Hari itu juga adalah hari yang terik, ekspresi yang tersipu malu dan pelipisnya yang dibasahi keringat membuatnya teringat akan sore hari itu.Selama tiga tahun terakhir, setiap malam, bayangan itu selalu mengusik tidurnya setiap malam, membuatnya selalu gelisah dan tak nyamanLucas menggesekkan ujung jarinya, tempat disentuh gadis itu yang terasa sedikit memanas. Suhu udara di sekitarnya berubah juga sedikit bergejolak. Namun, dia segera mengalihkan pandangannya. “Masuklah.” ucap Lucas kembali memasang wajah datar.Winny langsung menghela napas lega seolah mendapat izin untuk melarikan diri. Tentu saja, ia tidak bisa melihat tatapan layak seekor predator dari pria itu.Setelah memasuki kediaman keluarga Sanjaya, Winny baru mendapati bahwa tidak hanya anggota keluarga Sanjaya, tetapi teman-teman lama Lucas juga hadir. Mereka semua adalah tuan muda dari keluarga terpandang, dan Lucas yang paling menonjol di antara mereka. Winny yang sudah pernah melihat peringai mereka, sontak berusaha
Winny menundukkan kepalanya, menghindari tatapan Lucas. Dia merasa tidak nyaman dan berusaha membuat jarak dengan pria itu.Winny yang diapit pintu di belakangannya dan Lucas di depannya, tidak seberapa keras ia berusaha keras, aroma Lucas masih menyergap indra penciumannya. Aroma pria itu yang seperti pencampuran cedar dan anggur itu memaksanya mengingat kejadian tiga tahun lalu, di siang itu, Lucas yang mabuk dan kehilangan kendali menerobos masuk ke dalam kamar ini.Ingatan itu membuat hati Winny berdegup kencang, dia berusaha melangkah maju ke samping membuat jarak dengan Lucas. Namun, dikarenakan posisi dua insan ini terlalu dekat, lengan Winny bergesekan dengan lengan Lucas. Bagian yang terkena itu sedikit memanas dan melekat aroma Lucas.“Rumah ini terlalu jauh dari kampusku, jadi aku pindah ke asrama.” Ucap Winny dengan suara kecil seraya menggigit bibirnya.Lucas mengerutkan keningnya, suara lembut dan kecil Winny membuatnya ingin menegurnya. Ditambah lagi, selama tiga tahu ini
Winny sontak mendorong Nikol, "Nikol, tolong jaga sikapmu.”"Winny, kamu jangan tidak tahu diri. Kamu dan bibimu sama saja, sama-sama ingin panjat sosial. Sekarang ada kesempatan di depanmu, tapi kamu malah menolak. Kamu sedang mempermainkanku, hah?” Raut wajah Ekspresi Nikol berubah dratis sembari menggertakan giginya dengan marah.“Aku tahu Keluarga Sanjaya tidak mungkin bisa kugapai, dan aku juga tidak berniat berhubungan dengan kalian." Jawab Winny balik menatap Nikol dengan dingin.Nikol yang melihat perubahan ekspresi Winny, menjadi frustasi dan menjambak rambutnya. "Winny,aku tidak bermaksud begitu. Selama kamu bersamaku, kecuali memberimu status, tapi aku bisa memberikanmu segalanya.” Ucap Nikol melembutkan nada suaranya.“Aku sadar aku pernah berbuat salah padamu, membiarkan Aurel mengganggumu, tapi itu semua sudah berlalu, kan? Mulai sekarang aku akan memperlakukanmu dua kali lipat lebih baik, kamu juga pasti memiliki perasaan padaku, kan?” Lanjut Nikol.“Nikol, kamu sepertin
Pria mencolok itu tidak lain dan tidak bukan adalah Lucas!Dia mengenakan kemeja putih berkualitas tinggi, celana panjang hitam yang membungkus kaki panjangnya. Penampilannya memancarkan aura dingin dan elegan. Dia berdiri di tengah jalan yang ramai, tentu saja menarik banyak perhatian!Sedangkan, di sampingnya, berdiri seorang wanita mengenakan gaun putih bermerek yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah. Wanita sangat cantik dan mempesona, yang dimana sepasang mata indah itu melengkung indah membentuk senyuman saat dia tersenyum. Entah apa yang mereka bicarakan, wanita itu menggelayutkan tangannya di lengan Lucas dan menariknya berjalan ke depan. Winny yang melihat mereka menjauh,akhirnya bisa menghela napas lega dan menurunkan buku dari wajahnya. Tiba-tiba, Lucas menoleh ke arah Winny dan William. Meskipun jaraknya cukup jauh, Winny bisa merasakan tatapan dingin menembus dirinya. Ia sontak bergidik dan jantungnya berdegup kencang. Beruntung, Lucas segera mengalihkan pandangann
Semakin terasa aura bahaya mendekat, Winny merasa semakin sesak dan sulit untuk bernafas. Ia terus berusaha bergerak mundur, namun punggungnya sudah menempel rapat di dinding tanpa ada celah untuk mundur.Namun, Lucas tidak berniat melepaskannya begitu saja, bayangan tinggi menjuntai semakin mendekat dan hampir menekan tubuh wanita itu. Winny yang tak berdaya hanya bisa menggenggam erat pipa air yang berkarat di sebelahnya, menundukkan kepala tanpa berani menatapnya.Cahaya remang menyamarkan rona merah yang tidak wajar untuk orang sehat, dan hanya menyisakan pemandangan bibir merah merona.Tatapan Lucas kemudian jatuh pada rambutnya yang setengah basah. "Kamu tinggal di tempat seperti ini demi menghindari siapa?" Tanya Lucas dingin. Jarak Lucas sudah begitu dekat dengan Winny, bayangan tubuhnya yang sudah sepenuhnya menutupi wanita itu bagaikan sebuah sangkar memerangkapnya tanpa ada secuil kemungkinan melarikan diri.Winny merasa kepalanya semakin berat dan seluruh tubuhnya terasa l
Meskipun nada suara yang sangat lembut, namun tersimpan sedikit amarah di dalamnya.Demam Winny yang semakin menjadi-jadi ditambah mulai kabur membuatnya nyalinya membesar, "Paman, Anda terlalu dekat."Lucas menatapnya, sorot matanya menggelap pekat. Kalau bukan ia mengetahui gadis ini sedang demam tinggi, ia pasti mengira dia sedang mencoba merayunya.Bersamaan, terdengar ketokan pada kaca mobil. Lucas menurunkan kaca jendela dan terlihat Andre basah kuyup dan mengusap air yang menghalangi wajahnya, “Tuan Muda Ketiga, mobil sudah datang, Anda dan Nona Winny bisa segera naik."Lucas menoleh ke arah Rolls-Royce yang menyalakan lampu darurat di tengah hujan lebat, lalu menatap Winny yang demam dan terlihat agak bingung, dia sedikit mengerutkan kening, "Panggil ambulans ke sini."Andre mengusap wajahnya lagi, sambil tersenyum pahit berkata, "Tuan Muda Ketiga, Anda sudah bertahun-tahun tidak kembali, jadi Anda mungkin tidak tahu kondisi di Jakarta. Sekarang hujan deras, setengah kota Jaka
“Ambil!”Satu kata yang sederhana, tapi membawa tekanan yang tak terbantahkan. Winny menundukkan kepalanya, tidak berani menerima.Selama sepuluh tahun di keluarga Sanjaya, ia tahu betul siapa Lucas. Pria seperti itu, kebaikannya datang dan pergi sesuka hati, setiap kebaikan yang diberikannya selalu terselip dengan kenyataan yang kejam.Satu kata darinya, bisa membuat seluruh dunia memandangmu dengan cara yang berbeda.Namun, satu kata darinya juga bisa membuatmu hidup lebih buruk daripada mati. Selama bertahun-tahun, Winny sudah cukup merasakannya.Saat Lucas berkata, "Anggap ini rumahmu sendiri," Winny mendapat tempat untuk berlindung. Namun, kemudian, karena satu kata darinya, "Dia tidak ada hubungannya dengan Keluarga Sanjaya," Winny diintimidasi selama bertahun-tahun.Kebaikan Lucas, diberikan dengan mudah, diambil juga dengan mudah. Demikian pula, rasa simpatinya, bisa menjadi berkat, juga bisa menjadi bencana. Ia tidak ingin terlibat lagi sedikit pun.Ia tidak mengerti mengapa t
Winny merasa terkejut dan belum sempat mengucapkan "Bos Sanjaya", jepit rambut di belakang kepalanya sudah jatuh ke tanah. Rambut hitamnya yang seperti tinta terurai, menutupi lehernya yang putih.Semua orang terkejut. Winny juga tidak tahu apa yang ingin dilakukan oleh Lucas, matanya yang hitam pekat menatap pria itu dengan cemas.Saat itu, Lucas berbicara dengan suara dingin, "Maaf, tidak sengaja menjatuhkan jepit rambutmu. Mungkin penampilanmu sekarang tidak sesuai dengan yang diharapkan, jadi, kau jadi pemanduku saja."Dia kemudian berbalik ke arah kepala sekolah yang ada di sebelahnya, "Tidak masalah, kan?" Kepala sekolah buru-buru tersenyum, "Tidak masalah, tidak masalah!"Lucas melihat Winny dengan sekilas, lalu berkata dengan suara datar, "Ikut aku." Winny menggigit bibirnya, melihat jepit rambut yang patah di tanah, merasa ada yang tidak beres, namun ia tidak punya pilihan selain mengikutinya.Setelah berkeliling di kawasan farmasi yang luasnya ribuan hektar dan penjelasan sel