Share

Bab 3

Winny menundukkan kepalanya, menghindari tatapan Lucas. Dia merasa tidak nyaman dan berusaha membuat jarak dengan pria itu.Winny yang diapit pintu di belakangannya dan Lucas di depannya, tidak seberapa keras ia berusaha keras, aroma Lucas masih menyergap indra penciumannya. Aroma pria itu yang seperti pencampuran cedar dan anggur itu memaksanya mengingat kejadian tiga tahun lalu, di siang itu, Lucas yang mabuk dan kehilangan kendali menerobos masuk ke dalam kamar ini.

Ingatan itu membuat hati Winny berdegup kencang, dia berusaha melangkah maju ke samping membuat jarak dengan Lucas. Namun, dikarenakan posisi dua insan ini terlalu dekat, lengan Winny bergesekan dengan lengan Lucas. Bagian yang terkena itu sedikit memanas dan melekat aroma Lucas.

“Rumah ini terlalu jauh dari kampusku, jadi aku pindah ke asrama.” Ucap Winny dengan suara kecil seraya menggigit bibirnya.

Lucas mengerutkan keningnya, suara lembut dan kecil Winny membuatnya ingin menegurnya. Ditambah lagi, selama tiga tahu ini, dia sudah belajar berbohong!

Namun, Lucas memilih mengabaikan hal itu untuk saat ini.

Terkadang, seekor kuncing akan menunjukkan cakarnya dan itu masih dalam batasan yang dia izinkan.

“Nomorku, kamu memblokirnya?” tanya Lucas kemudian.

“Aku mengganti nomorku, ponselku rusak, semua kontak hilang.” Jawab Winny pelan seraya menatap ke bawah.

Kali ini, dia memang tidak berbohong. Setelah ponsel lamanya rusak, dia kehilangan semua kontak kecuali nomor bibinya.

"Berikan ponselmu padaku."

Winny hanya bisa menyerahkan ponsel lamanya yang layarnya sudah buram.

Lucas agak mengernyit kening, lalu memasukkan nomornya dan memindai QR mengajukan pertemanan di Line.

“Tadi…” mulai Lucas seraya mengembalikan ponsel itu kepada Winny.

"Aku mengerti." potong Winny, "Mereka semua teman-teman Paman, itu hanya candaan, aku tidak apa apa.” Winny yang tidak berencana berlama-lama di rumah Sanjaya, jadi ia tidak terlalu peduli dengan pandangan orang lain tentangnya. Ponsel yang dikembalikan Lucas meninggalkan panas, Winny refleks mengelapnya dengan ujung roknya. Tindakan sontak membuat sorot mata Lucas berubah dingin dan keras.

“Sudah mau pulang?” tanya Lucas dengan datar

"Iya, ada kelas malam ini, aku harus kembali ke kampus."

“Pas, aku juga akan pergi, aku akan mengantarmu pulang.” Ucap Lucas menyipitkan mata

Winny sontak panik, belum sempat memikirkan alasan untuk menolak. Tiba-tiba, Andre berlari menghampiri mereka.

"Tuan Muda Ketiga, Nona Lucy sedang tidak enak badan, beliau ingin Anda mengantarnya pulang."

“Dia tadi baik-baik saja, apa yang terjadi?” tanya Lucas mengerutkan kening dengan sorot mata tidak senang.

Andre menjelaskan, "Seseorang memberinya ucapan selamat atas pertunangannya dengan Anda. Oleh karena itu, beliau minum sedikit terlalu banyak, beliau mungkin agak mabuk.”

Lucas kembali mengernyitkan kening, pandangannya beralih ke arah wajah Winny yang terlihat sedikit pucat.

“Aku menyuruh satu mobil lagi mengantarmu pulang.” Ujar Lucas

"Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri.” Tolak Winny dengan gugup sembari meraih ujung gaunnya.

Lucas tidak menjawab dan hanya menatapnya beberapa detik, sebelum berbalik pergi.

Winny yang mendapati Lucas berjalan meninggalkannya, baru bisa berpikir jernih.

Dia akan bertunangan dengan teman masa kecilnya, Lucy?

Pantas saja, dia pulang dua tahun lebih awal.

Winny yang merasa sedikit lega, bergegas mengambil barang-barangnya dan meninggalkan Kediaman Sanjaya.

Di tengah hiruk pikuk pasar malam, beberapa pelanggan berkumpul di depan tenda lukisan Winny. Penjualan malam ini cukup bagus, beberapa pelanggan juga bertukar kontak dengannya untuk pesanan selanjutnya. Tidak terlalu jauh dari tendanya, sebuah mobil Mercedes Benz yang dimodifikasi memanjang terparkir di bawah pohon. Di kota Jakarta, banyak orang mengendarai mobil sejenis, Banyak orang di Kota Jakarta yang memiliki mobil seperti itu, sehingga meskipun mobil ini dimodifikasi tidak begitu menarik perhatian.

Di dalam mobil, seorang pria yang tersembunyi di dalam kegelapan memandang Winny selayak predator sewaktu-waktu akan menancapkan taring ke mangsanya.

Andre yang melirik Lucas dari samping sulit sedikit merinding, ia memiliki firasat bahwa jalan yang akan dilewati gadis itu tidak akan mudah.

Andre telah bekerja di keluarga Sanjaya lebih dari satu dekade, ia sudah menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana kejamnya Lucas. Tuan-nya itu adalah seseorang tidak memiliki rasa moral. Apapun yang dia inginkan tidak pernah tidak dia dapatkan. Selain itu, untuk standar keluarga Sanjaya, memiliki satu dua simpanan di luar sana bukan sesuatu yang memincu kontroversi. Namun, gadis itu adalah keponakan kakak iparnya. Secara moral, itu tidak etis.

“Menurutmu, apa yang kurangnya Kediaman Sanjaya, sehingga dia memilih tinggal di tempat seperti ini?” tanya Lucas mengalihkan pandangan setelah beberapa waktu berlalu.

Andre berpikir sejenak, “Nona Winny masih muda dan belum dewasa.”

“Winny masih belum menerima ajuaan pertemananku.” Ucap Lucas seraya memeriksa ponselnya.

“Apakah ada cara cepat untuk membuatnya lebih dewasa?" Tanya Lucas mengangkat alisnya.

“Kemungkinan tidak, kecuali nona mengalami penderitaan luar biasa, dia tidak mungkin berajak dewasa dengan cepat.” Jawab Andre.

Selama perbincangan mereka, Winny mulai mengemasi tendanya. Dalam sekejap, ia sudah mengemasi seluruh barangnya ke dalam kotak kecil dan menarik keluar sepeda kuningnya.

Sepeda kuning tersebut itu bergerak perlahan diikuti dengan mobil Lucas. Tidak lama kemudian, sepeda itu berbelok masuk ke sebuah kompleks perumahan tua. Mobil Lucas otomatis juga berhenti di pintu gerbang kompleks.

Ketika Winny mengangkat kotak-kotak kecilnya dan melangkah masuk ke dalam kompleks, tiba-tiba pintu mobil Ferrari di sisi jalan pintu terbuka dan seorang pemuda tampan terlihat marah menghampiri Winny.

Lucas yang hendak turun dari mobil mendadak berhenti. Pria itu adalah Nikol, putra sulung kakaknya, Abraham.

Kompleks perumahan ini sangat tua dan kecil, bahkan pintu masuknya juga sempit. Lucas hanya perlu membuka sedikit jendela mobilnya untuk dapat mendengar percakapan antara mereka.

"Winny, apa kamu benar-benar bodoh? Lebih memilih tinggal di tempat seperti kandang anjing ini daripada di vila yang aku sediakan untukmu," Bentak Nikol seraya mencengkeram erat pergelangan tangan Winny.

Winny yang merasa pergelangan tangannya hampir patah, berusaha melepaskan cengkeraman Nikol. "Kak, lepaskan aku." Nikol berbalik menatap tajam ke arahnya.

Di bawah cahaya lampu, mata Nikol memerah dan wajah yang awalnya terlihat tampan berubah berkerut marah. Winny merasakan bahaya dan tanpa sadar mundur dua langkah. Tindakan tersebut malah makin membakar kemarahan pria itu. Dia mendorong Winny dengan kasar ke batang pohon.

"Kamu sudah tiga bulan tidak pulang ke rumah, bahkan memblokir nomorku. Apa kamu sengaja menghindariku?" Geram Nikol tidak bisa menahan amarahnya.

"Kak, lepaskan. Orang-orang bisa melihat kita." Ucap Winny mengernyitkan kening dan rasa muak terlihat jelas di balik tatapannya, namun ia tidak ingin memprovokasi Nikol.

"Ha, Kak? Siapa yang kakakmu? Kamu bukan dari keluarga Sanjaya! Dan aku juga tidak mau menjadi kakakmu. Jangan berpura-pura bodoh!" Ujar Nikol sembari tertawa sinis

Winny menundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan rasa muaknya, dan kembali berucap dengan pelan, "Kak, aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan."

Nikol terus memandangi wajah Winny.Dulu, ia sangat membencinya, merasa bahwa Winny dan bibinya adalah wanita materialistis dan suka mencari keuntungan. Oleh karena itu, ia sering bekerja sama dengan Aurel mengerjai Winny.

Namun, dimulai dari mana, perasaan nya berubah. Tanpa ia sadari , pikirannya selalu dipenuhi oleh Winny. Di bawah pengaruh alkohol, Winny terlihat semakin cantik baginya, seolah-olah kecantikannya itu sengaja untuk menggoda dirinya!

Tanpa berpikir panjang, dia menarik dagu Winny dan mencoba menciumnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status