Share

Bab 4

Winny sontak mendorong Nikol, "Nikol, tolong jaga sikapmu.”

"Winny, kamu jangan tidak tahu diri. Kamu dan bibimu sama saja, sama-sama ingin panjat sosial. Sekarang ada kesempatan di depanmu, tapi kamu malah menolak. Kamu sedang mempermainkanku, hah?” Raut wajah Ekspresi Nikol berubah dratis sembari menggertakan giginya dengan marah.

“Aku tahu Keluarga Sanjaya tidak mungkin bisa kugapai, dan aku juga tidak berniat berhubungan dengan kalian." Jawab Winny balik menatap Nikol dengan dingin.

Nikol yang melihat perubahan ekspresi Winny, menjadi frustasi dan menjambak rambutnya. "Winny,aku tidak bermaksud begitu. Selama kamu bersamaku, kecuali memberimu status, tapi aku bisa memberikanmu segalanya.” Ucap Nikol melembutkan nada suaranya.

“Aku sadar aku pernah berbuat salah padamu, membiarkan Aurel mengganggumu, tapi itu semua sudah berlalu, kan? Mulai sekarang aku akan memperlakukanmu dua kali lipat lebih baik, kamu juga pasti memiliki perasaan padaku, kan?” Lanjut Nikol.

“Nikol, kamu sepertinya salah paham. Aku tidak tertarik padamu.” Potong Winny tidak tahan mendengar perkataan pria ini yang semakin di luar nalar.

“Lebih tepatnya, aku sama sekali tidak tertarik dengan Keluarga Sanjaya.” Ucap Winny penuh penekanan di setiap katanya.

Kata-kata ini didengar sangat jelas oleh orang yang berada di dalam mobil. Tangan Lucas yang bertumpu pada pintu mobil terhenti sejenak, suasana di dalam mobil seketika berubah tegang.

"Tidak tertarik padaku? Apakah karena pria ini?" Seru Nikol dengan amarah menggebu-gebu setelah mendengar perkataan Winny. Ia langsung merongoh setumpuk foto dari sakunya dan melemparkannya ke wajah Winny. "Apakah kamu menyukainya?"

Foto-foto tersebut berserakan di tanah. Meski pencahayaan remang-remang, Winny masih bisa melihatnya pria di dalam foto itu. Fandi, teman yang belakangan dekat dengannya karena tempat magang yang sama. Siapa yang sangka, Nikol berhasil memotret mereka saat berdua.

"Kak, aku tahu keluarga Sanjaya sangat berkuasa, tapi tolong jangan ganggu temanku. Dia hanya orang biasa, dan aku juga tidak menyukainya." Ucap Winny menarik nafas dalam-dalam.

"Winny, jika kamu ingin dia lulus dengan aman, lebih baik kamu memperhatikan tindakanmu. Jika aku melihatmu dekat dengan pria lain lagi, aku akan membuat hidup mereka sengsara!" Ancam Nikol menarik Winny mendekat. Winny menatap Nikol dengan tatapan penuh dengan kebencian.

Nikol tidak pernah menyangka Winny akan menatapnya seperti itu.

Gadis yang telah tinggal di Keluarga Sanjaya selama satu dekade ini, adalah seseorang sangan penurut, bahkan saat terdesak pun, dia hanya tahu melarikan diri. Sejak kapan dia memiliki tatapan yang begitu menusuk? Winny berjongkok dan mulai memungut foto-foto itu satu per satu, lalu membuangnya ke tong sampah di samping.

"Nikol, kamu kembali saja, tempat ini tidak cocok untuk Tuan Muda sekelas dirimu.” Ucap Winny mengambil kotak kecilnya dan pergi meninggalkan Nikol. Saat Nikol tersadar dari lamunannya, Winny sudah pergi menghilang dari hadapannya.

Nikol sontak marah, lalu menendang tong sampah sembari mengumpat serapah. Kemudian, dia mengendarai mobilnya pergi.

Hembusan angin malam menerbangkan dedaunan kekuningan yang berserakan, hawa lembab dan pengat musim kemarau masih melekat dan tercium kuat dari kawasan lama ini, membuat pernapasan terasa tidak nyaman. Lucas membungkuk dan mengambil beberapa foto yang dibuang di tong sampah.

Dalam foto-foto itu, seorang gadis dan seorang pria berjalan beriringan di sepanjang jalan menuju kampus. Sinar matahari menyinari mereka melalui celah-celah pohon, memberi kilauan emas yang indah menambah keserasian dua insan itu.

Lucas menyipitkan mata, lalu menyentuh wajah gadis dalam foto itu. Dia tersenyum begitu cerah dengan mata berbinar-binar, begitu bahagiakah dia?

Tidak jauh dari sana, Winny bersembunyi di sudut gelap sambil diam-diam mengawasi Lucas.

Lucas mengenakan kemeja putih sederhana dan celana panjang hitam yang terlihat bersih dan elegan. Dengan dia berdiri di sana, kawasan kumuh ini entah mengapa terlihat lebih bersih dan mewah. Namun, ia tahu, di balik penampilan bersih dan indah itu tersembunyi hati yang dingin dan kejam.

Luca tiba-tiba mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Winny bersembunyi. Winny yang terkejut, buru-buru berbalik pergi masuk ke dalam gedung tua yang lampu lorongnya sudah lama rusak. Setelah beberapa langkah, tubuhnya terasa lemas, dia langsung bersandar di dinding dan menarik napas dalam-dalam.

Ingatan tentang kejadian itu muncul kembali, rasa sakit mulai menyengrap Gambar-gambar dalam ingatannya muncul kembali, rasa sakit yang kembali menyergap dirinya, bagaikan gangguan panik yang membuat sulit untuk bernafas normal. Entah berselang berapa lama, Winny terhuyung-huyung masuk ke dalam kos.

Sebuah kos tua satu kamar, dengan perabotan yang sangat sederhana dan lampu yang agak remang-remang.

Namun, lampu yang redup ini mencuri perhatian seseorang di bawah sana dalam waktu yang lama sampai hujan mulai turun.

Andre bergegas turun dengan membawa payung hitam.

"Tuan Muda Ketiga, mari kita pulang, ini sudah larut malam."

"Selidiki pergaulannya dalam beberapa tahun terakhir." Ujar Lucas tanpa mengalihkan pandangannya dari lampu redup di lantai lima itu.

"Tidak ada yang perlu diselidiki, Nikol mengusir hampir semua orang di sekitarnya. Setiap ada pria yang mendekat, dia pasti akan meluncurkan aksi” Jawab Andre

"Tuan Muda Ketiga, Anda menempatkan Nikol di sampingnya menutup jodoh Nona Winny.”

Lucas menggerakan jarinya dan mengalihkan pandangan dari jendela kecil itu.

"Berapa umur Nikol sekarang?"

“Dua puluh dua, dua tahun lebih tua dari Nona Winny,” jawab Andre.

Lucas mengangguk, “Bagus, dia mencapai usia menikah. Kumpulkan data wanita-wanita keluarga terpandang di Jakarta yang sudah mencapai usia menikah. Sudah waktunya dia membangun keluarga.”

“Tuan Muda Ketiga, jangan lupa kencan Anda dengan Nona Lucy besok.” Ucap Andre dengan pelan seraya menurunkan pandangannya.

“Andre, jangan melewati batas pekerjaanmu.” Jawab Lucas dengan dingin.

Keesokan paginya, Winny merasa tubuhnya sangat berat sampai susah untuk bangun dari kasurnya. Ia menempelkan tangan ke dahinya, panas sekali, lalu mengecek suhu tubuhnya, 39 derajat! Ia kemudian menelan 2 tablet panadol dan tidur sampai sore hari dan merasa lebih baik setelahnya. Ketika membuka ponselnya, ia melihat belasan panggilan tak terjawab dan satu permintaan pertemanan di Lina. Winny menatap permintaan pertemanan itu selama tiga detik, lalu memutuskan untuk mengabaikannya. Lucas, dia belakangan tidak pulang ke rumah Keluarga Sanjaya, setidaknya tidak akan bertemu dengannya, kan?

Bersamaan dengan pemikiran itu, ponselnya berdering, dari sahabatnya, Maria, “Beb, tolong aku!”

Pukul enam sore, Winny muncul di kafe Ubud. Karena bukan akhir pekan dan jam sibuk, kafe besar itu tampak kosong. Winny yang melihat seseorang di dekat jendela, langsumg berjalan mendekat dan menyapa dengan ramah, “Halo, aku Maria.”

Pria itu menengadah, sejenak terpana, lalu menjabat tangan Winny, “Halo, aku William.” Pria yang bernama William itu, mengenakan kemeja putih dan celana hitam dengan senyumnya malu-malu dan nada bicara hangat membuat siapapun merasa nyaman. Wajahnya mirip dengan seseorang dalam ingatan Winny, seseorang yang selalu melindunginya. Namun, orang itu sudah meninggal empat tahun lalu.

Winny sedikit tidak fokus, setelah berbincang sebentar, ia pun mengungkapkan sebuah kebenaran, “Maaf, William. Maria sebenarnya sahabatku. Aku datang kesini menggantikannya untuk merusak kencan ini. Dia sudah memiliki pacar, tapi keluarganya tidak setuju, jadi…”

William yang baru akan mengangkat suara, bingung saat Winny tiba-tiba mengambil majalah di meja dan menutupi wajahnya. “Kenapa?” Tanya William.

Winny saat itu berharap bisa bersembunyi di bawah meja. Kenapa di mana-mana ada Lucas!

Ia melihat keluar jendela, dan tak lama kemudian, sebuah Maybach hitam berhenti di sana dan berdiri sepasang pria dan wanita yang sangat mencolok.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status