Share

Bab 10

Tidak, aku tidak boleh tinggal diam lagi!

Winny menunduk, tak berani menatapnya, lalu dengan suara pelan mengingatkan, "Paman, aku masih punya tugas yang belum selesai." Yang artinya, ia ingin keluar untuk melanjutkan pekerjaannya.

Tatapan Lucas berhenti sejenak di bibir lembutnya, kemudian turun ke tubuh indahnya yang terbalut cheongsam.

Membayangkan pandangan pria-pria di luar sana, hatinya tiba-tiba diliputi kemarahan. "Kenapa kamu harus melakukan pekerjaan seperti ini di kampus?"

Winny tak berani menatapnya, menunduk dan menjawab pelan, "Pekerjaan magang memang seperti ini."

Ia tidak memberitahunya bahwa untuk diterima sebagai mahasiswa pascasarjana, dia harus mematuhi semua tugas yang diberikan oleh kampus. Hari ini, selain memberikan penjelasan, ia juga harus mendapatkan tanda tangan kontrak.

Lucas mengerutkan kening, "Magang bisa dilakukan di perusahaanku, besok laporkan diri ke sana."

Winny tidak berniat membantahnya, dengan patuh mengangguk, "Baik, terima kasih, Paman."

Lucas tampak puas dengan jawabannya, tak berkata apa-apa lagi dan berbalik meninggalkan ruang istirahat.

Begitu dia pergi, Winny segera menarik napas dalam-dalam.

Dia menyentuh telinganya yang memerah karena panas, betapa berbahayanya!

Lucas ini benar-benar terlalu sulit dihadapi.

Tak tahu apakah dia mempercayai kata-katanya tadi atau tidak.

Tapi, percayapun atau tidak, itu tidak penting. Pria seperti dia yang berada di puncak dan sangat sibuk, mana mungkin punya waktu untuk mengurusi orang sepertinya yang hampir tidak ada hubungan apa-apa dengan Keluarga Sanjaya.

Dengan pikiran ini, Whinny merasa lega.

Waktu berlalu dengan cepat, tanpa terasa sudah malam.

Malam itu, di dalam ruang VIP. Sekelompok staf kampus dengan senyum lebar menemani minum, Lucas menanggapi dengan sikap tenang.

Tak lama kemudian, Andre masuk dan berbisik di telinganya.

Wajah Lucas berubah sedikit, dia berdiri dan meminta maaf, lalu langsung keluar dari ruang VIP.

Andre mengikutinya dari belakang, berkata pelan, "Sepertinya ini tugas dari kampus. Nona Wen harus mendapatkan tanda tangan Bos Hartono untuk bisa diterima sebagai mahasiswa pascasarjana. Bos Hartono menggunakan ini sebagai alasan untuk memaksanya minum banyak. Sekarang situasinya agak parah."

Langkah Lucas terhenti, suaranya sangat dingin, "Siapa Bos Hartono ini?"

"Dia putra sulung Keluarga Hartono, Michael Hartono, Direktur Farma Pradiksa dan salah satu investor kali ini." Tatapan Lucas tajam menusuk, "Aku ingin lihat sehebat apa orang itu"

Sambil bicara, mereka tiba di depan sebuah ruang VIP. Andre membuka pintu.

Bau alkohol yang kuat langsung menyergap hidung, di lantai bertebaran pecahan kaca dan tumpahan minuman, sampai tak ada tempat untuk melangkah.

Di tengah kekacauan itu, Michael sedang memeluk Winny di sofa, dengan botol minuman di tangannya yang tampak mengganggu.

Dia memaksakan botol itu ke tangan Winny dengan tawa mencemooh, "Minum! Kalau kamu minum, aku akan tanda tangan."

Winny tampak pucat, bibirnya yang merah tampak seperti berdarah, sangat kelihatan ia sudah minum banyak dan sangat tidak nyaman.

Ia benar-benar sudah minum lebih dari setengah liter alkohol, sampai-sampai tak bisa melihat wajah Michael dengan jelas.

"Bos Hartono, tolong lepaskan kami..."

Michael tertawa keras, menunjuk dua gadis di kursi yang sudah terkapar karena mabuk, "Mereka ini lemah, hanya kamu yang bisa minum, kalau bukan kamu, siapa lagi? Kalau kamu tidak minum, mereka juga tidak bisa menyelesaikan tugasnya."

Dia tiba-tiba mencengkeram dagu Winny, berkata dengan kasar, "Kamu pikir aku tidak mengenalimu? Kamu kan Winny, di bar malam itu aku memesan tiga botol minuman seharga ratusan juta supaya kamu menemani, tapi kamu malah tidak memberi muka di depan teman-temanku. Sampai sekarang aku masih diejek tidak bisa menaklukkan seorang gadis bar."

Dia berdecak lidah, "Ternyata kamu mahasiswa Univesitas Indonesia, katanya lagi adalah primadona kampus. Berlagak suci, padahal kamu juga jual diri, kan?"

Sambil berkata, Michael mengambil botol minuman dan menuangkannya ke mulut Winny.

Tiba-tiba, tangannya dicengkeram dengan kuat.

"Siapa yang berani menghalangiku?"

Michael marah besar, mencoba menarik tangannya, tapi genggaman itu seperti penjepit besi, tak bisa bergerak.

Michael yang biasanya arogan dan kasar, mana pernah diperlakukan seperti ini, langsung memaki, "Pergi! Atau aku akan menghancurkanmu!"

Dia mengangkat kepalanya hendak memukul, tapi tiba-tiba melihat wajah yang agak familiar.

Seorang pria yang sangat tampan, sedang menatapnya dengan tatapan dingin.

Mata itu penuh dengan kebencian, auranya yang menekan membuat Michael hampir tak berani menatapnya.

Michael tertegun, merasa takut, kesadarannya seketika pulih tiga perempat, lidahnya mulai gagap, "Tuan, Tuan Muda Ketiga ..."

Sialan, siapa yang membawa raja neraka ini ke sini?

Perlu diketahui, para tuan muda di Jakarta juga terbagi dalam beberapa tingkatan.

Jelas sekali, Lucas berada di puncak piramida, sedangkan Michael baru saja masuk lingkaran itu, dia jelas tidak bisa melawan Lucas.

Berbagai rumor tentang Lucas melintas di benaknya.

Terutama beberapa hari yang lalu, ada seseorang dalam lingkaran ini yang bicara sembrono di rumah Keluarga Sanjaya, dan langsung dihantam kepalanya oleh Lucas.

Kabarnya, dia harus menerima lebih dari tiga puluh jahitan dan sekarang masih di rumah sakit, sementara ayahnya juga tiba-tiba diturunkan pangkatnya dan dipindahkan keluar dari Jakarta.

Mengingat semua ini, Michael gemetar ketakutan, lidahnya pun kelu, "Tuan, Tuan Muda Ketiga ...apa, apa yang membawa Anda ke sini?"

Lucas tidak berbicara, hanya menatapnya dengan dingin.

Di bawah tatapan itu, Michael semakin panik.

Tubuhnya bergetar, baru akan bicara lagi, tiba-tiba Lucas mencengkeram jari-jarinya, menekuknya dengan kuat.

Dalam beberapa detik, terdengar suara retakan dan jari-jari Michael patah.

Michael menjerit kesakitan, matanya membelalak, jatuh ke tanah.

Namun, meskipun kesakitan seperti itu, dia tidak berani berteriak, hanya bisa menahan rasa sakit dan berkeringat dingin, memandang Lucas dengan ketakutan.

Tatapan Lucas yang dingin seperti pisau menoreh wajah Michael, "Pergi!"

Michael seperti mendapat amnesti, segera berdiri dan berlari.

Baru sampai di pintu, suara dingin seperti dewa kematian terdengar, "Berhenti!"

Michael gemetar, berdiri di pintu dengan ketakutan, tak berani menoleh.

Lucas memutar-mutar cincin peraknya, mengucapkan beberapa kata dengan suara dingin, "Sampai besok pagi, jangan berani menemui dokter!"

Kata-kata itu seperti pisau menghujam tubuh Michael, membuatnya hampir pingsan karena takut, namun tak berani membantah, gemetar berkata, "Ya, Tuan Muda Ketiga!"

"Pergi!"

Saat itu, Winny yang terbaring di sofa bergerak, mengeluarkan suara pelan dan memandang Lucas dengan bingung, matanya hampir tanpa fokus.

Sorot mata Lucas menggelap bagai ada badai berkecambuk di matanya.

Winny dengan wajah kecil pucat tanpa darah, bibirnya yang merah semakin menggoda, sangat memikat.

Tatapan Lucas berhenti beberapa detik di bibirnya yang basah, lalu turun perlahan.

Cheongsam ketat yang basah oleh minuman menampilkan kulit seputih jade di beberapa tempat.

Semakin tatapannya turun, semakin berkecambuk badai di mata Lucas.

Begini jadinya kalau dia minum?

Tatapan Lucas semakin gelap, dia maju dan mengangkat Winny dari sofa, tapi Winny tak bisa berdiri, langsung jatuh ke pelukannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status