Pria mencolok itu tidak lain dan tidak bukan adalah Lucas!Dia mengenakan kemeja putih berkualitas tinggi, celana panjang hitam yang membungkus kaki panjangnya. Penampilannya memancarkan aura dingin dan elegan. Dia berdiri di tengah jalan yang ramai, tentu saja menarik banyak perhatian!Sedangkan, di sampingnya, berdiri seorang wanita mengenakan gaun putih bermerek yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah. Wanita sangat cantik dan mempesona, yang dimana sepasang mata indah itu melengkung indah membentuk senyuman saat dia tersenyum. Entah apa yang mereka bicarakan, wanita itu menggelayutkan tangannya di lengan Lucas dan menariknya berjalan ke depan. Winny yang melihat mereka menjauh,akhirnya bisa menghela napas lega dan menurunkan buku dari wajahnya. Tiba-tiba, Lucas menoleh ke arah Winny dan William. Meskipun jaraknya cukup jauh, Winny bisa merasakan tatapan dingin menembus dirinya. Ia sontak bergidik dan jantungnya berdegup kencang. Beruntung, Lucas segera mengalihkan pandangann
Semakin terasa aura bahaya mendekat, Winny merasa semakin sesak dan sulit untuk bernafas. Ia terus berusaha bergerak mundur, namun punggungnya sudah menempel rapat di dinding tanpa ada celah untuk mundur.Namun, Lucas tidak berniat melepaskannya begitu saja, bayangan tinggi menjuntai semakin mendekat dan hampir menekan tubuh wanita itu. Winny yang tak berdaya hanya bisa menggenggam erat pipa air yang berkarat di sebelahnya, menundukkan kepala tanpa berani menatapnya.Cahaya remang menyamarkan rona merah yang tidak wajar untuk orang sehat, dan hanya menyisakan pemandangan bibir merah merona.Tatapan Lucas kemudian jatuh pada rambutnya yang setengah basah. "Kamu tinggal di tempat seperti ini demi menghindari siapa?" Tanya Lucas dingin. Jarak Lucas sudah begitu dekat dengan Winny, bayangan tubuhnya yang sudah sepenuhnya menutupi wanita itu bagaikan sebuah sangkar memerangkapnya tanpa ada secuil kemungkinan melarikan diri.Winny merasa kepalanya semakin berat dan seluruh tubuhnya terasa l
Meskipun nada suara yang sangat lembut, namun tersimpan sedikit amarah di dalamnya.Demam Winny yang semakin menjadi-jadi ditambah mulai kabur membuatnya nyalinya membesar, "Paman, Anda terlalu dekat."Lucas menatapnya, sorot matanya menggelap pekat. Kalau bukan ia mengetahui gadis ini sedang demam tinggi, ia pasti mengira dia sedang mencoba merayunya.Bersamaan, terdengar ketokan pada kaca mobil. Lucas menurunkan kaca jendela dan terlihat Andre basah kuyup dan mengusap air yang menghalangi wajahnya, “Tuan Muda Ketiga, mobil sudah datang, Anda dan Nona Winny bisa segera naik."Lucas menoleh ke arah Rolls-Royce yang menyalakan lampu darurat di tengah hujan lebat, lalu menatap Winny yang demam dan terlihat agak bingung, dia sedikit mengerutkan kening, "Panggil ambulans ke sini."Andre mengusap wajahnya lagi, sambil tersenyum pahit berkata, "Tuan Muda Ketiga, Anda sudah bertahun-tahun tidak kembali, jadi Anda mungkin tidak tahu kondisi di Jakarta. Sekarang hujan deras, setengah kota Jaka
“Ambil!”Satu kata yang sederhana, tapi membawa tekanan yang tak terbantahkan. Winny menundukkan kepalanya, tidak berani menerima.Selama sepuluh tahun di keluarga Sanjaya, ia tahu betul siapa Lucas. Pria seperti itu, kebaikannya datang dan pergi sesuka hati, setiap kebaikan yang diberikannya selalu terselip dengan kenyataan yang kejam.Satu kata darinya, bisa membuat seluruh dunia memandangmu dengan cara yang berbeda.Namun, satu kata darinya juga bisa membuatmu hidup lebih buruk daripada mati. Selama bertahun-tahun, Winny sudah cukup merasakannya.Saat Lucas berkata, "Anggap ini rumahmu sendiri," Winny mendapat tempat untuk berlindung. Namun, kemudian, karena satu kata darinya, "Dia tidak ada hubungannya dengan Keluarga Sanjaya," Winny diintimidasi selama bertahun-tahun.Kebaikan Lucas, diberikan dengan mudah, diambil juga dengan mudah. Demikian pula, rasa simpatinya, bisa menjadi berkat, juga bisa menjadi bencana. Ia tidak ingin terlibat lagi sedikit pun.Ia tidak mengerti mengapa t
Winny merasa terkejut dan belum sempat mengucapkan "Bos Sanjaya", jepit rambut di belakang kepalanya sudah jatuh ke tanah. Rambut hitamnya yang seperti tinta terurai, menutupi lehernya yang putih.Semua orang terkejut. Winny juga tidak tahu apa yang ingin dilakukan oleh Lucas, matanya yang hitam pekat menatap pria itu dengan cemas.Saat itu, Lucas berbicara dengan suara dingin, "Maaf, tidak sengaja menjatuhkan jepit rambutmu. Mungkin penampilanmu sekarang tidak sesuai dengan yang diharapkan, jadi, kau jadi pemanduku saja."Dia kemudian berbalik ke arah kepala sekolah yang ada di sebelahnya, "Tidak masalah, kan?" Kepala sekolah buru-buru tersenyum, "Tidak masalah, tidak masalah!"Lucas melihat Winny dengan sekilas, lalu berkata dengan suara datar, "Ikut aku." Winny menggigit bibirnya, melihat jepit rambut yang patah di tanah, merasa ada yang tidak beres, namun ia tidak punya pilihan selain mengikutinya.Setelah berkeliling di kawasan farmasi yang luasnya ribuan hektar dan penjelasan sel
Tidak, aku tidak boleh tinggal diam lagi!Winny menunduk, tak berani menatapnya, lalu dengan suara pelan mengingatkan, "Paman, aku masih punya tugas yang belum selesai." Yang artinya, ia ingin keluar untuk melanjutkan pekerjaannya.Tatapan Lucas berhenti sejenak di bibir lembutnya, kemudian turun ke tubuh indahnya yang terbalut cheongsam.Membayangkan pandangan pria-pria di luar sana, hatinya tiba-tiba diliputi kemarahan. "Kenapa kamu harus melakukan pekerjaan seperti ini di kampus?"Winny tak berani menatapnya, menunduk dan menjawab pelan, "Pekerjaan magang memang seperti ini."Ia tidak memberitahunya bahwa untuk diterima sebagai mahasiswa pascasarjana, dia harus mematuhi semua tugas yang diberikan oleh kampus. Hari ini, selain memberikan penjelasan, ia juga harus mendapatkan tanda tangan kontrak.Lucas mengerutkan kening, "Magang bisa dilakukan di perusahaanku, besok laporkan diri ke sana."Winny tidak berniat membantahnya, dengan patuh mengangguk, "Baik, terima kasih, Paman."Lucas
Lucas menopang Winny sembari menatap wajahnya yang pucat, dengan suaranya sedingin es, "Winny, tahukah kamu bagaimana kamu akan mati nanti?"Winny menggerakkan bibirnya, tetapi tidak bisa mengeluarkan kalimat lengkap, hanya memanggil dengan suara lemah, "Paman."Meskipun sangat mabuk, Winny masih sedikit sadar di kepalanya. Orang di depannya adalah Lucas, dia sangat jelas, dan sangat takut, tetapi dia sama sekali tidak bisa mengendalikan tubuhnya. Rasa mabuk itu sangat tidak nyaman, perutnya seperti dibakar di atas api, panas dan sakit, sementara tangan dan kakinya sangat dingin dan lemah.Winny bersandar pada tubuh Lucas, tangannya tanpa sadar mencengkeram pakaiannya agar tidak terjatuh ke tanah. Seolah-olah, dia sekarang adalah satu-satunya pelampung penyelamatnya, hanya dengan memegang erat pria ini, ia tidak akan tenggelam.Lucas mengerutkan alis karena bau alkohol dari tubuhnya, tetapi tangannya tetap memegang pinggangnya. "Bisa jalan sendiri?"Suaranya dingin, sama dinginnya deng
Dalam waktu lama, tatapan Lucas kembali tertuju pada wajah Arnold.Dengan kedalaman dan kedinginan yang menyelimuti matanya, membuat Arnold merasa tidak nyaman. Dia menggaruk-garuk kepalanya, mencoba, "Tuan Muda Ketiga? Jangan-jangan kamu curiga aku menculik anak keluargamu?"Lucas tidak menjawab, hanya memandanginya dengan dingin.Mereka berdua memiliki postur yang sebanding, masing-masing memiliki aura tersendiri.Namun, Lucas lebih tua beberapa tahun, telah lama berkecimpung di dunia bisnis dan politik, tampak sangat terhormat dan memancarkan kekuatan yang menakutkan.Dalam sekejap, Arnold merasakan dirinya kalah, hanya dengan tatapan saja, Lucas sudah membuatnya merasa tidak nyaman.Meskipun Keluarga Pangestu dan Keluarga Sanjaya memiliki status yang sebanding, namun Keluarga Sanjaya sepertinya lebih unggul di dunia politik, membuat Arnold enggan untuk bermusuhan dengannya.Arnold mendecak, "Tuan Muda Ketiga, bagaimana kalau aku tetap membantumu mencarinya?"Tatapan Lucas melewati