Share

6. Gemetar ketakutan

Jantung Cantika berdetak dengan kencang, bulir bening pun meluncur dengan deras dari kedua sudut matanya.

Tangan mungil memukuli pintu dengan kuat dan mulut terus berteriak meminta pertolongan, berharap di luar sana ada seseorang yang lewat dan membukakan pintu untuknya.

“Jangan takut seperti itu, Cantik. Aku hanya akan mengajakmu bersenang-senang saja.” Jack menuangkan anggur ke gelas hingga penuh , lalu diberikan kepada Cantika.

Tubuh Cantika gemetar, kepalanya terus menggeleng dengan cepat. “Saya tidak mau!”

Jack menatap tajam kepada gadis tersebut, tak terima dengan penolakan. “Aku hanya memberikanmu segelas anggur, bukan racun. Jadi minum!”

Lelaki itu mencengkram rahang gadis tersebut dengan kuat, lalu memasukan paksa segelas anggur ke dalam mulut Cantika.

“Minum!” teriak Jack dengan nada memaksa, tak suka penolakan yang dilakukan gadis itu sedari tadi.

Cantika memilih memuntahkan anggur itu dari mulutnya, sehingga sekarang pakaian yang ia kenakan menjadi basah.

“Kau masih saja menolak perintahku!” geram Jack dengan wajah memerah.

Lelaki itu segera menarik tangan sang gadis, lalu mendorongnya ke sofa panjang yang mereka duduki tadi.

“Tuan, sepertinya Anda mabuk! Sebaiknya izinkan saya pergi dari sini sekarang,” mohon Cantika, wajahnya dibuat sememelas mungkin.

“Sudah aku katakan berapa kali kalau aku tidak mabuk, masih saja kau tidak percaya.” Jack segera meminum segelas anggur yang baru saja ia tuangkan, lalu melumat bibir Cantika untuk memasukkan semua minuman itu.

Wajah Cantika memerah, ia tak kuasa menolak anggur yang dimasukkan oleh Jack ke dalam mulutnya.

Rasa panas mulai gadis itu rasakan, ia menjadi terus gelisah ingin melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuh. Namun, tak mungkin melakukan hal tersebut lantaran sekarang sedang bersama dengan lelaki asing.

“Kenapa wajahmu memerah dan tingkahmu terlihat gelisah?” Jack bertanya dengan nafas memburu, tak kuasa menahan sesuatu di dalam diri yang bergejolak.

Cantika merasa ada sesuatu yang dimasukkan ke dalam anggur itu. Lantaran setiap sentuhan yang lelaki tersebut berikan terasa seperti sengatan listrik.

Gadis itu terus meronta, supaya lelaki asing tersebut tidak melakukan sesuatu kepadanya. Ia mulai beringsut turun dari sofa dengan tertatih-tatih.

“Bukannya kau sengaja memberikan anggur itu supaya dapat melakukannya denganku?” Senyum sinis terukir di bibir Jack.

Awalnya Jack hanya ingin bermain-main dengan gadis tersebut, tetapi saat terus-menerus meminum anggur membuatnya menjadi merasa gelisah.

Lelaki itu berpikir kalau hanya mabuk, sayangnya semakin lama tubuhnya menjadi panas dan darah menjadi mendesir. Rasa dahaga mulai dirasakan di tenggorokannya, mulai menginginkan menyesap manisnya gadis polos di depan mata.

“Sa-saya tidak melakukan itu, Tuan. Mana mungkin saya berani!” sanggah Cantika dengan suara bergetar.

Sementara itu, Jack tak dapat lagi menahan dirinya terlalu lama. Lantaran melihat wajah gadis di depannya ini sudah memerah. Tangan besar itu mulai menarik pakaian Cantika.

Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, Cantika mendorong Jack untuk menyingkir dari atas tubuhnya. Nihil, lelaki itu malah menarik pakaiannya sehingga robek.

“Saya mohon jangan lakukan ini, Tuan.” Cantika menutupi pakaian robek yang memperlihatkan tubuh putihnya.

Gadis itu terus mundur beberapa langkah, sampai tubuhnya mentok ke arah pintu.

Ia segera berbalik, menggedor pintu tersebut lagi. “Tolong, siapapun buka pintu ini! Aku mohon!”

“Tidak ada siapa pun yang mau membukakan pintu untukmu. Mungkin salah satu dari majikanmu sengaja melakukan itu.” Jack berjalan dengan perlahan mendekat Cantika.

“Tidak, mana mungkin mereka begitu.” Cantika menggigit bibirnya kuat, menahan perasaan sesak di dalam dada.

Menurut gadis itu, apa yang dikatakan Jack adalah benar. Namun, ia masih berharap kalau ini hanya ketidaksengajaan saja. Sehingga terus berharap ada seseorang yang membukakan pintu.

“Sudahlah, kau nikmati saja apa yang akan aku lakukan kepadamu!” Jack menarik tangan gadis itu dengan kuat, supaya mendekat kepadanya.

Tubuh Cantika menegang, perasaan yang dirasakannya sekarang adalah perasaan takut.

Saat Jack ingin mengecup bibir gadis itu lagi, pintu terbuka dengan lebar. Di sana terlihat Andika berekspresi datar. Bak seperti seseorang yang sedang melihat penyelamat, Cantika merasa sangat senang sekali.

Gadis itu menatap sang suami dengan mata berkaca-kaca. “Tuan, Anda akhirnya datang.” Cantika melepaskan tangan Jack dan berlari ke belakang Andika.

“Apa yang sedang kau lakukan sekarang, Jack?” tanya Andika dengan wajah datar.

“Apalagi yang aku lakukan kepada pelayanmu itu? Kalau bukan melakukan cinta satu malam yang menggairahkan!” Tawa Jack menggelegar memenuhi ruangan, ia merasa lucu dengan pertanyaan dari Andika.

Andika menoleh menatap Cantika yang berada di belakangnya, gadis itu malah menggelengkan kepalanya pelan dan semakin bersembunyi di belakang punggung besar dirinya.

Mata elang Andika menatap tajam Jack, tangannya bahkan mengepal dengan kuat. Gigi terus bergemerutuk menahan perasaan amarah di dalam dada.

“Kenapa wajahmu terlihat sangat marah seperti itu? Bukankah dia hanya pelayan rendah—,” perkataan Jack terpotong akibat bogem mentah mendarat di wajahnya.

Andika memukuli Jack dengan membabi-buta, tak memperdulikan kalau lelaki yang sekarang dirinya pukuli adalah rekan bisnisnya sendiri.

“Sialan kau!” Jack menyeka sudut bibirnya yang berdarah. “padahal mungkin istrimu sendiri yang memasukkan obat perangsang di dalam anggur itu, sehingga membuatku menjadi begini!”

Pengakuan dari Jack membuat darah Andika menjadi mendidih, sehingga menginginkan memukuli lelaki itu lagi.

“Hei, tenang, Kawan! Coba kau tanyakan kepada pelayan itu, siapa yang memberikan botol anggur ini kepadanya.” Jack menunjuk Cantika yang berada di belakang.

“Katakan dengan jujur, siapa yang memberikanmu anggur ini?” tanya Andika dengan nada tinggi.

Wajah Cantika menjadi pucat, tubuhnya menjadi gemetaran hebat. Bibir pun terasa kelu untuk menjawab pertanyaan dari sang suami.

“Katakan kepadaku, siapa!” bentak Andika sehingga membuat gadis tersebut tersentak.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status