“Mulutmu sangat tajam, berbanding terbalik dengan tubuhmu yang kecil. Kalau kau seperti itu, yang ada kau akan binasa.” Mata elang Andika menatap tajam kepada Cantika, tatapan itu begitu mengintimidasi gadis kecil tersebut.
“Saya hanya mengatakan sebuah kejujuran saja, tetapi sepertinya Anda tidak ingin mendengar apa yang saya katakan.” Cantika menegakkan tubuh, ia tak ingin terlihat gemetar di depan Andika.Cantika sedang menahan dirinya untuk tidak gemetaran, ia berusaha menahan mati-matian. Apalagi gadis itu merasa sangat terintimidasi dengan tatapan tajam dari Andika, mata elang sang suami sungguh sangat menakutkan“Sudahlah, lupakan saja. Aku menjadi malas untuk datang ke kamarmu lagi kalau kau seperti ini.” Andika berjalan meninggalkan Cantika.‘Ya-ya pergi saja Anda dari sini.’ gumam Cantika di dalam hati.“Oh, ya. Kau tunggu Jeremy, mungkin dia akan datang sebentar lagi. Aku harap kau menerima yang dia b“Kamu tahu sendirikan, Sayang. Kalau Arel tak suka dengan keramaian, jadi dia cocok di kamar yang Cantika huni. Lagi pula gadis itu bisa memilih kamar lain, tak masalah kan kalau Arel memakai kamar itu? Lagi pula kamu tak berniat untuk mengatakan kepada seluruh dunia kalau memiliki istri selain aku, kan?” Wajah Kartika dibuat menyedihkan, ia menatap sang suami lekat.“Memang kenapa kalau aku berniat mengatakannya kepada seluruh dunia, kalau aku memiliki dua istri?” bukannya menjawab, Andika malah memberikan pertanyaan kepada sang istri, “bukankah kau sendiri yang meminta aku menikahinya?”“Tapi aku tidak mau kamu memperkenalkan orang lain sebagai istrimu di depan seluruh kolega, rekan bisnis dan orang lain sekali pun!” rengek Kartika dengan wajah sedihnya.“Kamu cemburu?” Andika merapatkan tubuhnya kepada sang istri.“Tidak. Hanya saja, aku merasa akan sangat malu kalau semua orang mengetahui aku bukanlah istri yang sempurna da
“Aku tidak mau harus makan dengan dia di satu meja yang sama!” tolak Kartika dengan sangat ketus.“Alasannya apa sehingga kamu menolak?” Andika menoleh menatap sang istri, wajahnya berekspresi datar.“Ya aku tidak mau saja.” Kartika melipat tangannya di dada, raut wajahnya terlihat tak suka.“Bukannya kamu sendiri yang meminta aku menikah dengannya? Jadi seharusnya kamu tak masalah kalau dia duduk bersama dengan kita di sini, karena dia juga adalah istriku!” terang Andika mengatakan sebenarnya.Lagi pula Andika memiliki tanggung jawab kepada Cantika, karena gadis itu adalah istrinya juga. Sehingga tak mungkin ia lepas tangan terhadap orang yang sudah dinikahi. Menurutnya lelaki paling buruk adalah lelaki yang tak bertanggung jawab dengan istrinya.Walau pun Andika tak menginginkan pernikahan ini, tetapi itu bukanlah alasan untuk melepaskan tanggung jawab yang sudah dipikul.Jemari Kartika mengelus le
Cantika yang masih memejamkan matanya, merasa kalau tangan Andika menyentuh pipinya. Tepatnya bukan menyentuh, tetapi seperti seseorang yang sedang mengelap sesuatu di wajahnya dengan tangan. Tak lama gadis itu tak merasakan kalau Andika berada di dekatnya lagi. Sehingga ia membuka matanya sedikit untuk mengintip, benar saja kalau lelaki itu sedang mengaduh minumannya.“Apa yang sedang kau pikirkan? Cepat habiskan makananmu! Nanti para pelayan akan datang kemari, aku akan tetap menutupi identitasmu sebagai istri keduaku. Karena tak mau mendengar sesuatu yang merepotkan seperti rumor buruk tentang aku dan istriku yang mendapatkan anak dari rahim wanita lain.” Andika berkata sambil menyeduh minumannya. Cantika yang awalnya berdebar langsung tersenyum kecut, gadis itu segera makan dengan cepat. “Usahakan mereka tak tahu dengan identitasmu sekarang!” titah Andika menatap lekat Cantika.“Tapi mereka sudah mengetahui
Setelah Cantika menampar lelaki asing itu, bukannya membalas lelaki tersebut malah tertawa sambil memegangi pipinya. Sehingga membuat ia menjadi menaikan sebelah alisnya.Belum sempat Cantika bertanya, Kartika malah datang mendekat dengan setengah berlari.“Arel, ternyata kau di sini. Itu bukan kamar yang akan kau tempati, tetapi kamarmu berada di depan.” Kartika melirik sinis kepada Cantika. “apa dia melakukan sesuatu kepadamu?”Mendengar pertanyaan Kartika itu, membuat Cantika mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia tahu pasti kalau lelaki tersebut akan mengadu tentang apa yang dirinya lakukan tadi.“Dia tidak melakukan sesuatu, kalau begitu ayo kita ke kamar baru.” Arel merangkul Kartika untuk menjauh, tetapi ia mengedipkan sebelah matanya kepada Cantika. Cantika bergidik melihat tingkah laku lelaki tersebut, tetapi sekaligus dirinya merasa heran. Kenapa lelaki itu tidak mengadukan kalau ia telah menampar. “Arel? Sepertiny
Cantika menatap kedua orang itu dengan raut wajah bingung, ia merasa kebingungan karena tingkah kedua lelaki tersebut.“Kau pilih yang mana?” tanya Arel dan Andika serempak.“Terserah sih kau pilih yang mana? Tapi tentu seharusnya aku dong, supaya kita semakin akrab.” Arel menyodorkan gelasnya semakin dekat kepada Cantika.“Apa yang kau maksud itu? Tentu saja dia harus memilih punyaku, karena tentu saja aku …, kerabat jauhnya.” Andika mengatakannya itu sambil beberapa kali berdehem, hampir saja keceplosan perihal ia adalah suami dari Cantika.Gadis itu menatap kedua lelaki yang saling berdebat satu sama lain, tetapi ia sangat haus sekali sehingga memilih untuk mengambil air minum sendiri. Sehingga membuat Arel dan Andika melongo bingung.‘Kenapa kalian menatapku seperti itu? Lagi pula bukankah lebih enak ambil sendiri tanpa pusing memilih harus mengambil yang mana!’ Cantika menggerutu di dalam hatinya.
“Memang apa yang akan kulakukan sehingga kau ingin menjerit seperti itu?” Andika bertanya dengan nada membentak.Cantika yang masih gemetaran mendongak menatap sang suami. Ia terlihat sangat ketakutan, tetapi tak dapat mengatakan apa pun.“Ck, kau ini adalah gadis yang menyebalkan! Padahal aku hanya ingin mengelus kepalamu, tetapi aku malah terlihat seperti penjahat!” Andika menatap tajam kepada Cantika, ia menjadi merasa sangat kesal.Cantika berusaha menetralkan perasaannya, untuk menenangkan tubuhnya yang gemetar. Namun, selalu saja terbayang-bayang tentang ingatan malam pertama itu. Membuat gadis tersebut tak kuasa untuk menghentikan ketakutannya sendiri.Andika menatap nanar sang istri, Ia pun menjadi menghela nafas, “Kalau kau tidak nyaman dengan kehadiranku di sini, aku akan pergi!”Andika memilih melangkahkan kakinya keluar, tetapi baru beberapa langkah ia menoleh. Lelaki itu melihat kalau sang gadis tak a
Sehingga membuat Andika menjadi terjatuh ke lantai, tetapi bukannya menolong Cantika malah terlihat ketakutan dan kabur dari sana. Gadis itu memilih mengintip dari balik dinding, terlihat Kartika dan Arel membantu Andika untuk berdiri. “Sayang, kenapa kamu bisa jatuh seperti ini?” Kartika bertanya dengan nada khawatir, ia bahkan menatap setiap inci tubuh suaminya.“Iya benar. Kakak bisa sih jatuh seperti ini?” tanya Arel menimpali.Andika melirik kepada Cantika yang mengintip mereka bertiga. “Tadi ada tikus yang menyebalkan, dia membuat aku terjatuh.”“Bagaimana sih kerjanya pelayan di rumah ini? Jadi bisa-bisanya ada tikus di rumah, apa aku perlu memarahinya, Sayang?” Kartika bergelayut di lengan Andika dengan manja.“Tidak perlu. Nanti aku yang akan memberi pelajaran kepada tikus itu sendiri, Karena dia sudah berani sekali denganku.” Andika melirik sinis kepada Cantika. Cantika be
Namun, tak diduga oleh mereka semua Andika malah tersenyum dengan sangat lebar. Senyuman yang seharusnya menjadi membuat orang tenang, malah membuat orang menjadi semakin gelisah lantaran senyuman yang terlihat kentara kalau terpaksa.“Ternyata adikmu ini sangat manis ya, Kartika. Sampai membuat aku sangat senang sekali.” Andika berkata sambil tersenyum tampak terpaksa.Kartika tidak tahu menanggapi apa, perempuan itu hanya menganggukkan kepala dan mengukirkan senyum tipis di bibirnya.“Maafkan aku, kalau perkataanku menyinggung perasaanmu. Karena mau bagaimana pun kau adalah suami kakakku dan aku pun menumpang di rumahmu,” ucap Ariel dengan tatapan memelas.Lelaki muda itu sadar diri dengan kondisinya sekarang, karena ia hanya menumpang di rumah Andika.“Baguslah kalau kau sadar akan posisimu, usahakan kalau menumpang di rumah orang jangan berbicara omong kosong.” Andika mengelap mulutnya dengan sapu tangan, ia p
Andika menendang pintu rumah Kartika dengan kuat sampai membuat pintu tersebut terbuka lebar. Terlihat di sana perempuan itu sedang memakai masker wajah dan hanya menggunakan jubah mandi saja duduk di ruang tamu. “Kalau masuk seharusnya ketuk dulu pintunya, jangan malah didobrak seperti itu.” Kartika melepas timun yang berada di matanya, ia terlihat tenang menatap Andika. “Untuk apa aku mengetuk pintumu? Sedangkan aku datang kemari bukan untuk berbicara baik-baik!” Andika mendekat dan menarik jubah Kartika supaya perempuan itu berdiri. Akan tetapi, tak diduga oleh Andika Kartika terlihat sangat tenang sekali, tidak ada raut ketakutan yang terukir di wajah perempuan tersebut. Sehingga membuat ia menjadi merasa sangat heran sekali. “Lepaskan dulu!” Kartika menepis tangan Andika dengan kasar, tetapi tak kunjung membuat lelaki itu melepaskan cengkraman.“Katakan dulu di mana Cantika! Aku sangat yakin kalau kau yang menyembunyikannya!” Mata elang Andika menatap penuh mengintimidasi kep
Andika yang bagus saja pulang dari bekerja merasa sangat lelah sekali. Alhasil ia ingin menemui Cantika supaya bisa menghilangkan rasa penat dirasa. Akan tetapi, sudah mencari kesana-kemari gadis kecil tersebut tidak berada di manapun. Andika menjadi melangkah untuk mencari keberadaan Cantika. Lelaki tersebut membuka semua ruangan yang berada di dalam kediamannya, tanpa terlewat satu pun sampai di tempat terakhir, yaitu kamar Maura.Kamar Maura yang tidak dikunci membuat gadis di dalamnya menjadi terkejut dan langsung beranjak dari duduknya saat pintu dibuka tanpa permisi. Ia terlihat takut-takut menatap ke arah Andika, lantaran ekspresi dari lelaki itu sangat berbeda dari biasanya. Yaitu lebih dingin dan kejam. “Ke mana Cantika? Aku sudah mencarinya di seluruh kediaman ini, tetapi dia tidak kunjung terlihat di manapun!” Andika menatap penuh selidik kepada Maura. Maura menjadi gelagapan lantaran yang merasa terkejut karena s
“Tidak mungkin! Anda pasti berbohong kepada saya!” Cantika menggeleng kepalanya pelan sambil semakin derasnya linangan air mata.Kartika tersenyum tipis menatap Cantika. “Mulutmu berkata tidak percaya, tetapi hatimu malah membenarkan apa yang aku katakan.”Cantikan menyentuh kedua pipinya yang sekarang sudah basah akibat linangan air mata semakin deras. Ia dengan cepat mengambil tisu yang berada di depan mata.“Dia memang yang menabrak ayahmu, coba kau tanyakan saja kepada dia. Tapi pasti dia akan berbohong kepadamu, karena orang seperti dia mana mungkin mengakui kesalahannya dengan mudah seperti itu.” Kartika menepuk pundak Cantika, ia pun kemudian pergi menjauh dari sana.Karena Kartika tahu sekarang sudah hampir lima menit, membuat ia memilih untuk pergi lebih awal, supaya tidak ketahuan oleh para penjaga Cantika. Saat perempuan tersebut melewati satu meja, ia menatap dan menganggukkan kepala kepada orang yang duduk di sana.Orang itu
Cantika membelalakkan mata menatap Kartika yang sekarang berdiri di depan matanya. Namun, seketika ia baru saja teringat kalau perempuan itu dilarang untuk mendekati dirinya. “Bukankah Anda dilarang untuk bertemu dengan saya, tetapi kenapa Anda malah mengatakan omong kosong itu supaya saya datang kemari?” Cantika menaikkan sebelah alisnya menatap ke arah Kartika. Kartika berdecak kesal mendengar hal itu, karena ia merasa kalau Cantika mengira adalah seseorang yang pantas untuk ia temui, padahal nyatanya tidak seperti itu. Semuanya ia lakukan untuk dirinya sendiri, perempuan tersebut tidak peduli apapun yang terjadi kepada gadis kecil itu. Hanya saja Kartika harus menahan diri, supaya tidak terlalu terlihat kalau ia sekarang disuruh oleh Jack dan tentu saja tujuannya ingin mendapatkan Andika, sumber uang yang tak akan pernah habis. “Sebaiknya kita duduk dulu di sana, karena aku sudah memesan tempat khu
Mata Cantika menjadi berkaca-kaca menatap isi pesan tersebut, sehingga ia tanpa sadar menjatuhkan bulir bening dari kedua sudut matanya. Dengan cepat ia menyeka, lantaran ia sadar kalau pesan dari orang tak dikenal itu bisa saja hanyalah kebohongan belaka.Akan tetapi, Cantika tetap saja merasa kalau kepikiran dengan pesan tersebut. Sehingga mulai membuat ia menjadi terus melamun. “Kau kenapa? Bukankah kau seharusnya sangat senang karena sudah habis berbelanja?” Andika menatap lekat ke arah Cantika yang berada di sampingnya.Karena sekarang malam hari, mereka sedang tidur bersama di satu ranjang yang sama. Andika jadi melihat kalau Cantika terus saja melamun sedari tadi, padahal dirinya tahu kalau seorang perempuan pasti akan sangat suka sekali berbelanja sama seperti Kartika. Kartika saja sangat senang sekali setiap habis berbelanja, sehingga perempuan tersebut menjadi bersikap manis kepadanya, tetapi Cantika malah sedari ta
Maura menjadi gelagapan melihat Cantika yang tiba-tiba pingsan. Alhasil ia tak bisa berpikir jernih dan malah menjadi mondar-mandir lantaran merasa bingung melakukan apa kepada gadis pingsan di depan mata. Ingin memanggil seseorang untuk meminta bantuan, tetapi Maura terlalu takut untuk melakukan hal itu. Alhasil sekarang ia berusaha untuk membawa Cantika dengan susah payah ke ranjang, tak lupa ia pun pergi ke dapur untuk menyiapkan teh panas dan mengambil minyak angin di dalam kamarnya sendiri. Saat Maura masuk ke dalam kamar Cantika masih tak sadarkan diri, membuat ia mengoleskan minyak angin ke perut gadis tersebut dan tak lupa menciumkan aromanya ke hidung. Tak menunggu waktu lama, akhirnya gadis itu tersadar membuat perasaan ia menjadi sangat lega sekali melihat itu.“Sebaiknya kau bangun secara perlahan, karena kau habis pingsan di kamar mandi. Beruntung aku cepat menangkapmu.” Maura membantu Cantika untuk duduk secara perlahan.
Akan tetapi, Jack malah memaksa untuk Kartika mengikutinya masuk ke dalam mobil, membuat perempuan tersebut tidak memiliki pilihan lain sehingga ikut masuk ke dalam “Apa yang ingin kau tanyakan kepadaku? Tanyakan saja!” Jack menatap lekat ke arah Kartika. “Aku hanya ingin bertanya, kenapa kau ingin membantuku? Walaupun hubungan kalian tidak terlalu baik, tetapi kau bukanlah orang yang bisa menghianatinya karena bisnis kalian itu.” Kartika bersedekap dada sambil menatap Jack dengan tatapan penuh selidik.Jack tertawa dengan keras, “Kau ingin aku menjawab jujur atau berbohong?” tanyanya. “Tentu saja jujur. Siapa yang ingin dibohongi oleh seseorang?” ucap Kartika dengan tegas.Kartika terus saja memperhatikan ke arah Jack, karena ia berpikir kalau lelaki itu pasti memiliki sesuatu yang diinginkan. Sehingga membuat ia memilih untuk berhati-hati, takutnya kalau Jack akan meminta sesuatu yang tak dapat dirinya kabulk
Hanya umpatan yang bisa dikatakan Kartika saat i, ia tidak bisa memberikan pelajaran kepada Cantika. Karena setelah apa yang Lisa lakukan tadi membuat Andika menjadi menempatkan dua orang menjaga gadis kecil itu. Akan tetapi, saat perempuan itu ingin mengikuti Cantika lagi. Ada sentuhan di pundaknya, membuat Kartika menjadi ragu untuk menoleh lantaran mengira kalau orang itu adalah penjaga yang menjaga gadis tersebut. “Rupanya sekarang aku ketahuan,” gumam Kartika pelan. “Ketahuan oleh siapa?” Jack yang berada di belakang mengerutkan dahinya Kartika sadar kalau seseorang yang berada di belakangnya bukanlah penjaga yang menjaga Cantika, membuat ia menjadi menoleh menatap lelaki tampan di belakangnya.“Oh, hai, Jack!” sapa Kartika dengan lembut“Kau sekarang baru saja terlihat ramah, tadi padahal selalu mengepalkan tangan dengan wajah yang sangat merah,” ejek Jack dengan tertawa kecil.
Cantika merasakan ada sesuatu yang dingin menyentuh lehernya, ia pun membuka matanya secara perlahan untuk melihat. Pertama kali yang ia lihat adalah Andika sudah menjauh dari dirinya dan lantas membuat gadis kecil itu memegang leher.“Kalung?” Cantika mengerutkan dahinya.“Iya, kalung. Daripada memakai barang yang rusak lebih baik kau memakai itu saja di lehermu.” Andika menjawab sambil menunjukkan cermin kecil kepada sang gadis. Cantika lantas segera mengambil cermin itu, ia pun melihat kalung yang diberikan oleh Andika. Kalung itu sangatlah cantik dan tidak berlebihan di mata, tetapi gadis tersebut tetap merasa sayang kepada kalung yang rusak. Kalau sampai Andika membelikan kalung baru untuknya, berarti keputusan lelaki itu tetap saja untuk membuang kalung rusak tersebut. “Tapi bagaimana dengan kalung itu?” Cantikan menoleh menatap lekat kepada Andika, terlihat guratan khawatir di wajahnya “Te