Share

5. Perseteruan

“Nikah?” Ayara masuk ke kamar dengan tatapan bingung. Ia tak sengaja mendengar ucapan akhir ibu mertuanya. “Nikahin siapa maksudnya, Bu?”

Janu dan Nirmala saling beradu pandang. Keduanya bagaikan baru saja tertangkap basah karena melakukan kesalahan. Namun, sebisa mungkin Janu merilekskan raut wajahnya, agar Ayara tidak memasang kecurigaan padanya.

Janu bangkit dari kasur, menghampiri Ayara yang mematung di ambang pintu. Ia merangkul perempuan berhijab itu, lalu dibawanya ke sofa yang terletak tak jauh dari ranjang.

Melihat perlakuan lembut suaminya, yang hampir tak ia rasakan lagi, tentu saja membuat Ayara heran. Kenapa tiba-tiba berubah selembut ini? Ayara menoleh ke arah mertuanya juga, yang tidak membuka suara. Biasanya wanita berjambul tinggi itu akan selalu mencibir jika ada Ayara di depannya. Namun, sekarang tidak.

“Ada apa, sih, Mas?” Ayara menggeleng kebingungan dengan situasi. Bukankah biasanya jika tiba-tiba berubah seperti ini, ada sesuatu yang diinginkan ‘kan?

“Mas mau ….” Janu berdeham kecil, entah mengapa di saat seperti ini suaranya mendadak kaku. “Mas, mau minta restu kamu, Ayara.”

Ayara mengerutkan keningnya dalam. “Restu?” beo Ayara semakin heran. “Restu buat apa, Mas?”

Janu melirik ke arah ibu yang mengangguk pelan. Melihat dukungan dari Nirmala, membuat keberanian pria itu bertambah sedikit.

“Mas mau izin untuk nikah lagi.”

Ayara tersentak mendengar perkataan suaminya. Jantung seakan berhenti berdetak. Setelah sekian lama tak bersikap lembut, tetapi sekali lembut malah karena ingin meminta izin poligami. Ayara terus menyangkal apa yang didengarnya. “Mas, kamu lagi bercanda ‘kan?”

Janu mengangguk mantap, jika yang dikatakannya barusan bukanlah candaan semata. Pria itu benar-benar ingin menikah lagi.

Ayara sontak tertawa melihat respons suaminya. Percaya diri sekali pria ini mengatakan ingin menikah lagi. Padahal dengan satu istri saja masih kelimpungan, lantas bagaimana dengan dua orang istri?

“Siapa perempuan itu, Mas?” Ayara menoleh kembali pada Janu. “Selama ini kamu selingkuh di belakang aku ‘kan? Jawab jujur, Mas!”

“Dengarkan Mas dulu,” kata Janu berusaha menjelaskan pada Ayara.

Sementara Ayara menolak mendengar omong kosong suaminya. Ia langsung teringat tak pada kejadian siang tadi. Di mana Janu dan Laras jalan berduaan. “Kamu mau nikah lagi dengan si Laras Laras itu, hah?!”

“Iya, izinkan Mas, ya, Ay.”

“Gak! Gila kamu Mas. Aku gak mau dimadu!” Ayara menolak tegas. Di sini ia sebagai seorang istri, jelas saja ia menolaknya. Lagi pula ia rasa tidak ada istri yang rela berbagi suami dengan perempuan lain.

Teman kantor, alibi sampah. Bahkan, suaminya dengan tega membohonginya dengan mengatakan perempuan itu hanya sebatas teman kerja. Lihat sekarang, dengan beraninya Janu meminta izin menikahi kekasih gelapnya.

Melihat penolakan Ayara, membuat Janu naik darah. Ia mencengkeram lengan Ayara agar istrinya itu menatapnya barang sejenak.

“Kamu ini keras kepala banget, sih! Padahal tinggal iyain aja, susah banget!” Janu menyentak kasar tangan Ayara.

“Kamu mikir dong, Mas. Satu istri aja kamu gak mampu nafkahi aku secara layak. Gimana kalau ada dua?” Ayara tiba-tiba menunjuk ke arah Nirmala. “Terus Ibu kamu mau kamu ke manain? Kamu mampu meratukan 3 wanita sekaligus, hah? Jawab!”

“Terus mau kamu gimana!” Janu ikut tersulut emosi.

Kini suasana dalam kamar semakin menegang ditambah suara tangis nyaring Ayara yang mengudara. Buru-buru ia menghapus air matanya, ia tidak mau terlihat cengeng di depan mertuanya.

“Aku tetap gak akan beri kamu izin poligami!” Ayara tetap pada pendiriannya. Tidak ada kata madu, jika pun memaksa biarkan dirinya yang mundur.

Janu mengangguk mantap. “Harusnya kamu sadar, udah miskin, pengangguran, gak bisa urus diri dan nyenengin suami! Oke, kalau kamu masih keras kepala. Mulai malam ini aku talak kau Ayara Darmawangsa!”

Bagaikan disambar petir di tengah malam. Dada Ayara seperti tercubit mendengar suara Janu yang begitu lantang mengucapkan kata talak atas dirinya. Hanya demi perempuan yang bernama Laras itu, suaminya rela melepaskan hubungan pernikahan yang sudah tiga tahun berjalan.

“Mas, ka-kamu serius?” Ayara masih mencari kepastian.

Janu hanya diam, itu artinya pria itu serius dengan ucapannya. “Pergi.”

Melihat Ayara tanpa pergerakan, membuat Janu melangkah cepat menuju lemari. Janu memasukkan asal baju-baju perempuan itu ke dalam tas. Ayara ingin menahan, tetapi tubuhnya malah terhempas karenanya.

“Mas, kamu ngapain? Cepat tarik ucapanmu!” Ayara berteriak frustrasi.

Janu melangkah maju, membuat Ayara beringsut mundur. Pria itu melempar tas yang ada di tangannya pada Ayara. “Mulai malam ini pergi dari rumahku. Jangan pernah kembali, aku gak mau lagi punya istri keras kepala kayak kamu!”

“Mas —” Ayara hendak menahan tangan Janu. Namun, langsung ditepis pria itu.

“Pergi!” Janu mendorong Ayara sampai perempuan itu tersungkur di depan pintu.

Tak lama kemudian, sebuah suara mengalihkan semua perhatian orang dewasa yang ada di kamar. Di sana terlihat Aciel datang dengan Lili. Anak laki-laki itu menatap bingung ke sekelilingnya. Pandangannya tertuju pada ibunya yang menangis di atas lantai.

“Nda … Nda?” El menghampiri Ayara dan langsung memeluk leher bundanya.

Mendapat pelukan kecil itu, membuat hati Ayara semakin sakit. Bagaimana dengan nasib anaknya nanti tanpa kehadiran seorang ayah. Ayara beralih menatap sang mertua.

“Bu, bilang sama Mas Janu, kalau pilihan Mas Janu menceraikan aku, itu salah,” pinta Ayara penuh harap.

Nirmala yang tadinya berdiri di dekat ranjang, melangkah kecil menghampiri Ayara. “Sudah benar, kok. Janu gak salah pilih keputusan. Janu memilih menceraikan istri gak berguna dan kucel kayak kamu. Sekarang anakku menemui calon istri yang jauh lebih cantik, bersih, wangi, yang paling penting kaya. Kamu lihat kemarin penampilannya jauh sekali dengan kamu yang kayak gembel!” cecar Nirmala tanpa memikirkan perasaan Ayara.

Ayara menyeka kasar air matanya. Apa yang Nirmala katakan benar adanya. Perempuan itu perlahan bangun, dengan El di gendongannya. Tak lupa ia mengambil tasnya. Tampaknya sudah waktunya bagi Ayara angkat kaki. Terlalu banyak penghinaan yang ia terima.

Namun, jika itu sebuah poligami sampai kapan pun ayaraitakbakan rela.

Ayara bersiap melangkah pergi dari kamar, sontak senyum jahat terpatri di bibir Nirmala. Akhirnya, menantu tak berguna itu berhasil minggat dari rumahnya. Sementara Janu hanya menatap datar punggung Ayara.

Ayara berbalik, ia menoleh pada Janu. “Aku gak menuntut harta apa pun, karena memang aku hanya seorang anak panti. Aku pamit, surat cerai akan segera aku urus. Terima kasih atas tiga tahunnya, Mas. Aku nggak akan akan pernah lupa dengan malam ini, ingat, Mas!”

“Dasar perempuan tidak tahu diri, sudah bagus aku memperistrimu. Lihat saja, kamu pasti akan menjadi gembel karena memilih bercerai dibandingkan dimadu.”

Ayara pergi tanpa menghiraukan umpatan Janu. 'Kita lihat aja siapa yang akan menjadi gembel, Mas! Aku akan bertahan untuk anakku!' batin Ayara

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status