan cintanya kepada Ayara. Namun, ini semua terjadi dengan sangat tiba-tiba.Saat ia tiba di rumah, ia tidak mendapati keberadaan ibunya, mungkin wanita itu di dapur pikirnya. Arsen melangkah masuk, berpapasan dengan Bagas yang datang dengan secangkir kopi di tangannya. Tidak ada Aurel yang membuatkan. Lantas ke man perempuan itu?"Aurel ke mana?" tanya Arsen akhirnya, suaranya terdengar datar.Bagas menyeruput kopinya sebentar sebelum menjawab, "Lagi jumpa Ayara."Seketika, Arsen menegang. Alisnya berkerut dalam keterkejutan yang tak bisa ia sembunyikan."Apa?" Arsen menatap Bagas tak percaya. “Ngapain dia?”Bagaimana bisa? Aurel yang dengan terang-terangan menentang hubungannya dengan Ayara, yang bahkan menyebabkan per

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 54. Tamu Malam

    “Siapa yang datang?”Ayara tersentak pelan ketika suara kakek menembus telinganya. Ia menoleh sedikit, tanpa memindahkan badannya dari sela pintu.Kakek berhenti di belakang pintu yang sengaja dibuka sedikit. Pria tua itu memutuskan menyusul Ayara karena perempuan muda itu tak kunjung kembali. Hening sejenak mengisi suasana, Kakek tergerak menarik pintu besar itu. Di ambang pintu, berdiri seorang wanita yang tidaklah asing baginya, selain dia salah satu karyawan di kantor, juga perempuan itu adalah orang yang pernah mencelakai Ayara.“Ada keperluan apa kamu datang ke sini?” Kakek membuat Laras tak berani menengadah tatapannya.Ayara mengusap lengan atas kakeknya, seolah mengatakan biar dirinya saja yang bicara dengan Laras. “Kakek tunggu di dalam aja, aku bicaranya gak lama, kok,” pinta Ayara dengan suara pelan. Kakek menyetujui, lalu pergi.Kalau ni atensi Ayara kembali pada Laras seorang. Tadi ia baru bertanya dengan siapa perempuan itu kemari, tiba-tiba kakek menyusul.Awalnya Ay

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 53. Kesedihan Ayara

    “Kenapa teleponnya terputus ya?” Arsen mengotak-atik layar ponsel. Ia memilih memasukkan benda pipih itu ke dalam saku jas. “Siapa yang datang?”Suasana di sekitar Arsen berubah drastis begitu ia menerima telepon dari mamanya. Ada desahan ringan yang keluar dari mulutnya, matanya yang tadinya fokus pada pekerjaan di mejanya kini terlihat gelisah.Ia segera merapikan barang-barangnya, laptop dimatikan, dokumen-dokumen disusun rapi, dan jaketnya diambil dari gantungan. Langkahnya cepat, hampir terburu-buru, seolah ada sesuatu yang mendesak atau penting (?) di rumah. Wajahnya yang biasanya tenang kini terlihat sedikit tegang, alisnya berkerut, dan bibirnya terkatup rapat. Pikirannya melayang, bertanya-tanya siapa yang menunggunya di rumah. Mungkinkah Ayara? Akankah Ayara berubah pikiran dan kembali padanya?Sesampainya di rumah, Arsen membuka pintu dengan hati berdebar. Matanya langsung mencari sosok yang ia harapkan. Namun, yang ia temukan justru membuatnya terkejut. Bukan Ayara, melai

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 52. Siapa??

    “Laras, kamu di dalam?” Panggilan Nirmala tak kunjung mendapat jawaban. Perempuan paruh baya itu kembali memanggil sang menantu. “Laras, kalau dipanggil itu ya disahut, dong. Jangan diam aja!”Nirmala mengetuk pintu kamar putranya dengan kesal. Pasalnya ini bukan kali pertama ia memanggil menantunya itu, hampir tiga kali bolak-balik, padahal ia sedang masak di dapur.“Bikin repot aja. Sebenarnya kalau bukan Janu yang minta untuk ngurusin, males banget.” Nirmala mengomel sendiri karena Janu memintanya agar memperhatikan istrinya itu. “Heh, punya mantu gak berguna sedikit pun!”Suara Nirmala yang cukup keras jelas saja terdengar oleh seseorang di dalam kamar. Memang Laras ada di kamar, tetapi perempuan itu memilih untuk tidak merespon ibu mertuanya. Lagi pula ia jenuh harus selalu mendengar repetan Nirmala.“Laras, keluar kamu bantu cuci piring!” Lagi-lagi Nirmala berteriak dengan pintu diketuk kasar. Kali ini ia memilih cara lain agar menantunya keluar.Dengan berat Laras menyibakkan s

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 51. Akhir

    “Kamu nggak berhak bicara seperti itu.”Arsen yang melihat Ayara pergi dengan wajah terluka hanya bisa menatap kesal pada kakak sepupunya. Namun, perempuan itu hanya mendengus. “Aku hanya berpikir realistis, Arsen. Dia itu tidak pantas.”Arsen tak lagi mendengar ucapan Aurel, ia berlari keluar rumah untuk menghampiri Ayara, tetapi taksi yang membawa Ayara sudah melaju pergi. Ia berdiri di tepi jalan dengan napas terengah-engah, matanya menatap kosong ke arah taksi yang perlahan menghilang dari pandangan. Ia mengepalkan tangan, hatinya dipenuhi rasa bersalah dan kecewa pada dirinya sendiri.Dengan langkah berat, ia kembali masuk ke dalam rumah. Aurel masih duduk di ruang keluarga dengan ekspresi tak berdosa, seolah tak menyadari betapa dalam luka yang baru saja ia sebabkan."Aurel," panggil Arsen dengan nada dingin. "Kamu keterlaluan."Aurel mendongak, tampak tidak terpengaruh. “Aku hanya berkata jujur, Arsen. Lagian kenapa harus janda, sih?.”Arsen menatapnya tajam. “Harusnya kamu ta

  • Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris    Bab 50. Aurel

    Kabar pertunangan mereka tersebar dengan mudah dan cepat. Sejak itulah kehidupan Ayara di kantor semakin berbeda. Yang awalnya mereka tahu Ayara adalah calon penerus perusahaan, kini ditambah lagi jika sosok perempuan itu adalah tunangan dari Arsen.Semua karyawan pasti tahu siapa Arsen, sosok bijaksana dan penuh kharisma meskipun di usianya yang masih tergolong muda. Bayangkan saja, perempuan mana yang tidak menginginkan sosok Arsen. Namun, satu-satunya perempuan yang beruntung itu adalah Ayara.Bisik-bisik kecil terdengar di lorong-lorong kantor setiap kali ia lewat, tetapi Ayara hanya tersenyum dan mencoba bersikap biasa saja. Tujuan Ayara kini adalah pantry, ia ingin mengembalikan gelas yang ia gunakan. “Selamat ya, Bu Ayara,” ujar salah satu rekan kerja di ruang pantry. “Nggak nyangka ternyata selama ini calon bos kita ada di sekitar kita.”Ayara terkekeh pelan, “Aku masih tetap Ayara yang dulu, kok. Nggak ada yang berubah.”“Selamat juga ya, Bu Ayara atas pertunangannya,” lanju

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status