Satu jam kemudian, Winny dan Zain muncul di Taman Pemakaman Timur.Winny meletakkan seikat bunga krisan segar di depan nisan Zavier, perlahan mengelus foto dingin pemuda itu.Pemuda di foto itu mirip dengan Zain, berusia sekitar tujuh belas atau delapan belas tahun, mengenakan kemeja putih, berambut pendek, dengan wajah bersih dan tersenyum cemerlang.Melihat Winny yang diam tanpa bicara, Zain maju dan memegang bajunya, berkata dengan suara pelan, "Kakak, jangan bersedih lagi, kakakku pasti tidak ingin melihatmu seperti ini, dia paling suka melihatmu tersenyum."Winny memejamkan mata, dalam pikirannya berulang-ulang kata-kata Aurel malam itu."Jalang itu pasti mengira Zavier terjun dari atap. Dia begitu menyukai Zavier, jika tahu penyebab kematian yang sebenarnya, pasti tidak akan bisa menahannya dan akan menderita. Aku ingin sekali melihat wajah sengsaranya.""Sebulan lagi, orang-orang yang terlibat dalam kematian Zavier akan keluar. Mereka semua orang miskin, beri sedikit uang, buat
Winny tidak berbicara lagi, dia masuk ke dalam mobil dengan tubuh yang membungkuk.Ketika tiba di kediaman Lucas, meja makan telah dihidangkan dengan makanan yang mewah. Di tengah meja, vas bunga dari batu giok putih berisi setangkai mawar putih yang menyebarkan aroma samar-samar.Tiba-tiba, Winny merasa sulit untuk bernapas dan ingin melarikan diri.Lucas berdiri di dekat jendela, sedang berbicara di telepon. Masih dengan kemeja putih dan celana hitam, tinggi dan tegap, memancarkan aura yang dingin dan elegan.Winny menundukkan matanya, tidak berani melihat ke arahnya. Tangannya yang putih pucat mencengkeram erat roknya, lalu memanggil pelan, "Paman".Lucas tidak memperlihatkan ekspresi apa pun, hanya menatap Winny dengan dingin, kemudian berkata sesuatu di telepon dan langsung menutupnya.Dia menatap Winny selama beberapa detik, pandangannya menyapu wajah pucatnya, lalu berhenti di tangan Winny yang masih dibalut perban. Dengan nada dingin, dia berkata, "Kepala pelayan mengatakan kam
Winny sangat takut meminum obat tradisional karena rasanya yang sangat pahit dan menyengat. Sambil menundukkan kepala, ia perlahan berkata kepada pamannya, "Paman, apa aku harus minum ini? Bisakah aku minum obat barat saja?"Lucas meletakkan mangkuk obat di depannya, lalu mengambil sepotong manisan dan menyodorkannya ke bibir Winny. "Yang patuh, telan dulu manisannya, baru minum obatnya."Ini seperti memaksa. Winny pun terpaksa membuka mulut dan menggigit manisan itu. Bibir lembutnya secara tidak sengaja menyentuh ujung jari Lucas, meninggalkan sedikit kilatan air di sana.Tubuh Lucas langsung menegang, tatapannya menggelap dan ia menatap tajam ke arah Andre. Andre terkejut, namun segera mengerti apa yang terjadi. Ia pun berkata "Aku masih ada urusan", lalu keluar dari ruang makan.Manisan yang manis dan harum dengan aroma bunga adalah permen yang paling manis yang pernah dimakan Winny. Tanpa sadar, dia menjilat bibirnya.Tiba-tiba, Lucas memeluknya dan memangkunya. Winny kaget dan ti
"Paman, kumohon, jangan..." Lucas menahan pinggangnya dengan satu tangan, sementara tangan yang lain menjelajah ke bawah roknya. Dia membisikkan rayuan di telinganya, "Tenang, jangan takut, kamu milikku. Suatu hari nanti akan tiba saatnya, aku akan mengajarimu..."Tangan kasarnya menjelajah tubuhnya, membuat Winny bergetar tiap kali disentuh. Lucas sangat puas melihat reaksi polos Winny, lalu menggigit telinganya. "Winny yang manis, ada hadiah untukmu.""Aku, aku tidak mau hadiah, turunkan aku..."Tapi Lucas tak mau melepaskannya. Bibirnya yang perkasa mengunci bibir lembut Winny, membuatnya hampir tak bisa bernafas.Tiba-tiba, seseorang masuk, "Tuan Muda..."Sebelum orang itu selesai bicara, Lucas cepat-cepat membalikkan badan, menutupi Winny sepenuhnya, sehingga hanya terlihat kepala dari orang itu.Orang itu tertegun di ambang pintu, tak tahu harus maju atau mundur.Lucas mendorong kepala Winny, lalu bentak marah, "Keluar!"Orang itu gemetar ketakutan, lalu berlari keluar seperti d
Di gang gelap nan sunyi, satu-satu penerangan yang ada hanya berasal dari lampu jalan yang berkedap-kedip.Ketika Winny hendak menuju ujung gang, tiba-tiba seseorang menariknya dengan kuat dan menyeretnya ke sudut lorong yang gelap dan sepi. Seketika, dua pria berbau alkohol yang sedari berdiri di samping tembok menerjang ke arah Winny begitu melihatnya dan mereka mulai mengoyak-ngoyak pakaian yang dia kenakan.Bau alkohol yang menyengat serta tindakan kasar dari para pemabuk itu sontak membuat Winny ketakutan dan memberontak mati-matian.“Tolong!”“Siapapun! Tolong aku!!”“Plak! Plak!”Dua tamparan keras seketika dilayangkan ke pipi Winny oleh salah satu pemabuk itu.“Teriak apa kau! Berani sekali kamu berteriak!”“Mau kamu teriak sampai suarumu pecah pun, tidak ada yang akan menolongmu! Diam, sebentar lagi abang akan membuatmu merasa enak.”……Sebuah mobil Mayback hitam tiba-tiba berhenti di depan mulut gang, perlahan kaca jendela mobil tersebut turun dan menampilkan sepasang mata
Hari itu juga adalah hari yang terik, ekspresi yang tersipu malu dan pelipisnya yang dibasahi keringat membuatnya teringat akan sore hari itu.Selama tiga tahun terakhir, setiap malam, bayangan itu selalu mengusik tidurnya setiap malam, membuatnya selalu gelisah dan tak nyamanLucas menggesekkan ujung jarinya, tempat disentuh gadis itu yang terasa sedikit memanas. Suhu udara di sekitarnya berubah juga sedikit bergejolak. Namun, dia segera mengalihkan pandangannya. “Masuklah.” ucap Lucas kembali memasang wajah datar.Winny langsung menghela napas lega seolah mendapat izin untuk melarikan diri. Tentu saja, ia tidak bisa melihat tatapan layak seekor predator dari pria itu.Setelah memasuki kediaman keluarga Sanjaya, Winny baru mendapati bahwa tidak hanya anggota keluarga Sanjaya, tetapi teman-teman lama Lucas juga hadir. Mereka semua adalah tuan muda dari keluarga terpandang, dan Lucas yang paling menonjol di antara mereka. Winny yang sudah pernah melihat peringai mereka, sontak berusaha
Winny menundukkan kepalanya, menghindari tatapan Lucas. Dia merasa tidak nyaman dan berusaha membuat jarak dengan pria itu.Winny yang diapit pintu di belakangannya dan Lucas di depannya, tidak seberapa keras ia berusaha keras, aroma Lucas masih menyergap indra penciumannya. Aroma pria itu yang seperti pencampuran cedar dan anggur itu memaksanya mengingat kejadian tiga tahun lalu, di siang itu, Lucas yang mabuk dan kehilangan kendali menerobos masuk ke dalam kamar ini.Ingatan itu membuat hati Winny berdegup kencang, dia berusaha melangkah maju ke samping membuat jarak dengan Lucas. Namun, dikarenakan posisi dua insan ini terlalu dekat, lengan Winny bergesekan dengan lengan Lucas. Bagian yang terkena itu sedikit memanas dan melekat aroma Lucas.“Rumah ini terlalu jauh dari kampusku, jadi aku pindah ke asrama.” Ucap Winny dengan suara kecil seraya menggigit bibirnya.Lucas mengerutkan keningnya, suara lembut dan kecil Winny membuatnya ingin menegurnya. Ditambah lagi, selama tiga tahu ini
Winny sontak mendorong Nikol, "Nikol, tolong jaga sikapmu.”"Winny, kamu jangan tidak tahu diri. Kamu dan bibimu sama saja, sama-sama ingin panjat sosial. Sekarang ada kesempatan di depanmu, tapi kamu malah menolak. Kamu sedang mempermainkanku, hah?” Raut wajah Ekspresi Nikol berubah dratis sembari menggertakan giginya dengan marah.“Aku tahu Keluarga Sanjaya tidak mungkin bisa kugapai, dan aku juga tidak berniat berhubungan dengan kalian." Jawab Winny balik menatap Nikol dengan dingin.Nikol yang melihat perubahan ekspresi Winny, menjadi frustasi dan menjambak rambutnya. "Winny,aku tidak bermaksud begitu. Selama kamu bersamaku, kecuali memberimu status, tapi aku bisa memberikanmu segalanya.” Ucap Nikol melembutkan nada suaranya.“Aku sadar aku pernah berbuat salah padamu, membiarkan Aurel mengganggumu, tapi itu semua sudah berlalu, kan? Mulai sekarang aku akan memperlakukanmu dua kali lipat lebih baik, kamu juga pasti memiliki perasaan padaku, kan?” Lanjut Nikol.“Nikol, kamu sepertin