Cantika dengan sigap mengubah wajah tegangnya menjadi berekspresi datar. Namun, di dalam hati kecilnya masih menyimpan ingatan kelam saat bersama orang yang ada di depannya ini, sehingga membuat jantungnya berdebar dengan kencang.
Sementara itu, orang yang berada di depannya tersebut lantas menjadi jarak. Karena sadar kalau gadis yang berada di depannya ini tengah menahan rasa takut. Orang tersebut adalah Jack, lelaki yang tak kalah tampan dengan Andika.“Kau jangan takut seperti itu kepadaku. Kau tahu sendiri kan ada seseorang yang membuat obat di dalam anggur, sehingga membuatku menjadi hilang kendali!” ucap Jack memberi alasan.“Tetapi kenapa Anda bisa berada di sini? Apakah anda mengikuti saya?” Cantika menaikkan sebelah alisnya, memandang Jack dengan penuh selidik.“Tidak, tidak! Aku sedang duduk di taman untuk menghirup udara segar sebentar, tetapi mataku tak sengaja melihatmu yang berjalan kemari. Beberapa kali aku memanWajah mereka sangat dekat, sehingga bisa saling mendengar napas masing-masing.Cantika mendesah, tak mengira kalau lelaki yang ada di depannya ini ingin memilikinya. Sayang, seluruh tubuh dan hidup, sudah dibeli oleh Andika. Walau hanya sampai memberikan keturunan, tetapi ia tak yakin apakah akan memakan waktu sebentar atau lama.Tangan mungil Cantika mulai melepaskan diri dari rengkuhan Jack. “Maafkan saya, Tuan! Saya tak bisa menjadi milik Anda.”“Kenapa? Kau akan menjadi satu-satunya ratu di dalam istanaku dan semua yang kau inginkan akan aku berikan. Jadi kau tak perlu menjadi pelayan rendahan hanya untuk mencari uang,” paksa Jack dengan segala macam rayuan.Cantika malah menggelengkan kepalanya pelan. “Saya tidak bisa!”Saat Jack ingin berbicara, datanglah asisten pribadi lelaki itu mengantarkan minuman yang dipesan.“Ini, Tuan.” Asisten itu menyerahkan dua minuman kepada Jack.“Be
Cantika memutar bola matanya, malas sekali rasanya baru datang sehabis menghibur diri tetapi sudah disambut oleh orang yang menyebalkan seperti Kartika.“Saya tak merayu, hanya kebetulan bertemu dengannya dan dia hanya mengucapkan permintaan maaf dengan tulus. Karena ulah orang lain,” sindir Cantika lantaran sudah jengah.“Apa katamu? Kau menyalahkanku?” tanya Kartika dengan nada tinggi.“Maaf, saya mau masuk ke dalam dulu. Karena saya sudah sangat lelah sekali, jadi berhubung Tuan sudah memberikan cuti satu hari saya bisa istirahat lebih awal.” Cantika bergegas masuk ke dalam, iya tak mau berlama-lama berdekatan dengan Kartika. Sementara Kartika, perempuan itu terus mengumpat kepada gadis yang baru saja pergi. Ia tak terima kalau Cantika melawan dengan perkataannya, sebagai adik madu ,gadis tersebut seharusnya menurut apa perintah istri pertama.Cantika merebahkan tubuh di kamarnya, rasa lelah yang dirasakan ole
“Maksudmu apa?” Kartika bertanya dengan keringat dingin membanjiri dahinya.“Ya, apalagi kalau terjadi sesuatu di antara kalian berdua!” bentak Andika dengan wajah memerah.Pikiran Andika melalang buana, lantaran mengetahui bahwa sang istri sangat dekat dengan adik kandungnya sendiri. Membuat tingkah posesifnya semakin menjadi, padahal lelaki itu tahu kalau Arel sedarah dengan Kartika. Wajah Kartika yang semula pucat dan tegang, langsung mendadak berubah.“Kamu ini ada-ada saja! Mana mungkin kami memiliki hubungan seperti yang kamu maksud, kami adalah kakak-beradik kandung,” terang Kartika sembari tertawa keras. Perempuan tersebut tertawa sangat keras seperti apa yang dikatakan suaminya itu sangat lucu. Tangannya pun mulai melingkar di leher Andika, ekspresi manja dan senyuman paling manis ukir di bibir.“Kamu tahu, kamu adalah lelaki yang paling aku cintai lebih dari siapapun. Wanita mana yang tak
Namun, beberapa menit menggoyangkan tubuh sang suami dengan kuat. Andika malah tak terbangun dan terdengar suara dengkuran pelan dari mulut lelaki itu.“Oh, ternyata kamu hanya tertidur. Baiklah, selamat tidur, suamiku.” Senyuman tipis terukir di bibir Kartika, ia mengenakan pakaian bagus dan pergi keluar.Kartika terus melangkahkan kakinya dengan anggun masuk ke dalam mobil sport mewahnya, pemberian dari Andika saat ulang tahunnya tahun lalu.**Pagi hari Andika bangun dengan kepala yang terasa sangat berat, tetapi saat matanya melirik ke arah lain melihat wajah cantik sang istri sedang tertidur tepat di sampingnya.“Em, ada apa?” Kartika mengucek matanya beberapa kali, ia menguap pertanda mengantuk.“Kenapa aku bisa tertidur? Bukankah kita ingin melakukan itu tadi malam?” Andika memegangi kepalanya yang terasa nyeri.“Melakukan apa? Bukankah tadi malam kamu langsung tertidur setelah datang dari kantor?” Kartika beranjak dari duduknya, ia mengambil jubah untuk pergi mandi.Andika mem
Semua pelayan bergegas pergi dari sana tanpa bertanya lagi. Sementara Cantika, ia berusaha berdiri dengan tegak dan tak menunjukkan ekspresi wajah ketakutan. Lagi pula menjadi pelayan di sini bukanlah kemauan Cantika, jadi ia merasa tak memiliki salah sehingga harus menanggung kemarahan dari Andika sang suami. Lelaki itu berjalan dengan langkah lebarnya ke arah Cantika. Tangan Andika langsung mencengkram rahang gadis muda itu dengan sorot mata yang menyala. “Kau bermaksud menghinaku dengan melakukan pekerjaan pelayan rendahan seperti ini?!”Cantika melirik ke arah Kartika, perempuan itu terlihat gemetaran saat mendengar pertanyaan dari suami mereka.“Kenapa kau melihat ke sana? Apa dia lagi yang menyuruhmu melakukan ini?” Andika bertanya dengan suara tinggi, ia tak mentoleransi kesalahan sedikit pun walau orang itu adalah perempuan yang cintainya.Kartika tak berani bersuara, perempuan itu sedari tadi menundukkan kepalanya. Ia hanya memainkan jari tangannya, tak terlihat seperti Kar
“Gadis mana yang kau maksudkan? Aku tak paham kalau kau tak menyebutkan namanya.” Dahi Andika mengerut, tak mengerti siapa yang dimaksud.“Tentu saja gadis yang melayani aku kemarin saat di rumahmu itu. Dia tak memberitahukan namanya walaupun aku meminta, bukankah gadis itu sangat menarik sekali?” kekeh Jack dengan senyuman tipis terukir di bibirnya. Tangan Andika mengepal dengan kuat, rahangnya mengeras, dengan gigi terus bergemeretak sedari tadi. Namun, ia harus menahan amarahnya di sini, lantaran tak ingin membuat pertemanan bisnis dengan Jack hancur berantakan.“Akan aku pertimbangkan, tetapi kalau dia tak mau aku tidak bisa memberikannya kepadamu,” terang Andika, ia langsung mengambil posisi duduk di seberang Jack.Jack menatap Andika dengan dalam, bibirnya terus tersenyum dari tadi. “Tak masalah bagiku, yang paling penting kau telah menyetujuinya. Soal dia mau atau tidak, aku akan membujuknya dengan berbagai cara.”
Kartika sangat marah lantaran mengetahui kalau kamar yang ingin ia masuki ternyata terkunci. Perempuan itu pun mulai menduga kalau Cantika lah yang menghuni kamar tersebut, sehingga membuatnya menjadi semakin marah dan mulai menggedor-gedor pintu dengan kuat karena gadis tersebut tidak membukakan sedari tadi.Cantika membiarkan dulu kakak madunya menggedor-gedor pintu itu, ia memilih untuk memasang pakaian terlebih dahulu. Karena tak ingin membukakan pintu dengan kondisi yang sekarang. Setelah memakai pakaian lengkap, ia baru melangkahkan kaki membuka pintu tersebut. Pertama yang dilihat Cantika adalah Kartika sedang merengut dengan tangan dilipat di dada.“Lama sekali kamu bukakan pintu untukku! Kau pikir kau siapa membuat aku menunggu di sini setengah jam lamanya.” Kartika menggerutu dengan tangan tetap bersedekap di dada, ia sangat geram sekali dengan ulah gadis tersebut.“Saya baru saja selesai mandi, jadi saya tentu saja memakai pakaian terl
“Mulutmu sangat tajam, berbanding terbalik dengan tubuhmu yang kecil. Kalau kau seperti itu, yang ada kau akan binasa.” Mata elang Andika menatap tajam kepada Cantika, tatapan itu begitu mengintimidasi gadis kecil tersebut. “Saya hanya mengatakan sebuah kejujuran saja, tetapi sepertinya Anda tidak ingin mendengar apa yang saya katakan.” Cantika menegakkan tubuh, ia tak ingin terlihat gemetar di depan Andika.Cantika sedang menahan dirinya untuk tidak gemetaran, ia berusaha menahan mati-matian. Apalagi gadis itu merasa sangat terintimidasi dengan tatapan tajam dari Andika, mata elang sang suami sungguh sangat menakutkan “Sudahlah, lupakan saja. Aku menjadi malas untuk datang ke kamarmu lagi kalau kau seperti ini.” Andika berjalan meninggalkan Cantika.‘Ya-ya pergi saja Anda dari sini.’ gumam Cantika di dalam hati.“Oh, ya. Kau tunggu Jeremy, mungkin dia akan datang sebentar lagi. Aku harap kau menerima yang dia b