Share

Istri Kedua Tuan Anderson
Istri Kedua Tuan Anderson
Author: Maesaro Ardi

Petaka itu dimulai

Suara derap langkah kaki terdengar begitu nyaring di lorong kantor, seorang perempuan dengan rambut panjang bergelombang yang berayun mengikuti langkahnya terlihat tengah terburu-buru sekali.

Raut wajahnya kian memutih dan guratan kekhawatiran terlihat dengan jelas. Perempuan itu seolah berpacu dengan waktu, hingga langkahnya terhenti di depan ruangan dengan pintu hitam tertutup rapat. Perempuan itu mengetuk pintu berapa kali dan menyebutkan siapa dirinya dan saat seseorang dari dalam ruangan menyuruhnya masuk, perempuan itu pun langsung menghadap si pemilik ruangan.

"Tuan, tolong izinkan saya pulang sekarang." Perempuan itu tanpa basa-basi langsung mengutarakan niatnya.

"Pulang? Kenapa? Jam kerja masih lama, Melody. Kamu sekretarisku, gimana bisa kamu yang lebih dulu pulang dari bosmu?" tanya Anderson Gretchen. CEO GRETCHEN HOLDING COMPANY.

Anderson bahkan tidak melihat lama ke arah perempuan bernama Melody Gray yang telah menjabat sebagai sekretarisnya selama tiga tahun.

"Tolong, Tuan. Saya ada masalah yang amat mendesak. Lagi pula semua jadwal Anda di luar untuk hari ini telah selesai dan sisanya telah saya urus serta saya sampaikan pada Aiden."

Anderson menghentikan pekerjaannya sejenak, mengalihkan pandangannya dari layar tablet dan mengamati dengan seksama wajah sekretarisnya yang menampakkan wajah memelas. Baru kali ini Melody yang dia kenal sekacau itu, apa benar alasan yang disampaikan Melody tadi?

"Baiklah, karena selama ini kinerjamu bagus, jadi aku izinkan kamu pulang lebih awal. Namun, kamu harus datang lebih pagi besok. Untuk mengganti jam kerja yang kamu lewatkan hari ini, kamu paham?" tanya Anderson setelah diam beberapa saat.

"Baik, Tuan. Terima kasih atas pengertian Anda."

Seusai mendapat izin dari atasannya, Melody langsung melesat begitu saja.

***

Sesampainya di rumah sakit Melody langsung mencari ruangan di mana Mike berada.

Menurut dokter yang menangani Mike, adiknya itu harus menjalani operasi jantung secepatnya. Sebab kerusakan jantung Mike sudah terlalu parah.

Melody tiba di ruangan adiknya. Suara elektrokardiograf, terdengar lebih nyaring di telinga Melody. Gadis itu menatap sayu adiknya yang terbaring tidak berdaya.

"Mike, Kakak akan melakukan apa pun untuk kesembuhanmu. Tolong tunggu Kakak," ucap Melody.

Setelah beberapa lama dia menemani adiknya, Melody pun keluar dengan pikiran kusut.

Kepalanya pusing, memikirkan berapa banyak uang yang harus dia siapkan. Sementara masih ada hutang yang ayahnya tinggalkan.

"Dari mana aku dapat untuk biaya operasi jantung Mike? Apakah aku harus menjual satu ginjalku?" gumamnya.

Tanpa Melody sadari sedari tadi ada yang sedang memperhatikannya.

Orang itu berpapasan dengan Melody di depan ruang pemeriksaan. Melody hampir menabraknya, tapi Melody yang sedang banyak pikiran itu berlalu begitu saja.

"Melody?Apa yang kamu lakukan di rumah sakit? Kamu sakit?" tanya orang tersebut.

Melody yang dari tadi tertundukk itu pun langsung mendongak saat dia mengenali suara yang berbicara padanya.

"Nyonya Diana?" Melody terkejut saat istri dari bosnya ada di rumah sakit yang sama.

"Kamu kenapa? Wajahmu pucat sekali, kamu sudah diperiksa dokter?" tanya Diana sambil dia duduk di sebelah Melody di lobi rumah sakit.

"Bukan saya yang sakit, Nyonya."

"Lalu siapa?"

Melody kemudian bercerita tentang adiknya yang menderita lemah jantung sejak lahir. Serta pertanyaan dokter bahwa adiknya harus segera dioperasi.

"Maaf sebelumnya, Melody.Orang tuamu kemana?"

Melody meenatap sendu, sebelum , "Ibu saya meninggal tidak lama setelah Mike lahir, ayah saya pun kabur entah ke mana. Ayah hanya meninggalkan hutang yang bunganya terus membengkak."

"Pasti berat jadi kamu Melody."

Diana menarik Melody dalam pelukannya. Dia memberikan kata semangat pada Melody.

"Lalu, kamu sudah punya biaya operasi adikmu?" tanya Diana penuh maksud tersirat.

Begitu Melody menggelengkan kepalanya, barulah Diana tersenyum simpul.

"Mel, aku bisa membantumu. Namun, kamu harus menuruti apa yang aku katakan."

"Apa pun! Asalkan saya bisa mendapakan uang untuk biaya operasi adikku."

Diana kemudian menjelaskan tentang rencana yang dia punya. Mata Melody melebar setelah dia mendengarkan dengan seksama rencana tersebut.

"Anda bercanda, 'kan?Tidak mungkin Anda berniat melakukan rencana itu?"

Melody tidak habis pikir, bagaimana mungkin ada seorang istri yang rela mengizinkan suaminya menikah Lagi? Jangankan sebuah pernikahan kedua, Melody sangat yakin perempuan manapun tidak akan terima jika pasangannya bermain hati.

Namun, apa yang dia dengar saat ini justru sebaliknya. Istri dari bosnya malah meminta Melody untuk menikah dengan suaminya. Hampir saja Melody berteriak Seandainya dia tidak ingat sedang berada di rumah sakit.

Melody menatap wajah Diana seolah meminta penjelasan lebih lanjut. Tidak mungkin penawaran itu datang tiba-tiba.

"Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Hanya saja apa yang aku katakan adalah hal yang sebenarnya. Kamu tahu sudah berapa lama aku dan Anderson menikah bukan?"

Melody mengangguk.

"Lima tahun usia pernikahan kami, tapi kami belum juga memiliki keturunan. Anderson selalu mengatakan bahwa dia tidak terlalu peduli akan hal itu. Akan tetapi orang tuanya mengancam akan memaksa Anderson untuk menceraikanku.

"Hari ini adalah jadwal aku check up dan dokter masih mengatakan hal yang sama, yaitu aku mandul. Jadi aku mohon Melody, tolong terima tawaranku.Aku akan membiayai semua pengobatan adikmu, melunasi semua hutang yang ayahmu miliki Aku akan member apa saya yang kamu mahu."

Melody bungkam dia tidak tahu harus berbuat apa. Menjadi orang ketiga dalam rumah tangga seseorang bukanlah sesuatu yang membanggakan. Tidak mungkin Melody akan bahagia di atas penderitaan istri pertama.

"Apakah Tuan Anderson tahu rencana Anda, Nyonya Diana?"

"Tidak, dia tidak tahu apa pun."

"Kalau begitu saya tidak menerima tawaran Anda, Nyonya Diana. Suami Anda Sangat mencintai Anda, saya yakin dia tidak akan setuju akan hal ini."

"Kamu tidak perlu khawatir, Melody. Aku akan meyakinkan Anderson tentang rencanaku ini. Walau tidak pernah dia tunjukkan tapi aku yakin dia sangat ingin memiki anak. Dia hanya tidak sanggup mengatakannya langsung."

Melody masih bungkam dia tidak ingin menjadi istri kedua. Tidak akan ada kebahagiaan yang akan dia, Diana maupun Anderson.

Pernikahan yang terjadi karena keterpaksaan, sangat kecil kemungkinan akan berakhir baik.

"Tolonglah Melody, kita saling membantu."

Diana berlutut di kaki Melody, hingga membuat Melody kesulitan. Berpuluh pasang mata melihat kearah mereka. Bahkan ada di antara yang menyaksikan kejadian itu sambil berbisik.

"Saya mohon Melody. Tolong selamatkan penikahanku, menikahlah dengan suamiku dan berikan dia keturunan yang tidak bisa aku wujudkan."

"Apakah hanya ini satu-satunya cara Nyonya?" tanya Melody.

"Benar, hanya ini saja. Saya mohon Melody, bukankah kamu juga perlu uang untuk menyelamatkan adikmu?"

Melody kembali bisu. Dia tidak bisa berdalih lagi. Adiknya harus segera dioperasi. Jika tidak maka adiknya tidak akan bisa bertahan lama.

Melody meraih pundak Diana, dia tidak ingin menarik perhatian banyak orang. Diana kembali duduk di samping Melody. Gadis itu menelan salivanya sebelum dia menjawab atas tawaran yang Diana berikan.

"Baiklah, Nyonya saya akan terima tawaran Anda. Namun, saya juga ingin berbicara langsung dengan Tuan Anderson perihal masalah ini. Karena, biar bagaimanapun, beliau adalah orang yang akan terlibat langsung dengan rencana Anda."

Riak bahagia terpancar di wajah Diana, dia memeluk Melody dengan erat. Bahkan bulir airmata Diana membasahi bahu Melody.

"Terimakasih banyak Melody, saya janji akan memberikan yang terbaik untuk hidupmu dan adikmu."

Melody hanya tersenyum getir saat mendengar hal tersebut. Jauh di sudut hatinya yang paling dalam, dia terus mempertanyakan akan keputusan besar yang baru saja dia buat.

"Benarkah langkah yang aku ambil ini, Tuhan?" tanyanya dalam hati.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status