Tak Cantika pedulikan lagi tentang ponselnya yang jatuh. Gadis tersebut berlari ke kamar di mana Kartika dan Andika berada, tidak mungkin ia tak minta izin dari mereka berdua. Sehingga tanpa ada rasa ragu mengetuk pintu tersebut dengan cepat.
“Bisa tidak sih mengetuk pintunya pelan-pelan saja!” ketus Kartika dengan wajah sinisnya.Bukannya menjawab, bulir bening malah meluncur dengan deras dari kedua mata Cantika. Ia tak kuasa mengatakan apapun dari bibir mungilnya.Kartika merasa terkejut melihat itu, lantas mendorong Cantika untuk mundur supaya bisa menutup pintu kamar.“Cengeng banget jadi perempuan, dibentak sedikit saja nangis.” Kartika bersedekap dada, tak peduli dengan perasaan gadis itu.“Saya ingin izin pergi ke rumah sakit hari ini, karena keadaan ayah saya memburuk,” ucap Cantika terisak, tak dapat mengatakan dengan benar. “Paling ayahmu itu sebentar lagi akan mati. Jadi apa gunanya kau kAndika merasa tertampar dengan apa yang dikatakan oleh Cantika. Ia pun segera melepaskan cengkraman tangan dan beralih menatap keluar jendela.“Maaf,” gumam Andika pelan, nyaris tak terdengar di telinga.Cantika meringis kesakitan, lantaran pergelangan tangannya semakin terasa nyeri. Gadis itu pun memilih memijat perlahan, berharap akan mengurangi rasa sakitnya. Namun, malah bertambah sakit sehingga Andika menoleh ke arahnya.Kedua pasangan suami-istri itu bersitatap, tetapi hanya beberapa menit saja kembali memandang ke arah lain. Suasana pun menjadi sangat canggung.Waktu pun berjalan terasa lambat sekali untuk sampai ke rumah sakit yang dimaksud. Sesekali Andika akan melirik ke arah jam tangannya, sementara Cantika terus memainkan jemari mungil miliknya.“Tuan, kita sudah sampai di rumah sakit Merah Putih!”Perkataan sang sopir membuat Cantika bisa bernafas lega. Gadis itu lantas segera turun dari mobil mewah Rolls-Royce, memb
Andika terus memperhatikan wajah Cantika yang memerah. Gadis itu terlihat sangat cantik bahkan saat terpejam, bulu matanya yang lentik, hidungnya yang pesek dan kedua pipi yang memiliki lesung pipit menambah keimutan istri kecilnya.Sehingga tangannya tanpa sadar mulai mencubit kedua pipi Cantika dengan keras, membuat gadis tersebut meringis kesakitan.“Apa yang Anda lakukan, Tuan?” Cantika mengelus pipinya yang habis dicubit, wajahnya terlihat mengerut lantaran merasa kesakitan.Andika malah berbalik, lalu membuka kunci pintu itu. Lelaki tersebut keluar tanpa mengatakan apa pun. Membuat Cantika mengekor di belakang, ternyata di sana sudah ada satu suster yang menunggu dengan kertas di tangannya.“Ini resep obat, silahkan tebus di apotek.” Suster menyerahkan selembar kertas kepada Cantika.Cantika hanya bisa menutupi rasa malunya dengan tersenyum. Ia mengira, kalau suster itu sedari tadi menunggu pintu terbuka.
Tak Cantika duga, lelaki itu malah mengambil tangannya dan memaksa untuk menggenggam kartu beserta dengan uang tunai.Perlahan gadis itu membuka matanya, menatap ke arah Andika yang langsung masuk ke dalam mobil dan tak lama meninggalkan dirinya sendiri. Dengan terpaksa Cantika memasukkan kartu ke tempat yang aman, ia pun menghitung uang tunai yang diberikan oleh Andika. “Uang ada dua juta! Pantas banyak sekali.” Mulut Cantika menganga dengan lebar, ia terkejut mengetahui uang itu sangat banyak.Matanya melirik ke sekitar, memastikan apakah ada seseorang yang melihat Andika memberikan uang itu. Gadis tersebut pun bernapas lega, tatkala melihat orang yang sibuk dengan urusan masing-masing.Tangannya pun bergegas memasukkan uang tunai itu ke dalam dompet lusuh miliknya. Dompet yang sudah termakan usia tersebut sudah meronta-ronta untuk diganti, tetapi Cantika tidak memperdulikan hal itu. Menurutnya selama masih b
Cantika dengan sigap mengubah wajah tegangnya menjadi berekspresi datar. Namun, di dalam hati kecilnya masih menyimpan ingatan kelam saat bersama orang yang ada di depannya ini, sehingga membuat jantungnya berdebar dengan kencang.Sementara itu, orang yang berada di depannya tersebut lantas menjadi jarak. Karena sadar kalau gadis yang berada di depannya ini tengah menahan rasa takut. Orang tersebut adalah Jack, lelaki yang tak kalah tampan dengan Andika.“Kau jangan takut seperti itu kepadaku. Kau tahu sendiri kan ada seseorang yang membuat obat di dalam anggur, sehingga membuatku menjadi hilang kendali!” ucap Jack memberi alasan.“Tetapi kenapa Anda bisa berada di sini? Apakah anda mengikuti saya?” Cantika menaikkan sebelah alisnya, memandang Jack dengan penuh selidik.“Tidak, tidak! Aku sedang duduk di taman untuk menghirup udara segar sebentar, tetapi mataku tak sengaja melihatmu yang berjalan kemari. Beberapa kali aku meman
Wajah mereka sangat dekat, sehingga bisa saling mendengar napas masing-masing.Cantika mendesah, tak mengira kalau lelaki yang ada di depannya ini ingin memilikinya. Sayang, seluruh tubuh dan hidup, sudah dibeli oleh Andika. Walau hanya sampai memberikan keturunan, tetapi ia tak yakin apakah akan memakan waktu sebentar atau lama.Tangan mungil Cantika mulai melepaskan diri dari rengkuhan Jack. “Maafkan saya, Tuan! Saya tak bisa menjadi milik Anda.”“Kenapa? Kau akan menjadi satu-satunya ratu di dalam istanaku dan semua yang kau inginkan akan aku berikan. Jadi kau tak perlu menjadi pelayan rendahan hanya untuk mencari uang,” paksa Jack dengan segala macam rayuan.Cantika malah menggelengkan kepalanya pelan. “Saya tidak bisa!”Saat Jack ingin berbicara, datanglah asisten pribadi lelaki itu mengantarkan minuman yang dipesan.“Ini, Tuan.” Asisten itu menyerahkan dua minuman kepada Jack.“Be
Cantika memutar bola matanya, malas sekali rasanya baru datang sehabis menghibur diri tetapi sudah disambut oleh orang yang menyebalkan seperti Kartika.“Saya tak merayu, hanya kebetulan bertemu dengannya dan dia hanya mengucapkan permintaan maaf dengan tulus. Karena ulah orang lain,” sindir Cantika lantaran sudah jengah.“Apa katamu? Kau menyalahkanku?” tanya Kartika dengan nada tinggi.“Maaf, saya mau masuk ke dalam dulu. Karena saya sudah sangat lelah sekali, jadi berhubung Tuan sudah memberikan cuti satu hari saya bisa istirahat lebih awal.” Cantika bergegas masuk ke dalam, iya tak mau berlama-lama berdekatan dengan Kartika. Sementara Kartika, perempuan itu terus mengumpat kepada gadis yang baru saja pergi. Ia tak terima kalau Cantika melawan dengan perkataannya, sebagai adik madu ,gadis tersebut seharusnya menurut apa perintah istri pertama.Cantika merebahkan tubuh di kamarnya, rasa lelah yang dirasakan ole
“Maksudmu apa?” Kartika bertanya dengan keringat dingin membanjiri dahinya.“Ya, apalagi kalau terjadi sesuatu di antara kalian berdua!” bentak Andika dengan wajah memerah.Pikiran Andika melalang buana, lantaran mengetahui bahwa sang istri sangat dekat dengan adik kandungnya sendiri. Membuat tingkah posesifnya semakin menjadi, padahal lelaki itu tahu kalau Arel sedarah dengan Kartika. Wajah Kartika yang semula pucat dan tegang, langsung mendadak berubah.“Kamu ini ada-ada saja! Mana mungkin kami memiliki hubungan seperti yang kamu maksud, kami adalah kakak-beradik kandung,” terang Kartika sembari tertawa keras. Perempuan tersebut tertawa sangat keras seperti apa yang dikatakan suaminya itu sangat lucu. Tangannya pun mulai melingkar di leher Andika, ekspresi manja dan senyuman paling manis ukir di bibir.“Kamu tahu, kamu adalah lelaki yang paling aku cintai lebih dari siapapun. Wanita mana yang tak
Namun, beberapa menit menggoyangkan tubuh sang suami dengan kuat. Andika malah tak terbangun dan terdengar suara dengkuran pelan dari mulut lelaki itu.“Oh, ternyata kamu hanya tertidur. Baiklah, selamat tidur, suamiku.” Senyuman tipis terukir di bibir Kartika, ia mengenakan pakaian bagus dan pergi keluar.Kartika terus melangkahkan kakinya dengan anggun masuk ke dalam mobil sport mewahnya, pemberian dari Andika saat ulang tahunnya tahun lalu.**Pagi hari Andika bangun dengan kepala yang terasa sangat berat, tetapi saat matanya melirik ke arah lain melihat wajah cantik sang istri sedang tertidur tepat di sampingnya.“Em, ada apa?” Kartika mengucek matanya beberapa kali, ia menguap pertanda mengantuk.“Kenapa aku bisa tertidur? Bukankah kita ingin melakukan itu tadi malam?” Andika memegangi kepalanya yang terasa nyeri.“Melakukan apa? Bukankah tadi malam kamu langsung tertidur setelah datang dari kantor?” Kartika beranjak dari duduknya, ia mengambil jubah untuk pergi mandi.Andika mem