Share

Istri Manja, Tuan Lucas Menjalankan Hukum Keluarga Lagi
Istri Manja, Tuan Lucas Menjalankan Hukum Keluarga Lagi
Author: Ringan

Bab 1

Di gang gelap nan sunyi, satu-satu penerangan yang ada hanya berasal dari lampu jalan yang berkedap-kedip.

Ketika Winny hendak menuju ujung gang, tiba-tiba seseorang menariknya dengan kuat dan menyeretnya ke sudut lorong yang gelap dan sepi.

Seketika, dua pria berbau alkohol yang sedari berdiri di samping tembok menerjang ke arah Winny begitu melihatnya dan mereka mulai mengoyak-ngoyak pakaian yang dia kenakan.

Bau alkohol yang menyengat serta tindakan kasar dari para pemabuk itu sontak membuat Winny ketakutan dan memberontak mati-matian.

“Tolong!”

“Siapapun! Tolong aku!!”

“Plak! Plak!”

Dua tamparan keras seketika dilayangkan ke pipi Winny oleh salah satu pemabuk itu.

“Teriak apa kau! Berani sekali kamu berteriak!”

“Mau kamu teriak sampai suarumu pecah pun, tidak ada yang akan menolongmu! Diam, sebentar lagi abang akan membuatmu merasa enak.”

……

Sebuah mobil Mayback hitam tiba-tiba berhenti di depan mulut gang, perlahan kaca jendela mobil tersebut turun dan menampilkan sepasang mata yang dingin yang memandang ke arah kekerasan yang sedang terjadi.

“Tuan Muda Ketiga, apakah perlu dihentikan ?” tanya supir dengan suara pelan.

“Lanjut jalan!” jawab pria yang dipanggil Tuan Muda Ketiga itu sembari menggelengkan kepala.

Di saat bersamaan, Winny yang di kondisi pakaiannya sudah terkoyak tak beraturan, semakin memberontak mati-matian saat melihat kemuculan mobil itu.

“Tolong!”

“Kumohon, tolong aku!”

Melihat Winny yang masih memiliki tenaga untuk berteriak, para pemabuk melayangkan kembali dua tamparan yang lebih kuat dari sebelumnya dan menekan tubuhnya dengan kencang. Ketika Winny hampir putus asa saat menyaksikan roknya hendak dilepas, mobil yang sedang berjalan menjauh tersebut mendadak berhenti.

Pintu mobil terbuka, lalu turun dua sosok pria bertubuh tinggi besar. Sosok pria yang berada paling depan memiliki tubuh tinggi nan ramping dengan balutan kemeja putih tanpa logo apapun, namun dia memancarkan aura elegan dan berkelas, seolah-olah bersinar di di antara kegelapan malam.

Pria tersebut menatap lekat-lekat Winny yang dalam kondisi menyedihkan, seolah-oleh ingin melihat jelas wajahnya.

Sayangnya, dikarenakan penerangan yang minim, pria itu tidak dapat melihat jelas wajahnya, hanya suara rintihan meminta tolong yang terdengar dan terasa begitu familiar di ingatannya.

Pria itu menyipitkan matanya, sekelebat emosi sekilas melintas di mata dinginnya, “Andre, ambil senjata, hajar sampai mati!”.

Kedua pria yang berdiri di belakang segera berlari menuju sudut gang dan mengejutkan para pemabuk yang sedang asyik dengan aksi bejat mereka

Para pemabuk yang mendengar suara langkah mendekat sontak menghentikan kegiatan mereka.

“Berani sekali merusak kesenangan kami. Kalian tidak tahu ini wilayah kekuasaan siapa, hah!” Teriak salah satu para pemabuk.

Winny masih bisa melihat jelas wajah pria yang memerintah dua pria lainnya, meski kepalanya berdengung kencang akibat tamparan yang bertubi-tubi.

Lucas!

Ternyata pria itu adalah Tuan Muda Ketiga dari Keluarga Sanjaya, yang merupakan pamannya meskipun hanya sebatas nama di atas kertas.

Mata Lucas berkilat marah dan terus menatap tajam ke arah Winny, bagaikan predator yang sedang mengawasi mangsanya dalam kegelapan.

Otak Winny seketika berhenti bekerja, rasa gelisah dan ketakukan mulai menyergap hatinya.

Di momen itu, dia sudah berhasil melepaskan diri dari cengkraman para pemabuk tersebut, dia bergegas meraih tasnya yang tergeletak di tanah, lalu berlari sekuat tenaga ke arah ujung gang.

Tak berselang lama, Winny dapat mendengar jeritan para pemabuk tersebut di antara suara gaduh perkelahian sengit di belakangnya, namun dia mengabaikannya dan terus berlari bagaikan tengah dikejar hantu.

Setelah berlari tanpa tahu berapa lama, akhirnya Winny berada di jalanan yang dipenuhi cahaya lampu dan hiruk-pikuk pedagang kaki lima.

Setelah melihat pemandangan tersebut di hadapannya, Winny bersandar di sudut tembok dan mengendalikan napasnya yang terengah-engah.

Lucas, dia sudah kembali ?

Bukankah dia bilang akan pergi selama lima tahun ? Mengapa dia kembali dalam tiga tahun ?

Apakah tadi dia melihatnya?

Dia tidak mungkin mengenalinya, kan? Apalagi di saat itu begitu gelap.

Tapi, bagaimana mungkin seorang berdarah dingin seperti dia akan turun menyelamatkan orang ?

Dalam ingatannya, bahkan jika seseorang mati di depannya, pria itu tidak akan berkedip. Bagaimana mungkin dia mendadak menjadi murah hati dan menyelamatkannya?

Winny menggeleng – gelengkan kepala,Tidak, dirinya sudah di titik terendah, tidak boleh membiarkan pria itu melihat dirinya dalam keadaan yang begitu menyedihkan.

Winny kemudian berdiri dan mulai membetulkan pakaiannya dalam kondisi menyedihkan dan beranjak pergi.

Tiba-tiba, ponsel di dalam tasnya berdering.

“Win, besok siang, pulanglah ke rumah Keluarga Sanjaya untuk makan siang. Pamanmu baru kembali dari Amerika. Semua anggota keluarga Sanjaya harus hadir.”

“Aku besok ada kelas, jadi tidak bisa datang.” ucap Winny pelan dengan langkah sedikit terhuyung-huyung.

“Lucas kali ini pulang untuk mengambil alih Perusahaan Timeless, sekaligus mengurus Keluarga Sanjaya. Hanya satu kata darinya sudah cukup untuk mengubah hidupmu. Kelas apa lebih penting dari menikah dengan orang dari keluarga kaya?” tegur Linda dengan nada kurang senang.

Impian Linda sepanjang hidupnya adalah dapat masuk ke dalam pergaulan para sosialita. Oleh karena itu, saat usianya menginjak dua puluhan, dia memutuskan menikah dengan Abraham yang baru tiga bulan ditinggal mati oleh istrinya dan menjadi ibu tiri bagi dua anak yang berusia belasan tahun.

Selain itu, dia juga bersusah payah untuk membawa Winny masuk ke dalam pergaulan tersebut.

“Bibi, aku benar-benar tak bisa pulang besok!” ucap Winny mengernyitkan kening.

“Winny, kukatakan padamu, jika kamu tidak datang besok, aku akan pergi menangis di makam ibumu, lihat saja!” ancam Linda seraya mematikan teleponnya.

Winny menghela nafas, dan melanjutkan perjalanannya.

Setelah sampai ke kosnya, dia mendapati ponselnya dalam mode senyap. Tiga panggilan tak dikenal muncul di layar ponselnya.

Winny berpikir sejenak , lalu memutuskan menelepon nomor tersebut.

“Halo, ini dengan siapa ya?”

Ada keheningan sejenak di seberang telepon . “Jadi, nomorku adalah nomor tak dikenal?” Terdengar suara bass bernada dingin yang terasa begitu familiar setelah jeda singkat.

Ini suara Lucas.

Winny terkejut, dia sudah mengganti nomor ponsel sejak tiga tahun lalu, bagaimana pria itu memiliki nomornya?

“Tuan, Anda mungkin salah menelepon orang.” Jawab Winny sembari berusaha tenang, lalu menutup telepon tanpa menunggu jawab dari seberang sana.

Malam itu juga, Winny mengalami mimpi buruk, insiden tiga tahun terus menerus berputar di dalam mimpinya, dimana sepasang mata merah Lucas memandangi nya layak seekor binatang buas memandangi mangsanya dan dia tidak melarikan diri.

Keesokan paginya, Winny bangun dengan lingkaran hitam pekat di bawah mata. Ponselnya dibombardir oleh puluhan pesan dari Linda yang semuanya isi pesan tersebut menyuruhnya untuk berdandan dengan cantik dan datang lebih awal.

Winny mengenakan gaun biru muda panjang menjuntai dengan riasan tipis di wajah. Dia mengamati penampilannya dan mendapati kecuali memar di kakinya, tidak ada luka yang terlihat dengan mata telanjang. Barulah dia dapat menghela nafas lega.

Di perjalanan menuju kediaman Keluarga Sanjaya, jam sudah menunjuk pukul sebelas siang. Winny berdiri sejenak di depan pos polisi untuk merapikan gaunnya.

Di kondisi bus yang penuh dan sesak, Winny mulai berkeringatan, poni rambut mulai lepek dan menempel di dahinya. Dia merasa sangat tidak nyaman, namun dia malah lupa membawa tisu. Apa daya, dia hanya dapat mengibas-gibas tangannya dan berharap mendapat sedikit kesejukkan sebelum masuk ke dalam bus.

Pada saat itu, sebuah mobil Mercedes hitam berhenti perlahan di depannya. Kaca jendela mobil turun, lalu sebuah tangan terulur keluar. Jari-jari yang panjang dengan cincin perak memancarkan kilauan samar terpasang di jari telunjuk. Satu bungkusan hitam berisikan tisu tergayut di ujung jarinya.

Bersih, anggun dan mengandung belas kasihan.

Winny yang bingung sontak menengadah dan bertatapan dengan sepasang mata gelap dan dingin seperti langit malam yang dingin.

Lucas!

Di bawah tatapan mata itu, Winny yang merasa tidak memiliki tempat untuk bersembunyi, buru-buru menerima tisu tersebut dan berucap pelan dengan kepala tertunduk, “Terima kasih, Paman.”

Lucas mengangguk datar, sorot matanya menggelap saat pandangannya beralih ke arah bibir lembut dan menggiurkan. Waktu seolah berjalan mundur ke tiga tahun lalu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status