Share

4. Lelaki mesum

Author: Raisya_J
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Apa kau tidak bisa melakukannya dengan perlahan saja?” Rahang Andika mengeras, matanya terbelalak dan pipinya memerah akibat rasa malu yang menyelimuti dirinya.

Pakaian mahalnya kini bernoda kopi panas yang tumpah akibat ketidakhati-hatian pelayan baru, Cantika.

“Maaf, Tuan. Saya tidak sengaja karena ada sesuatu yang membuat saya terjatuh,” ucap Cantika lirih, sambil melirik sekilas ke arah Kartika.

“Kenapa kau menatapku seperti itu?" ujar Kartika, mendelik penuh amarah. Alisnya menyatu, dan bola matanya memancarkan api kemarahan. "seorang pelayan rendahan beraninya menatap nyonya rumah sepertiku! Apa kau ingin menuduhku melakukan hal hina seperti itu?” Wajahnya merah padam sekaligus merasa bersalah karena di sini, salahnya sendiri yang menyebabkan kesalahan.

Cantika menundukkan kepala, menggigit bibir bawahnya untuk menahan emosi yang memuncak, merasa ditekan oleh tatapan tajam suaminya yang membuatnya ingin menangis. “Saya tidak bermaksud menuduh Anda, hanya saja kaki saya memang tersandung sesuatu hingga jatuh.”

Andika, yang saat itu duduk di kursi ruang tamu, bangkit dengan geram dan menatap gadis itu dengan tatapan merendahkan. Ekspresi wajahnya menyiratkan betapa kecewanya pada Cantika.

“Seharusnya kalau kau tidak bisa bekerja hari ini, jangan memaksakan diri!” ucap Andika dengan nada sinis, lalu pergi dari sana tanpa menoleh, meninggalkan Cantika dalam keadaan terpuruk, sambil memperhatikan langkah kakinya yang semakin jauh.

Kartika yang melihat suaminya pergi tanpa mengatakan apa pun, melirik Cantika dengan sinis. Lalu beralih kepada tamu yang ditinggalkan, sehingga sekarang perempuan tersebut sibuk menenangkan tamunya.

Cantika melihat ini sebagai kesempatan untuk merapikan kekacauan yang telah ia buat. Dengan perlahan, ia mengelap tumpahan kopi di lantai dan meja. Meskipun tubuhnya masih terasa sakit, gadis itu bergerak lincah. Sesekali, ia meremas pahanya, menahan diri untuk tidak mengeluarkan suara. Bekas kuku di pahanya tidak mempengaruhi semangatnya. Nampan di tangannya bergoyang saat Cantika berusaha berdiri dari posisi jongkok. Suara dentingan gelas terdengar, membuat Kartika menatapnya dengan tajam.

"Maafkan saya," kata Cantika sambil membungkukkan tubuh, kemudian pergi menuju dapur.

Di dapur, Cantika melihat Andika yang berdiri, menatapnya dengan dingin. Namun, gadis itu memutuskan untuk mengabaikan tatapan suaminya dan melanjutkan langkahnya melewati Andika. Rasa kesal akibat sang suami tak mengenali dirinya masih membayangi hati Cantika.

Andika mencengkram tangan Cantika dengan erat, tubuhnya bergelora kemarahan. "Kenapa kau malah melewatiku?" keluhnya seraya merasakan rasa nyeri di dalam dadanya.

Disaat pelayan rendahan seperti Cantika tak menatapnya dan malah berpura-pura tidak melihat kehadirannya.

"Saya tidak melihat, Tuan. Jadi maafkan saya!" Cantika menjawab pelan sambil menundukkan kepala.

Namun, Andika merasa kalau Cantika sedang berbohong, sehingga ia semakin kuat mencengkram tangan mungil gadis tersebut.

Wajah Andika memerah oleh kemarahan, "Kau berbohong kepadaku? Padahal aku adalah majikanmu, tetapi berani sekali kau!"

Cantika meringis, menahan rasa sakit yang dihasilkan dari cengkeraman tangan Andika. "Saya mohon, lepaskan saya, Tuan! Saya di sini hanya bekerja, bukan siapa-siapa!"

Ucapan Cantika membuat bibirnya menggigit, karena mengatakan hal yang menyakitkan bagi dirinya sendiri.

"Maksudmu apa mengatakan kalau kau bukan siapa-siapa?" Kali ini suara Andika terdengar melunak, mata yang tadinya tajam berubah menjadi berkaca-kaca. Tak lagi meninggi seperti tadi.

Cantika terperangah, matanya berkaca-kaca ketika merasa sang suami mengenalinya. Baru ingin menggumamkan kata-kata, namun Andika menarik lengannya untuk mendekat.

"Kau ini pelayanku, jangan berani-berani membohongi tuanmu!" bentak Andika sambil menepis tangan Cantika kasar, lalu melangkah pergi dari tempat itu.

Hatinya tercabik melihat punggung lebar suaminya menjauh, yang berkali-kali melukainya dengan perkataannya.

Cantika mengusap mata yang basah, menahan isak sambil menatapnya semakin menjauh. "Kenapa engkau melupakan istrimu, padahal kita pernah menghabiskan malam indah bersama!" gumamnya hampa.

Dalam kebingungannya, Cantika bergegas menggenggam nampan berisi gelas kotor dan pergi ke dapur. Beruntung gelas itu tidak terjatuh, sebaliknya masih utuh meskipun hatinya hancur.

Bulir-bulir bening menetes dari kedua sudut mata Cantika, namun dia seakan tak mempedulikannya. Ia terus mencuci gelas dan perabotan yang menumpuk di wastafel, lalu beralih membersihkan bagian lainnya. Cantika acuh saja bila ada yang melihat penampilannya sekarang. Air mata tetap saja menetes tak terbendung. Kemudian, tubuh Cantika seolah kehilangan tenaga, sampai lantai keramik yang dipijak terasa bergetar.

Cantika pun terduduk lemas di sudut dapur, gemetaran tak terkendali. "Ayah, aku tak yakin bisa bertahan di sini! Suamiku sendiri bahkan tidak mengenali aku, istrinya sendiri," ujarnya hancur, sambil menutupi wajah dengan kedua tangannya.

Airmata Cantika membasahi wajahnya yang pucat, memperlihatkan kesedihan yang mendalam. Rasa sakit dari memar dan luka di tubuhnya hampir tak terasa, namun hatinya yang tak terluka justru merasakan penderitaan yang tak terhingga.

Seorang diri, Cantika terdiam di sudut rumah besar yang semula milik istri pertama suaminya. Suaminya dan istri pertama terang-terangan berlaku tak adil padanya, membuat Cantika semakin merasa dirinya menyedihkan. Tiada seorang pun yang bersimpati kepadanya.

"Sudahlah, tak ada gunanya terlalu bersedih. Semuanya malah akan membuatku semakin menderita kalau terlalu dipikirkan," gumam Cantika seraya bangkit dari kursi.

Dalam upaya menenangkan hati, ia memutuskan untuk membasuh wajah dengan air. Menyegarkan, itu yang ia rasakan saat air membasahi wajahnya.

"Hei, kau harus datang ke ruang tamu tadi! Aksi konyolmu tadi membuat tamuku menjadi marah, jadi kau harus bertanggung jawab menghibur mereka!" Kartika datang dengan tangan bersedekap di dada, menatap rendah kepada Cantika.

Cantika terperanjat, tak mengerti apa yang harus ia lakukan. "Apa yang harus saya lakukan?" tanyanya dengan raut kebingungan. Seumur hidupnya, ia belum pernah mengalami situasi seperti ini, diminta untuk menghibur orang yang tak ia kenal.

“Ya, kau tinggal lakukan apa yang mereka perintahkan. Itu saja tidak mengerti!” gerutu Kartika sambil menatap tajam wajah Cantika, matanya menerawang kesal.

“Tidak melakukan yang aneh-aneh, kan?” Cantika menatap ragu kepada Kartika, entah kenapa jantungnya berdebar kencang saat berurusan dengan istri pertama sang suami.

Kartika menghela napas berat, matanya menatap kosong ke arah jendela. “Kau pikir aku akan melakukan hal rendah seperti itu? Aku hanya menyuruhmu menghibur mereka dengan menuangkan anggur saja, tidak lebih! Kalau mereka melakukan sesuatu kepadamu, kau tinggal pergi saja dari sana!”

Kartika meraih sebotol anggur di meja dan memberikannya pada Cantika, lalu berlalu pergi meninggalkan gadis muda tersebut dengan senyuman misterius yang membuat Cantika semakin gelisah.

Cantika merapikan rambutnya yang tergerai, tak ingin membuat tamu sang suami menunggu lebih lama lagi. Senyuman pun diukir semanis mungkin di wajahnya, berharap mereka semua tak mengeluhkan layanan yang dirinya berikan. Dengan langkah anggun, Cantika melangkah menuju ruang tamu. Begitu memasuki ruangan, ia terkejut melihat tak ada satu pun orang di sana.

Gadis itu mengerutkan keningnya sambil memandang heran ke arah ruang tamu yang kosong. "Loh, kok tamu-tamunya pada kemana, ya?" gumam Cantika bingung.

Tiba-tiba, sebuah tangan menariknya ke dalam ruangan yang berada bersebelahan dengan ruang tamu. Kedua mata Cantika membulat terkejut.

"Di sini, Cantik. Kamu nyari kami di mana sih?" tanya seorang lelaki dengan senyum mesum mengembang di wajahnya, seolah menikmati raut kebingungan Cantika.

Related chapters

  • Istri Polos sang Milyarder   5. Pintu terkunci dari luar

    Cantika berusaha menetralkan degup jantungnya yang terkejut dan berusaha berpikir positif, karena ingat dengan perkataan dari Kartika. Namun, tetap saja merasa susah lantaran hanya ada satu orang yang berada di ruangan ini. Bukankah Kartika berkata kalau ia harus menghibur para tamu, berarti bukan hanya satu orang saja? “Saya membawakan anggur untuk, Tuan.” Cantika membuka tutup botol itu untuk mempercepat pekerjaannya. Lelaki tampan bermata coklat tersebut tersenyum tipis, matanya terus menatap ke rok yang Cantika kenakan. “Kau harus layani aku dengan benar, Cantik! Karena aku tak suka kalau ada sedikit pun kesalahan.” Cantika berusaha tersenyum, walau pun terasa sangat sulit sekarang dilakukan. “Baik, saya akan melayani Anda tanpa melakukan kesalahan apa pun.” Tangan mungil tersebut berusaha menggapai gelas kosong yang disediakan di sana, tetapi baru saja menyentuhnya tangan lelaki asing itu sudah memegangi tangan Cantika. “Tuan, saya ingin mengambil gelas itu. Jadi saya

  • Istri Polos sang Milyarder   6. Gemetar ketakutan

    Jantung Cantika berdetak dengan kencang, bulir bening pun meluncur dengan deras dari kedua sudut matanya. Tangan mungil memukuli pintu dengan kuat dan mulut terus berteriak meminta pertolongan, berharap di luar sana ada seseorang yang lewat dan membukakan pintu untuknya. “Jangan takut seperti itu, Cantik. Aku hanya akan mengajakmu bersenang-senang saja.” Jack menuangkan anggur ke gelas hingga penuh , lalu diberikan kepada Cantika. Tubuh Cantika gemetar, kepalanya terus menggeleng dengan cepat. “Saya tidak mau!” Jack menatap tajam kepada gadis tersebut, tak terima dengan penolakan. “Aku hanya memberikanmu segelas anggur, bukan racun. Jadi minum!” Lelaki itu mencengkram rahang gadis tersebut dengan kuat, lalu memasukan paksa segelas anggur ke dalam mulut Cantika. “Minum!” teriak Jack dengan nada memaksa, tak suka penolakan yang dilakukan gadis itu sedari tadi. Cantika memilih memuntahkan anggur itu dari mulutnya, sehingga sekarang pakaian yang ia kenakan menjadi basah. “Kau masi

  • Istri Polos sang Milyarder   7. Kamar berdebu

    “N-nyonya Kartika yang memberikan anggur ini kepada saya, Tuan,” jawab Cantika dengan gugup. Andika mengarahkan tinjunya ke arah pintu, sehingga darah segar mulai mengalir dari tangannya. Cantika dengan sigap mendekat kepada sang suami, ia mengambil tangan Andika menatap nanar darah segar yang terus mengalir itu. “Kenapa Anda malah melakukan ini? Ayo kita obati dulu, takutnya malah jadi infeksi.” Cantika menarik tangan sang suami keluar. Sebenarnya tak tahu di mana kotak obat berada, sehingga gadis kecil tersebut hanya mengelilingi kediaman besar itu sedari tadi. “Lepaskan!” Andika menepis tangan Cantika. “Tapi luka di tangan Anda harus segera diobati, Tuan,” ucap Cantika dengan tatapan penuh kekhawatiran. “Tak perlu diobati, karena ada yang lebih penting dari itu. Tentang kau mengatakan kebohongan di ruangan tadi, mana mungkin Kartika adalah wanita seperti itu. Jadi katakan saja yang sejujurnya, siapa yang memberikan botol anggur berisi obat itu kepadaku!” paksa Andika dengan

  • Istri Polos sang Milyarder   8. Pelakor kecil

    “Tikus!” jerit Cantika dengan suara nyaring. Wajah gadis itu sangatlah pucat, ia sangat ketakutan dengan binatang pengerat tersebut. Sehingga membuatnya tak bisa berpikiran jernih dan terus berteriak sedari tadi. Andika kebetulan tak jauh dari sana pun bergegas berlari menghampiri asal suara seseorang yang berteriak, ia takut kalau Jack yang masih berada di rumah ini menghampiri sang pelayan. Pintu lelaki itu buka dengan kasar, tak peduli kalau pintunya lepas karena ulahnya. Yang terpenting adalah menyelamatkan gadis terlihat lemah tersebut dari seseorang seperti Jack. Nihil, ternyata gadis tersebut sekarang hanya sendiri. Berdiri di atas kasur sambil memegangi sapu dengan wajah pucat. “Apa yang terjadi sehingga kau berteriak dengan keras seperti itu?” tanya Andika, wajah lelaki itu merengut. “Itu ada tikus.” Tunjuk Cantika ke pojok ruangan, di sana ada satu ekor tikus kecil. Andika mendesah, tak habis pikir gadis itu malah ketakutan dengan binatang yang sangatlah kecil. Mungki

  • Istri Polos sang Milyarder   9. Lelaki asing

    Kartika berdecak kesal mendengar perkataan Cantika yang membela diri, “Tapi apapun perkataanmu, kau tetaplah istri kedua yang tak akan pernah mendapatkan hati Andika sampai kapan pun!” Perempuan itu langsung bergegas pergi dari sana dengan ekspresi penuh amarah. Ia merasa kehabisan kata-kata untuk melawan Cantika, karena yang dikatakan gadis tersebut adalah benar. Sedangkan Cantika baru bisa bernafas lega, lantaran bisa terhindar dari Amar yang mengerikan dari Kartika. “Kenapa dia selalu saja menarik rambutku? Kalau dia terus melakukan itu, bisa-bisa rambutku yang panjang ini akan habis,” ringis Cantika menahan rasa sakit yang masih terasa. Di dalam hati kecilnya merasa sangat tersakiti oleh perkataan dari Kartika. Namun, ia tak menolak fakta itu karena memang benar sepertinya tidak akan pernah mengalahkan Kartika sebagai istri pertama. Lalu bukankah dirinya tidak ada niatan untuk memiliki perasaan kepada Andika, gadis itu menikah

  • Istri Polos sang Milyarder   10. Nyonya rumah galak

    Kartika memandang datar kepada gadis yang berada di depannya sekarang ini. “Apa yang kau lihat?”Cantika menggelengkan kepalanya pelan. “Tidak ada, Nyonya!”“Bagus, memang sepatutnya seperti itulah pelayan. Jangan pernah mencampuri apa yang dilakukan oleh majikan sendiri.” Kartika bersedekap dada, senyum sinis terukir di bibirnya. “ah, iya! Antarkan makan siang ke kamar.”Setelah mendengar perintah perempuan itu, Cantika segera melangkahkan kakinya ke ruang makan.“Eh, ada apa? Kenapa Nyonya Kartika tidak turun?” Gadis yang membantu memasak tadi memberondong pertanyaan kepada Cantika.“Nyonya ingin makan di dalam kamar saja, jadi memintaku untuk membawa semuanya ke kamar.” Cantika ingin mengangkat semuanya satu-persatu.“Kalau kau membawanya seperti itu, nanti Nyonya Kartika malah akan marah. Di sana ada troli untuk membawa beberapa hidangan sekaligus.” Gadis yang masih belum diketahui namanya itu menunjuk ke sudut dapur.

  • Istri Polos sang Milyarder   11. Ponsel hancur

    Wajah Cantika menjadi menegang, merasakan kalau sebenarnya gadis yang ada di depannya ini menyimpan sesuatu darinya. Namun, sama seperti tadi Diana hanya tertawa kecil melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Cantika.“Astaga, kenapa wajah kamu tegang terus sih dari tadi? Seperti seseorang yang menyimpan sesuatu saja,” kekeh Diana ia seakan sedang mengamati gadis tersebut.Cantika menetralkan wajahnya yang tegang, lalu mulai mengatakan alasan apa akhirnya berada di sini. “Em, bukan apa-apa sih. Aku hanya teringat dengan ayahku yang dirawat di rumah sakit, jadi memerlukan banyak biaya sedangkan aku tidak bekerja. Terus mendengar lowongan pekerjaan sebagai pelayan di sini, lalu melamar.”Senyuman canggung terukir di bibir Cantika, tetapi ia berusaha untuk membuat Diana percaya kepadanya. Lagi pula alasan yang dirinya katakan itu tidak sepenuhnya salah. “Em, begitu. Sepertinya kau harus menahan dirimu di tempat seperti ini untuk waktu yang l

  • Istri Polos sang Milyarder   12. Ke rumah sakit Merah Putih

    Tak Cantika pedulikan lagi tentang ponselnya yang jatuh. Gadis tersebut berlari ke kamar di mana Kartika dan Andika berada, tidak mungkin ia tak minta izin dari mereka berdua. Sehingga tanpa ada rasa ragu mengetuk pintu tersebut dengan cepat.“Bisa tidak sih mengetuk pintunya pelan-pelan saja!” ketus Kartika dengan wajah sinisnya.Bukannya menjawab, bulir bening malah meluncur dengan deras dari kedua mata Cantika. Ia tak kuasa mengatakan apapun dari bibir mungilnya.Kartika merasa terkejut melihat itu, lantas mendorong Cantika untuk mundur supaya bisa menutup pintu kamar.“Cengeng banget jadi perempuan, dibentak sedikit saja nangis.” Kartika bersedekap dada, tak peduli dengan perasaan gadis itu.“Saya ingin izin pergi ke rumah sakit hari ini, karena keadaan ayah saya memburuk,” ucap Cantika terisak, tak dapat mengatakan dengan benar. “Paling ayahmu itu sebentar lagi akan mati. Jadi apa gunanya kau k

Latest chapter

  • Istri Polos sang Milyarder   TAMAT

    Andika menendang pintu rumah Kartika dengan kuat sampai membuat pintu tersebut terbuka lebar. Terlihat di sana perempuan itu sedang memakai masker wajah dan hanya menggunakan jubah mandi saja duduk di ruang tamu. “Kalau masuk seharusnya ketuk dulu pintunya, jangan malah didobrak seperti itu.” Kartika melepas timun yang berada di matanya, ia terlihat tenang menatap Andika. “Untuk apa aku mengetuk pintumu? Sedangkan aku datang kemari bukan untuk berbicara baik-baik!” Andika mendekat dan menarik jubah Kartika supaya perempuan itu berdiri. Akan tetapi, tak diduga oleh Andika Kartika terlihat sangat tenang sekali, tidak ada raut ketakutan yang terukir di wajah perempuan tersebut. Sehingga membuat ia menjadi merasa sangat heran sekali. “Lepaskan dulu!” Kartika menepis tangan Andika dengan kasar, tetapi tak kunjung membuat lelaki itu melepaskan cengkraman.“Katakan dulu di mana Cantika! Aku sangat yakin kalau kau yang menyembunyikannya!” Mata elang Andika menatap penuh mengintimidasi kep

  • Istri Polos sang Milyarder   110. Cantika menghilang

    Andika yang bagus saja pulang dari bekerja merasa sangat lelah sekali. Alhasil ia ingin menemui Cantika supaya bisa menghilangkan rasa penat dirasa. Akan tetapi, sudah mencari kesana-kemari gadis kecil tersebut tidak berada di manapun. Andika menjadi melangkah untuk mencari keberadaan Cantika. Lelaki tersebut membuka semua ruangan yang berada di dalam kediamannya, tanpa terlewat satu pun sampai di tempat terakhir, yaitu kamar Maura.Kamar Maura yang tidak dikunci membuat gadis di dalamnya menjadi terkejut dan langsung beranjak dari duduknya saat pintu dibuka tanpa permisi. Ia terlihat takut-takut menatap ke arah Andika, lantaran ekspresi dari lelaki itu sangat berbeda dari biasanya. Yaitu lebih dingin dan kejam. “Ke mana Cantika? Aku sudah mencarinya di seluruh kediaman ini, tetapi dia tidak kunjung terlihat di manapun!” Andika menatap penuh selidik kepada Maura. Maura menjadi gelagapan lantaran yang merasa terkejut karena s

  • Istri Polos sang Milyarder   109. Hasutan Jack

    “Tidak mungkin! Anda pasti berbohong kepada saya!” Cantika menggeleng kepalanya pelan sambil semakin derasnya linangan air mata.Kartika tersenyum tipis menatap Cantika. “Mulutmu berkata tidak percaya, tetapi hatimu malah membenarkan apa yang aku katakan.”Cantikan menyentuh kedua pipinya yang sekarang sudah basah akibat linangan air mata semakin deras. Ia dengan cepat mengambil tisu yang berada di depan mata.“Dia memang yang menabrak ayahmu, coba kau tanyakan saja kepada dia. Tapi pasti dia akan berbohong kepadamu, karena orang seperti dia mana mungkin mengakui kesalahannya dengan mudah seperti itu.” Kartika menepuk pundak Cantika, ia pun kemudian pergi menjauh dari sana.Karena Kartika tahu sekarang sudah hampir lima menit, membuat ia memilih untuk pergi lebih awal, supaya tidak ketahuan oleh para penjaga Cantika. Saat perempuan tersebut melewati satu meja, ia menatap dan menganggukkan kepala kepada orang yang duduk di sana.Orang itu

  • Istri Polos sang Milyarder   108. Dia adalah orangnya

    Cantika membelalakkan mata menatap Kartika yang sekarang berdiri di depan matanya. Namun, seketika ia baru saja teringat kalau perempuan itu dilarang untuk mendekati dirinya. “Bukankah Anda dilarang untuk bertemu dengan saya, tetapi kenapa Anda malah mengatakan omong kosong itu supaya saya datang kemari?” Cantika menaikkan sebelah alisnya menatap ke arah Kartika. Kartika berdecak kesal mendengar hal itu, karena ia merasa kalau Cantika mengira adalah seseorang yang pantas untuk ia temui, padahal nyatanya tidak seperti itu. Semuanya ia lakukan untuk dirinya sendiri, perempuan tersebut tidak peduli apapun yang terjadi kepada gadis kecil itu. Hanya saja Kartika harus menahan diri, supaya tidak terlalu terlihat kalau ia sekarang disuruh oleh Jack dan tentu saja tujuannya ingin mendapatkan Andika, sumber uang yang tak akan pernah habis. “Sebaiknya kita duduk dulu di sana, karena aku sudah memesan tempat khu

  • Istri Polos sang Milyarder   107. Bertemu pemilik nomor

    Mata Cantika menjadi berkaca-kaca menatap isi pesan tersebut, sehingga ia tanpa sadar menjatuhkan bulir bening dari kedua sudut matanya. Dengan cepat ia menyeka, lantaran ia sadar kalau pesan dari orang tak dikenal itu bisa saja hanyalah kebohongan belaka.Akan tetapi, Cantika tetap saja merasa kalau kepikiran dengan pesan tersebut. Sehingga mulai membuat ia menjadi terus melamun. “Kau kenapa? Bukankah kau seharusnya sangat senang karena sudah habis berbelanja?” Andika menatap lekat ke arah Cantika yang berada di sampingnya.Karena sekarang malam hari, mereka sedang tidur bersama di satu ranjang yang sama. Andika jadi melihat kalau Cantika terus saja melamun sedari tadi, padahal dirinya tahu kalau seorang perempuan pasti akan sangat suka sekali berbelanja sama seperti Kartika. Kartika saja sangat senang sekali setiap habis berbelanja, sehingga perempuan tersebut menjadi bersikap manis kepadanya, tetapi Cantika malah sedari ta

  • Istri Polos sang Milyarder   106. Nomor tanpa nama

    Maura menjadi gelagapan melihat Cantika yang tiba-tiba pingsan. Alhasil ia tak bisa berpikir jernih dan malah menjadi mondar-mandir lantaran merasa bingung melakukan apa kepada gadis pingsan di depan mata. Ingin memanggil seseorang untuk meminta bantuan, tetapi Maura terlalu takut untuk melakukan hal itu. Alhasil sekarang ia berusaha untuk membawa Cantika dengan susah payah ke ranjang, tak lupa ia pun pergi ke dapur untuk menyiapkan teh panas dan mengambil minyak angin di dalam kamarnya sendiri. Saat Maura masuk ke dalam kamar Cantika masih tak sadarkan diri, membuat ia mengoleskan minyak angin ke perut gadis tersebut dan tak lupa menciumkan aromanya  ke hidung. Tak menunggu waktu lama, akhirnya gadis itu tersadar membuat perasaan ia menjadi sangat lega sekali melihat itu.“Sebaiknya kau bangun secara perlahan, karena kau habis pingsan di kamar mandi. Beruntung aku cepat menangkapmu.” Maura membantu Cantika untuk duduk secara perlahan. 

  • Istri Polos sang Milyarder   105. Cantika pingsan

    Akan tetapi, Jack malah memaksa untuk Kartika mengikutinya masuk ke dalam mobil, membuat perempuan tersebut tidak memiliki pilihan lain sehingga ikut masuk ke dalam “Apa yang ingin kau tanyakan kepadaku? Tanyakan saja!” Jack menatap lekat ke arah Kartika. “Aku hanya ingin bertanya, kenapa kau ingin membantuku? Walaupun hubungan kalian tidak terlalu baik, tetapi kau bukanlah orang yang bisa menghianatinya karena bisnis kalian itu.” Kartika bersedekap dada sambil menatap Jack dengan tatapan penuh selidik.Jack tertawa dengan keras, “Kau ingin aku menjawab jujur atau berbohong?” tanyanya. “Tentu saja jujur. Siapa yang ingin dibohongi oleh seseorang?” ucap Kartika dengan tegas.Kartika terus saja memperhatikan ke arah Jack, karena ia berpikir kalau lelaki itu pasti memiliki sesuatu yang diinginkan. Sehingga membuat ia memilih untuk berhati-hati, takutnya kalau Jack akan meminta sesuatu yang tak dapat dirinya kabulk

  • Istri Polos sang Milyarder   104. Mengikuti Jack

    Hanya umpatan yang bisa dikatakan Kartika saat i, ia tidak bisa memberikan pelajaran kepada Cantika. Karena setelah apa yang Lisa lakukan tadi membuat Andika menjadi menempatkan dua orang menjaga gadis kecil itu. Akan tetapi, saat perempuan itu ingin mengikuti Cantika lagi. Ada sentuhan di pundaknya, membuat Kartika menjadi ragu untuk menoleh lantaran mengira kalau orang itu adalah penjaga yang menjaga gadis tersebut. “Rupanya sekarang aku ketahuan,” gumam Kartika pelan. “Ketahuan oleh siapa?” Jack yang berada di belakang mengerutkan dahinya Kartika sadar kalau seseorang yang berada di belakangnya bukanlah penjaga yang menjaga Cantika, membuat ia menjadi menoleh menatap lelaki tampan di belakangnya.“Oh, hai, Jack!” sapa Kartika dengan lembut“Kau sekarang baru saja terlihat ramah, tadi padahal selalu mengepalkan tangan dengan wajah yang sangat merah,” ejek Jack dengan tertawa kecil.

  • Istri Polos sang Milyarder   103. Gadis licik

    Cantika merasakan ada sesuatu yang dingin menyentuh lehernya, ia pun membuka matanya secara perlahan untuk melihat. Pertama kali yang ia lihat adalah Andika sudah menjauh dari dirinya dan lantas membuat gadis kecil itu memegang leher.“Kalung?” Cantika mengerutkan dahinya.“Iya, kalung. Daripada memakai barang yang rusak lebih baik kau memakai itu saja di lehermu.” Andika menjawab sambil menunjukkan cermin kecil kepada sang gadis. Cantika lantas segera mengambil cermin itu, ia pun melihat kalung yang diberikan oleh Andika. Kalung itu sangatlah cantik dan tidak berlebihan di mata, tetapi gadis tersebut tetap merasa sayang kepada kalung yang rusak. Kalau sampai Andika membelikan kalung baru untuknya, berarti keputusan lelaki itu tetap saja untuk membuang kalung rusak tersebut. “Tapi bagaimana dengan kalung itu?” Cantikan menoleh menatap lekat kepada Andika, terlihat guratan khawatir di wajahnya “Te

DMCA.com Protection Status