Share

5. Pintu terkunci dari luar

Cantika berusaha menetralkan degup jantungnya yang terkejut dan berusaha berpikir positif, karena ingat dengan perkataan dari Kartika.

Namun, tetap saja merasa susah lantaran hanya ada satu orang yang berada di ruangan ini. Bukankah Kartika berkata kalau ia harus menghibur para tamu, berarti bukan hanya satu orang saja?

“Saya membawakan anggur untuk, Tuan.” Cantika membuka tutup botol itu untuk mempercepat pekerjaannya.

Lelaki tampan bermata coklat tersebut tersenyum tipis, matanya terus menatap ke rok yang Cantika kenakan. “Kau harus layani aku dengan benar, Cantik! Karena aku tak suka kalau ada sedikit pun kesalahan.”

Cantika berusaha tersenyum, walau pun terasa sangat sulit sekarang dilakukan. “Baik, saya akan melayani Anda tanpa melakukan kesalahan apa pun.”

Tangan mungil tersebut berusaha menggapai gelas kosong yang disediakan di sana, tetapi baru saja menyentuhnya tangan lelaki asing itu sudah memegangi tangan Cantika.

“Tuan, saya ingin mengambil gelas itu. Jadi saya mohon lepaskan tangan saya.” Cantika berusaha menarik tangannya yang masih memar, belum diberikan obat apa pun.

“Panggil aku Jack! Jangan terlalu kaku seperti itu, tapi aku lupa namamu siapa? Siapa ya?” Mata Jack terpejam, berusaha mengingat siapa nama pelayan di depannya sekarang.

“Mana berani saya memanggil nama Anda, Tuan.” Cantika menolak dengan kepala menunduk, tak ingin memandang lelaki di depannya ini.

“Aku yang memintamu untuk memanggil dengan namaku, jadi kau jangan menolak, Manis!” Jack menarik gadis tak diketahui namanya itu untuk duduk di samping, mata terpesona dengan keindahan tubuh sang gadis.

Cantika merasa ditelanjangi oleh tatapan dari Jack, tetapi ia tak bisa melakukan apa pun untuk menghentikan lelaki tersebut menatapnya. Hanya bisa berharap supaya tamu sang suami tidak akan melakukan sesuatu.

Jack memainkan dan menciumi rambut hitam panjang milik gadis itu. “Kau masih belum mengatakan siapa namamu kepadaku.”

“Apa pentingnya nama saya bagi orang terhormat seperti Anda, Tuan,” tolak Cantika yang mulai merasa risih.

Jack tertawa kecil mendengar penolakan dari gadis di depannya ini, “Berbanding terbalik dengan penampilanmu yang terlihat polos, ternyata kau adalah gadis pemberani. Baru pertama kali aku ditolak oleh gadis rendahan sepertimu,” katanya sinis.

“Memang benar apa yang saya katakan. Nama saya tidaklah penting bagi, Tuan,” tegas Cantika dengan mata terus memandang datar ke depan.

“Baiklah. Kalau seperti itu yang kau inginkan, aku tinggal mencari tahu namamu sendiri.” Jack melepaskan rambut gadis itu, lalu beralih kepada anggur di tangan sang pelayan. “tuangkan aku segelas!”

Cantika beralih menatap Jack, lalu membuka tutup botol itu kembali dan menuangkannya dengan perlahan.

Jack langsung meneguk segelas anggur itu sambil menatap Cantika. “Tuangkan lagi!” Lelaki itu kembali menyodorkan gelas kosongnya.

Cantika terus menuangkan seperti permintaan lelaki yang ada di depannya ini tanpa ekspresi, tak ada sedikit pun ketertarikan kepada Jack. Padahal lelaki tersebut juga sama tampannya seperti sang suami, tetapi karena ia merasa sudah menikah tak ingin mengkhianati pasangannya.

Jack melonggarkan dasinya, merasa gerah berada di sana. Cantika yang melihat itu segera menatap lelaki tersebut.

“Apakah Tuan mau saya menaikan suhu pendinginnya?” tanya Cantika menatap lekat kepada lelaki itu.

“Tak perlu, sepertinya bukan karena itu membuatku merasa kegerahan.” Jack melepaskan jas yang ia kenakan, lalu melempar asal ke sembarang arah.

Gadis tersebut memandang sang tamu dengan tatapan kosong, tak ada ketakutan sedikit pun di matanya. Padahal tadi sempat merasa gemetar, merasa takut saat diperintahkan kemari.

Hanya saja perkataan dari Kartika membuatnya menjadi terus menguatkan diri sedari tadi.

“Kau tak takut saat melihat seorang lelaki melepaskan jas dan melonggarkan dasinya?” Jack mendekati Cantika, sekarang jarak mereka hanya berapa inchi saja.

Cantika menoleh menatap Jack, pupil mata bergetar pertanda kalau dirinya sekarang sedang gelisah. “Tentu saja takut, tetapi ada orang yang lebih menakutkan dari, Tuan.”

Jack menaikan sebelah keningnya, merasa tak mengerti dengan perkataan gadis di depannya sekarang ini. “Siapa orang yang lebih menyeramkan dariku? Padahal jelas-jelas setiap gadis polos sepertimu, pasti akan gemetar karena berada di dalam ruangan yang sama denganku!”

Tak bohong kalau tidak memiliki perasaan takut dan gelisah saat berada di dalam ruangan sama dengan seorang lelaki asing. Apalagi lelaki itu sekarang melonggarkan pakaian dan melepaskan jasnya, tetapi apa yang mau Cantika sekarang lakukan? Berlari keluar?

Jack hanya melakukan hal itu saja lantaran merasa kegerahan, jadi Cantika tak mungkin keluar dari sini tanpa alasan yang jelas. Bisa-bisa dirinya akan habis dibuat oleh Kartika, perempuan tersebut sangat mengerikan.

“Tapi bukannya Anda tidak melakukan apa pun kepada saya? Jadi untuk apa saya merasa takut kalau Anda tak melakukan apa pun!” Cantika meneguk ludahnya beberapa kali, lantaran tenggorokan terasa kering setelah mengatakan itu.

“Mulutmu berkata seperti itu, tetapi tingkah lakumu malah berkata sebaliknya. Kau gadis yang sangat menarik,” puji Jack dengan tertawa keras.

Tak habis pikir kalau ada seorang gadis seperti pelayan yang berada di depannya ini. Jack merasa menemukan seseorang menarik dan ingin membawa gadis tersebut pergi ke kediamannya.

Wajah gadis itu memerah, ia memilih memalingkan pandangan ke arah lain. Lantaran sangat malu ketahuan berbohong.

“Kau tidak usah malu seperti itu. Aku sangat tahu betul, karena kau diperintahkan oleh majikanmu, mana mungkin kau menolaknya,” ucap Jack dengan menatap lekat Cantika.

“Terima kasih atas pengertiannya. Tetapi sepertinya saya harus pergi dari sini, karena harus mengerjakan pekerjaan lain.” Cantika beranjak dari duduknya, namun tangannya ditarik oleh lelaki tersebut. “tolong lepaskan saya!”

Jack menggelengkan kepalanya pelan, tak ingin melepaskan Cantika begitu saja. “Kau tetap di sini saja menemaniku, biarkan pelayan lain yang melakukan tugasmu!”

“Saya tidak mungkin melakukan itu,” tolak Cantika, ia hanya beralasan supaya bisa pergi dari sana.

“Bukankah majikanmu sendiri yang menyuruh untuk melayaniku di sini? Jadi seharusnya kau tetap duduk diam saja di sini, untuk melayaniku!” paksa Jack, ia menarik tangan Cantika untuk duduk kembali.

Cantika menghela napas, tak habis pikir dengan tamu suaminya ini. Kenapa ia tidak diperbolehkan untuk pergi? Padahal Jack sudah menghabiskan sebotol anggur.

“Baru pertama kali aku meminum anggur satu botol, tetapi tidak mabuk,” gumam Jack lirih.

“Bukannya Anda sekarang mabuk? Lihatlah wajah Anda, sangat kentara sekali kalau mabuk,” jawab Cantika dengan bibir cemberut, tak habis pikir dengan lelaki di depannya.

“Kau benar, aku mabuk. Hanya saja bukan karena anggur itu, tapi karenamu! Wajah cantik dan tubuh mungilmu membuatku menjadi mabuk, ingin sekali aku merengkuh tubuh mungilmu ini di dalam pelukanku.” Tatapan Jack terlihat berbeda, matanya menatap liar kepada Cantika.

Cantika merasa tak nyaman dengan tatapan itu, ia merasakan firasat buruk sehingga membuatnya menjadi beranjak dari kursinya. Sayang, Jack dengan cepat merengkuh tubuh mungil itu di dalam pelukannya.

“Aku kan sudah bilang jangan pergi, tetapi kenapa kau malah ingin pergi meninggalkanku sendiri di sini?” Jack menindih tubuh mungil Cantika, sehingga membuat gadis tersebut meronta.

Cantika sadar kalau seorang lelaki yang sedang mabuk dapat melakukan hal tidak baik, sama seperti Andika tadi malam. Tubuhnya saja masih terasa sangat sakit sekali.

“Tuan, saya harus pergi sekarang juga. Karena Anda sudah sangat mabuk.” Cantika terus meronta ingin terlepas dari Jack.

“Aku kan sudah bilang kepadamu, kalau sekarang aku masih sangatlah sadar! Apa kau tidak percaya kepadaku?” tanya Jack dengan aroma anggur yang keluar dari mulutnya.

Aroma anggur itu mengingatkan Cantika kepada sang suami, sehingga tanpa sadar setetes bulir bening keluar dari sudut matanya.

Tangan besar milik Jack menyeka bulir bening itu. “Kau menangis? Apa aku membuatmu kesakitan?”

“Tidak, Tuan. Hanya saja saya teringat seseorang yang telah menyakiti saya,” jawab Cantika lirih, napasnya terasa sesak teringat itu.

Tiba-tiba Jack mencium bibir merah milik Cantika, sehingga membuat gadis itu terkejut dan mendorong lelaki tersebut menjauh. “Apa yang Anda lakukan, Tuan!”

Cantika beranjak dari sofa itu, lalu berjalan cepat menuju keluar. Namun, dengan cepat Jack menariknya kembali ke kasur yang berada di dalam ruangan tersebut.

Lelaki itu menidih dengan kuat tanpa mempedulikan Cantika. “Kau gadis yang sangat menarik, makanya kau harus menjadi milikku!”

Cantika berusaha sekuat tenaga melepaskan diri dari Jack, sehingga sekarang ia sudah berhasil sampai di depan pintu. Nihil, pintu itu malah terkunci dari luar, sehingga membuat gadis tersebut semakin ketakutan.

Tangan mungil Cantika memukuli pintu dengan kuat, berharap ada seseorang yang mendengarnya.

“Apa ada orang di luar? Tolong buka pintu ini, pintunya terkunci dari luar!” teriak Cantika dengan nyaring, berharap pintu segera terbuka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status