Share

Istri Kedua Tuan Anderson
Istri Kedua Tuan Anderson
Penulis: Maesaro Ardi

Petaka itu dimulai

Penulis: Maesaro Ardi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-24 12:45:18

Suara derap langkah kaki terdengar begitu nyaring di lorong kantor, seorang perempuan dengan rambut panjang bergelombang yang berayun mengikuti langkahnya terlihat tengah terburu-buru sekali.

Raut wajahnya kian memutih dan guratan kekhawatiran terlihat dengan jelas. Perempuan itu seolah berpacu dengan waktu, hingga langkahnya terhenti di depan ruangan dengan pintu hitam tertutup rapat. Perempuan itu mengetuk pintu berapa kali dan menyebutkan siapa dirinya dan saat seseorang dari dalam ruangan menyuruhnya masuk, perempuan itu pun langsung menghadap si pemilik ruangan.

"Tuan, tolong izinkan saya pulang sekarang." Perempuan itu tanpa basa-basi langsung mengutarakan niatnya.

"Pulang? Kenapa? Jam kerja masih lama, Melody. Kamu sekretarisku, gimana bisa kamu yang lebih dulu pulang dari bosmu?" tanya Anderson Gretchen. CEO GRETCHEN HOLDING COMPANY.

Anderson bahkan tidak melihat lama ke arah perempuan bernama Melody Gray yang telah menjabat sebagai sekretarisnya selama tiga tahun.

"Tolong, Tuan. Saya ada masalah yang amat mendesak. Lagi pula semua jadwal Anda di luar untuk hari ini telah selesai dan sisanya telah saya urus serta saya sampaikan pada Aiden."

Anderson menghentikan pekerjaannya sejenak, mengalihkan pandangannya dari layar tablet dan mengamati dengan seksama wajah sekretarisnya yang menampakkan wajah memelas. Baru kali ini Melody yang dia kenal sekacau itu, apa benar alasan yang disampaikan Melody tadi?

"Baiklah, karena selama ini kinerjamu bagus, jadi aku izinkan kamu pulang lebih awal. Namun, kamu harus datang lebih pagi besok. Untuk mengganti jam kerja yang kamu lewatkan hari ini, kamu paham?" tanya Anderson setelah diam beberapa saat.

"Baik, Tuan. Terima kasih atas pengertian Anda."

Seusai mendapat izin dari atasannya, Melody langsung melesat begitu saja.

***

Sesampainya di rumah sakit Melody langsung mencari ruangan di mana Mike berada.

Menurut dokter yang menangani Mike, adiknya itu harus menjalani operasi jantung secepatnya. Sebab kerusakan jantung Mike sudah terlalu parah.

Melody tiba di ruangan adiknya. Suara elektrokardiograf, terdengar lebih nyaring di telinga Melody. Gadis itu menatap sayu adiknya yang terbaring tidak berdaya.

"Mike, Kakak akan melakukan apa pun untuk kesembuhanmu. Tolong tunggu Kakak," ucap Melody.

Setelah beberapa lama dia menemani adiknya, Melody pun keluar dengan pikiran kusut.

Kepalanya pusing, memikirkan berapa banyak uang yang harus dia siapkan. Sementara masih ada hutang yang ayahnya tinggalkan.

"Dari mana aku dapat untuk biaya operasi jantung Mike? Apakah aku harus menjual satu ginjalku?" gumamnya.

Tanpa Melody sadari sedari tadi ada yang sedang memperhatikannya.

Orang itu berpapasan dengan Melody di depan ruang pemeriksaan. Melody hampir menabraknya, tapi Melody yang sedang banyak pikiran itu berlalu begitu saja.

"Melody?Apa yang kamu lakukan di rumah sakit? Kamu sakit?" tanya orang tersebut.

Melody yang dari tadi tertundukk itu pun langsung mendongak saat dia mengenali suara yang berbicara padanya.

"Nyonya Diana?" Melody terkejut saat istri dari bosnya ada di rumah sakit yang sama.

"Kamu kenapa? Wajahmu pucat sekali, kamu sudah diperiksa dokter?" tanya Diana sambil dia duduk di sebelah Melody di lobi rumah sakit.

"Bukan saya yang sakit, Nyonya."

"Lalu siapa?"

Melody kemudian bercerita tentang adiknya yang menderita lemah jantung sejak lahir. Serta pertanyaan dokter bahwa adiknya harus segera dioperasi.

"Maaf sebelumnya, Melody.Orang tuamu kemana?"

Melody meenatap sendu, sebelum , "Ibu saya meninggal tidak lama setelah Mike lahir, ayah saya pun kabur entah ke mana. Ayah hanya meninggalkan hutang yang bunganya terus membengkak."

"Pasti berat jadi kamu Melody."

Diana menarik Melody dalam pelukannya. Dia memberikan kata semangat pada Melody.

"Lalu, kamu sudah punya biaya operasi adikmu?" tanya Diana penuh maksud tersirat.

Begitu Melody menggelengkan kepalanya, barulah Diana tersenyum simpul.

"Mel, aku bisa membantumu. Namun, kamu harus menuruti apa yang aku katakan."

"Apa pun! Asalkan saya bisa mendapakan uang untuk biaya operasi adikku."

Diana kemudian menjelaskan tentang rencana yang dia punya. Mata Melody melebar setelah dia mendengarkan dengan seksama rencana tersebut.

"Anda bercanda, 'kan?Tidak mungkin Anda berniat melakukan rencana itu?"

Melody tidak habis pikir, bagaimana mungkin ada seorang istri yang rela mengizinkan suaminya menikah Lagi? Jangankan sebuah pernikahan kedua, Melody sangat yakin perempuan manapun tidak akan terima jika pasangannya bermain hati.

Namun, apa yang dia dengar saat ini justru sebaliknya. Istri dari bosnya malah meminta Melody untuk menikah dengan suaminya. Hampir saja Melody berteriak Seandainya dia tidak ingat sedang berada di rumah sakit.

Melody menatap wajah Diana seolah meminta penjelasan lebih lanjut. Tidak mungkin penawaran itu datang tiba-tiba.

"Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Hanya saja apa yang aku katakan adalah hal yang sebenarnya. Kamu tahu sudah berapa lama aku dan Anderson menikah bukan?"

Melody mengangguk.

"Lima tahun usia pernikahan kami, tapi kami belum juga memiliki keturunan. Anderson selalu mengatakan bahwa dia tidak terlalu peduli akan hal itu. Akan tetapi orang tuanya mengancam akan memaksa Anderson untuk menceraikanku.

"Hari ini adalah jadwal aku check up dan dokter masih mengatakan hal yang sama, yaitu aku mandul. Jadi aku mohon Melody, tolong terima tawaranku.Aku akan membiayai semua pengobatan adikmu, melunasi semua hutang yang ayahmu miliki Aku akan member apa saya yang kamu mahu."

Melody bungkam dia tidak tahu harus berbuat apa. Menjadi orang ketiga dalam rumah tangga seseorang bukanlah sesuatu yang membanggakan. Tidak mungkin Melody akan bahagia di atas penderitaan istri pertama.

"Apakah Tuan Anderson tahu rencana Anda, Nyonya Diana?"

"Tidak, dia tidak tahu apa pun."

"Kalau begitu saya tidak menerima tawaran Anda, Nyonya Diana. Suami Anda Sangat mencintai Anda, saya yakin dia tidak akan setuju akan hal ini."

"Kamu tidak perlu khawatir, Melody. Aku akan meyakinkan Anderson tentang rencanaku ini. Walau tidak pernah dia tunjukkan tapi aku yakin dia sangat ingin memiki anak. Dia hanya tidak sanggup mengatakannya langsung."

Melody masih bungkam dia tidak ingin menjadi istri kedua. Tidak akan ada kebahagiaan yang akan dia, Diana maupun Anderson.

Pernikahan yang terjadi karena keterpaksaan, sangat kecil kemungkinan akan berakhir baik.

"Tolonglah Melody, kita saling membantu."

Diana berlutut di kaki Melody, hingga membuat Melody kesulitan. Berpuluh pasang mata melihat kearah mereka. Bahkan ada di antara yang menyaksikan kejadian itu sambil berbisik.

"Saya mohon Melody. Tolong selamatkan penikahanku, menikahlah dengan suamiku dan berikan dia keturunan yang tidak bisa aku wujudkan."

"Apakah hanya ini satu-satunya cara Nyonya?" tanya Melody.

"Benar, hanya ini saja. Saya mohon Melody, bukankah kamu juga perlu uang untuk menyelamatkan adikmu?"

Melody kembali bisu. Dia tidak bisa berdalih lagi. Adiknya harus segera dioperasi. Jika tidak maka adiknya tidak akan bisa bertahan lama.

Melody meraih pundak Diana, dia tidak ingin menarik perhatian banyak orang. Diana kembali duduk di samping Melody. Gadis itu menelan salivanya sebelum dia menjawab atas tawaran yang Diana berikan.

"Baiklah, Nyonya saya akan terima tawaran Anda. Namun, saya juga ingin berbicara langsung dengan Tuan Anderson perihal masalah ini. Karena, biar bagaimanapun, beliau adalah orang yang akan terlibat langsung dengan rencana Anda."

Riak bahagia terpancar di wajah Diana, dia memeluk Melody dengan erat. Bahkan bulir airmata Diana membasahi bahu Melody.

"Terimakasih banyak Melody, saya janji akan memberikan yang terbaik untuk hidupmu dan adikmu."

Melody hanya tersenyum getir saat mendengar hal tersebut. Jauh di sudut hatinya yang paling dalam, dia terus mempertanyakan akan keputusan besar yang baru saja dia buat.

"Benarkah langkah yang aku ambil ini, Tuhan?" tanyanya dalam hati.

Bab terkait

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Keputusan Berat

    "Ayo kita selesaikan administrasi untuk operasi jantung adikmu, Melody." Melody tidak bisa menolak, dia sendiri yang setuju. Kekuatan apa yang Melody miliki saat ini Toh memang dia sedang membutuhkan uang banyak. Di sisi lain ada yang membutuhkan anak dari rahimnya. Dari luar saja terlihat seperti pernikahan pada umumnya, tapi yang Melody lihat hal itu tidak ada bedanya dengan dia menyewakan rahimnya. Oh sungguh bodoh, bahkan sewa rahim tidak memerlukan hubungan seks. Lalu apa yang pantas dia sebut dengan hubungan ini nantinya? "Melody, ayo cepat," tegur Diana ketika Melody kembali terdiam. Setelah semua biaya pengobatan Mike telah dilunasi oleh Diana, kini perempuan itu menanyakan berapa total hutang yang Melody miliki dan ke mana dia harus membayar hutang tersebut. Hanya dengan beberapa kali klik sana sini, semua hutang Melody lunas. Melody tercengang, dia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi saat itu. Hutang ratusan ribu dolar dan juga biaya rumah sakit itu bisa dil

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-25
  • Istri Kedua Tuan Anderson   Hari Apes

    "Sayang, aku ingin kamu menikah dengan Melody." Diana seperti melempar bom waktu pada Anderson saat ini. "Apa maksudmu? Kamu gila ya? Menikah dengan Melody? Dia sekretarisku, Diana!" Amukan Anderson menggema di ruang tamu tersebut, wajah Anderson begitu merah menahan amarah yang memuncak. Melody baru kali ini melihat bosnya semarah itu. "Lalu, kamu Melody! Bagaimana bisa kamu datang ke rumahku dengan tanpa malunya dan meminta istriku untuk membuatku menikah denganmu!" Anderson menatap tajam pada gadis yang langsung menundukkan pandangannya. "Sayang, dengarkan aku dulu. Ini semua demi kebaikan kita semua. Bukan Melody yang memintanya, tapi aku. Aku yang memohon agar Melody mau menikah dan melahirkan anak untukmu," ujar Diana. "Hahahaha! Kamu? Aku tidak percaya dengan apa yang kamu katakan, Diana. Apa kamu yakin mahu berbagi suamimu dengan wanita lain?" Diana tidak langsung menjawab, dia juga tahu betul kalau hal itu mustahil. Namun, dia tidak punya pilihan. Bagaimana mungkin dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-27
  • Istri Kedua Tuan Anderson   Ide gila

    "Saya tidak tahu kenapa Anda bisa sekejam itu menuduh saya ini dan itu. Saya memang miskin, saya butuh uang untuk operasi adik saya. Anda tidak akan mengerti karena tidak berada di posisi saya. "Kenapa Anda melampiaskan kekesalan Anda pada saya? Harusnya Anda bisa mengambil hati orang tua Anda, hingga mereka tidak mengancam Nyonya Diana." Anderson hampir saja kembali naik pitam, jika saja Diana menghentikannya. Diana tidak ingin situasinya makin tidak kondusif. Bisa gagal rencananya nanti. Bukan ini yang Diana inginkan. "Melody, jangan bilang begitu. Aku yakin ini hanya salah paham, kok. Kamu jangan diambil hati ya apa yang suamiku bilang. Dia sedang emosi, jadi ngomongnya ngelantur." Diana mendelik tajam pada suaminya, sudah susah payah dia menemukan orang yang cocok sebagai alat untuk mendapatkan keturunan. Jangan sampai Melody merubah pikirannya. Melody tidak menyahut, dia diam dan hanya memperhatikan pasangan suami istri itu saling adu mulut. Keduanya saling menyalahkan satu

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Istri Kedua Tuan Anderson   Hari operasi

    Hari operasi jantung Mike telah tiba, kegundahan hati Melody tidak terlakan. Meski ada kasus proses operasi jantung yang tidak berjalan lancar, setelah oasca operasi karena adanya ketidak cocokan dengan tubuh si pasien. Namun, dokter sudah meyakinkan Melody bahwa semuanya akan baik-baik saja. Jika operasi itu berhasil, maka Mike bisa bertahan hidup hingga berpuluh tahun kedepannya. Melody mondar-mandir di depan ruang operasi, tidak ada yang menemaninya. Dia memblokir nomer telepon Leo, setelah dia memutuskan hubungan keduanya secara sepihak. Melody tidak ingin diberatkan oleh rasa bersalahnya hingga dia goyah dengan jalan yang dis pilih. "Kumohon Tuhan, selamatkan Mike. Jangan bawa dia," gumam Melody. Tidak ada satu pun yang berada di samping Melody saat-saat seperti sekarang, jangankan Anderson yang akan menjadi suaminya. Diana pun tidak menunjukkan batang hidungnya. "Apa yang kamu harapkan dari orang yang hanya ingin menjadikanmu mesin pencetak anak, Melody. Bangun dar

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-17
  • Istri Kedua Tuan Anderson   Tidak ada jalan kembali

    "Adik Anda tidak apa-apa, operasinya berjalan dengan lancar. Namun, kami akan terus memantau untuk perkembangan ke depannya."Melody tersenyum lega saat mendengar hal itu, dia bahkan hampir terjatuh jika saja Anderson tidak menopangnya. Setelahnya, dokter kembali menjelaskan kondisi Mike dengan lebih detail lagi sebelum dirinya pergi dan Mike diantar ke ruangan lain. ***Waktu berjalan dengan sangat cepat tanpa Melody sadari, hingga akhirnya hari pernikahannya dengan Anderson pun telah tiba.Melody mengatakan pada Mike bahwa dia akan menikah. Namun tidak sampai bercerita bagaimana dirinya mendapatkan uang untuk biaya pengobatan dan melunasi hutang. Apa yang Melody pastikan adalah Mike tidak perlu tahu apa pun. Mike yang juga sudah diperbolehkan pulang, sehingga dia bisa menghadiri pernikahan kakaknya. Dia saat ini menunggu di ruang rias pengantin perempuan. Memperhatikan kakaknya didandani sedemikian rupa. Cantik, sungguh sangat cantik. Riasan simple, gaun pengantin berwarna puti

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Istri Kedua Tuan Anderson   Tangis dalam diam

    Seusai Anderson keluar dari kamar mandi, dia tidak menemukan sosok istri barunya. Meski kamar itu temaram dengan penerangan lampu yang diatur sedemikian rupa. Namun, Anderson masih dapat melihat dengan jelas seisi kamar pengantin itu. Anderson menoleh ke sana ke mari mencari Melody, hingga dia menemukan tubuh mungil Melody tertidur dengan posisi yang pasti tidak nyaman. Laki-laki itu mendekati Melody dan membopongnya, dibaringkannya Melody di kasur king size yang memang untuk mereka gunakan. "Dasar, ini aku udah macem nikahin bocah saja. Lagian ngapain juga dia tidur di sofa kecil itu. Sudah tahu tubuhnya kecil, buat susah orang saja. Toh, tidur seranjang pun tidak akan membuatku terangsang," ucapnya. Anderson mendengus kesal dan beranjak dari ranjang, laki-laki itu mengambil botol vodka dan mencicipinya sambil menikmati pemandangan malam di luar hotel. Suasana begitu sunyi senyap, Anderson menghembuskan napasnya. Dia mengingat kembali apa yang istrinya katakan, sehari sebelum hari

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • Istri Kedua Tuan Anderson   Ciuman pertama dengan suami

    Melody mendelik kasar pada Anderson, sungguh dia tidak sanggup jika harus berhadapan dengan manusia satu ini lebih lama lagi. Belum lagi saat pengajuan cutinya selesai, entah apa yang akan terjadi pada kewarasannya nanti. Anderson dikenal sebagai CEO yang tidak berperikemanusiaan jika itu menyangkut pekerjaan, sudah berapa banyak karyawan yang mengeluhkan akan hal itu. Apalagi jika ada proyek baru, bukan tidak main kerasnya Anderson memacu mereka agar lembur tiap hari. Di kantor saja sudah membuat kepala Melody pusing tujuh keliling, gimana nanti jika mereka terus bertemu setiap hari di luar jam kerja. Membayangkannya saja sudah membuat Melody kesal setengah mati. Jika bisa, ingin saja dia mencubit keras pinggang laki-laki yang sedang memamerkan seringainya yang paling menyebalkan."Ngapain sih kamu, sana tidur. Jangan pernah ganggu aku. Ini bagianmu, awas saja kalau melewati batas ini. Akan kuhajar," ancam Melody setelah memberi sekat di kasur yang akan mereka gunakan tersebut.

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-23
  • Istri Kedua Tuan Anderson   Penyatuan 21+

    Keesokan harinya, terbangun dengan wajah kusut dan mata pandanya. Semalaman dia tidak bisa tidur sama sekali, barulah saat mentari mulai terbit dia sempat tertidur selama tiga puluh menit. Semalaman itu Laura terus berjaga, sungguh dia takut tiba-tiba Anderson menyerangnya saat dia melelapkan matanya. Aksi ciuman yang dilakukan Anderson tanpa aba-aba sudah membuat gadis itu merinding disko, dia sangat tahu bagaimana pengaruh alkohol terhadap seseorang. Dulu, ayahnya selalu menganiaya ibunya ketika sang ayah dalam pengaruh alkohol. Meski keesokan harinya sang ayah meminta maaf pada ibunya, tapi hal tersebut tidak langsung menjadikan Melody memaklumi tindakan orang lain saat mabuk. Melody sungguh tidak habis pikir, kenapa orang lain sangat menyukai alkohol. Padahal minuman keras tersebut tidak baik bagi kesehatan si peminumnya. Melody menghela napas panjang, baru juga bangun tidur yang hanya sekelip mata. Dia mengutuk dirinya sendiri yang selalu banyak berpikir. Melody beranjak dari r

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-25

Bab terbaru

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Pengejaran

    Melody menatap nanar pintu rumah barunya, kesendirian yang sunyi ini entah berapa lama dia akan sanggup melaluinya. Rumah itu hanya sepetak dengan perabot rumah tangga yang sudah usang, terlihat sekali memang sengaja Anne dan Diana menempatkannya di tempat yang tidak layak untuknya. "Enak juga ya jadi orang kaya, mau berbuat apa saja bisa. Bahkan merendahkan manusia lainnya hanya untuk kepuasan ego mereka saja," guman Melody. Tidak mau berlarut dalam kesedihan, dia pun melangkah mencari kamarnya. Begitu Melody membuka pintu kayu yang ada tidak jauh dari dia berdiri, pemandangan di dalam kamar pun tidak begitu jauh berbeda.Tidak ada ranjang kasur, hanya kasur lipat yang selalunya dia lihat di drama Korea yang dia tonton dahulu kala. Tidak pernah sekalipun Melody akan mengalami tidur di kasur yang demikian. "Haaa ... sudahlah, Mel. Toh kamu sebelumnya juga sudah miskin, jangan terlena dengan kebahagiaan sesaat bersama suamimu."Melody menggelar kasur lipat tersebut, membersikan bag

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Negara Asing

    Anderson mengambil penerbangan selanjutnya, dia tidak peduli meski harus merogoh kocek berkali lipat dari harga normal. Selama tujuannya tercapai dia tidak peduli dengan nominal uang yang dia keluarkan. Di dalam burung besi itu pikiran Anderson bercabang, terutama kekhawatiran akaan nasib Melody yang tengah mengandung anaknya. Belum lagi tentang keanehan yang Diana tunjukkan beberapa saat lalu, dia curiga Diana memiliki andil atas kepergian Melody darinya. Anderson tidak sabar menunggu informasi yang dibawa Aidan. Jika kecurigaannya benar. Maka dia bisa mengambil tindakan yang sepadan untuk Diana. "Kamu ada di mana sekarang, Mel? Tega sekali kamu meninggalkanku sendirian di sini? Apakah tidak ada secercah harapan agar kita bisa bersama?" Anderson duduk sambil membuka galeri ponselnya, memandangi potret isti keduanya yang tengah tersenyum. Dia ingat foto itu dia ambil diam-diam ketika mendiang Mike memotret Melody. ***Sementara Anderson yang sedang dilanda rasa khawatir tidak te

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Rencana Anderson

    "Kamu masih belum tahu informasi tentang Melody?" tanya Anderson yang mulai kehilangan kesabarannya. "Saya masih mengeceknya, Tuan. Sabar dulu," ucap Aidan yang masih menanyakan akan keberadaan Melody, pada staff bandara. Dia sudah menghubungi nomor Melody yang tentunya sudah tidak aktif. Dia makin yakin Melody sekarang berada di pesawat. Hatinya bergemuruh, perasaannya tidak menentu. Anderson mulai menebak siapa dalang di balik tindakan nekat Melody. Tidak mungkin Melody bertindak seorang diri tanpa ada yang menekannya. "Tuan, Nyonya Melody ada di penerbangan menuju Korea Selatan. Saya sudah memastikannya beberapa kali dan informasinya akurat," tutur Aidan. "Korea Selatan? Untuk apa dia ke sana? Dia tidak punya kenalan ataupun saudara di sana." Aidan menggedikkan bahunya, jika Anderson sudah berkata demikian maka hal itu benar adanya. "Pesankan aku tiket ke Korea Selatan juga sekarang! Aku akan menyusul Melody, pastikan kamu pilih penerbangan yang tercepat!" titah A

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Perjuangan Anderson

    "Kalian ini semuanya bodoh ya! Bagaimana bisa kalian membiarkan pasien yang belum sembuh pulang!" Anderson mengamuk di depan lobi rumah sakit, di mana ada beberapa perawat dan satpam yang berusaha menenangkan Anderson. Namun, bukannya tenang, justru Anderson makin mengamuk. Dia bahkan ingin menuntut rumah sakit tersebut. "Ada apa ini? Kenapa ribut sekali?" tanya dokter yang dulu bertanggung jawab terhadap Melody. Sang dokter yang baru saja menyelesaikan operasi salah satu pasiennya, dia langsung menuju lobi ketika salah satu perawat memberitahu situasi genting saat itu. "Oh, ini dia biang keroknya! Katakan qpq alasanmu mengizinkan istriku pulang, hah!" Anderson mencengkeram erat kerah jubah dokter, dari sorot mata Anderson saja sudah terlihat kalau laki-laki itu sangat murka. "Lepaskan saya, Anda tidak berhak melakukan kekerasan terhadap saya maupun tim medis lainnya." "Anda ingin tahu kenapa istri Anda pulang lebih cepat? Itu semua karena keiinginannya dan juga kondisi istri

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Selamat Tinggal

    Keesokan harinya, seperti yang sudah direncanakan, Melody keluar dari rumah sakit sebelum Aidan datang menjenguk. Tidak banyak barang bawaan yang dia miliki, hanya koper kecil, dan hand bag berisi paspor, tiket pesawat, dan uang cash. Melody juga dibekali ponsel oleh Anne, ponsel yang hanya ada kontak Anne dan Diana saja. Dengan ponsel itu lah Anne akan memantau keberadaan Melody. "Taksi!" Melody menyetop taksi yang akan membawanya ke tempat pelariannya. Dia duduk di kursi belakang dengan hati gelisah, tapi sebisa mungkin dia redam gejolak perasaan yang seolah-olah meronta akan keputusan yang dia ambil sekarang. "Maafkan aku, Anderson. Aku harap setelah kepergian kami, kalian bisa hidup rukun lagi," gumam Melody. Rintik hujan mulai turun, seakan-akan alam pun turut mengantar kepergian Melody menjemput kehidupan barunya. Selama perjalanan Melody hanya melamun, supir taksi itu pun juga bukanlah orang yang ramah. Sehingga hanya suara siaran berita yang terdengar dari radio saj

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Ancaman

    "Ambil uang ini dan pergi dari hidup putriku," ucap Anne sambil melempar amplop cokelat berisi uang, ke arah Melody. "Maksud Anda apa? Saya tidak akan terima uang ini, sekalipun saya butuh," jawab Melody. Melody menyingkirkan amplop itu menjauh darinya, hatinya terenyuh bagaikan seseorang menyiram cuka di lukanya yang menganga lebar. Dia mengepalkan tangannya, beginikah rasanya menjadi orang miskin. Hingga orang yang berada tidak ada henti-hentinya merendahkan dia? Anne mendekati Melody dan menarik kasar dagu Melody, sorot mata kebencian terlihat dengan jelas. Sudah tidak bisa ditutup-tutupi lagi, bahwa wanita itu tidak menyukainya. "Dengar, Melody Gray. Saat ini kamu hanya sedang beruntung saja, karena kamu hamil anak Anderson makanya kamu dapat perhatian dari menantuku.""Namun, apa yang kamu terima sekarang itu bukanlah cinta. Kamu sadar 'kan apa yang dia perlukan saat ini?" Anne melepaskan tangannya. Diambilnya lagi amplop itu dan disematkan langsung pada Melody seraya berka

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Derita istri kedua

    Sepulangnya Aidan, Melody kembali merenung menatap nanar langit-langit kamar rawat inapnya. Hatinya sempat goyah ketika Aidan mengatakan bahwa Anderson mencaritahu tentang dirinya. "Kamu bodoh, Mel. Buat apa lagi kamu mikirin suamimu itu? Jelas-jelas dia tidak bisa mengambil keputusan yang baik untukmu," gumam Melody. Melody meraup wajahnya dengan kasar, dia tidak percaya akan kesulitan seperti sekarang dalam mencintai seseorang. Iya, tidak bisa dipungkiri, kebersamaan yang dia lalui bersama Anderson sedikit demi sedikit telah membuka hatinya. Apa lagi perhatian yang Anderson berikan bagaikan siraman air hujan di musim kemarau. Sosok Anderson yang selalu ada di saat dia butuhkan, menggantikan ketidakhadiran sang ayah. Bahkan Mike yang pemalu saja bisa langsung dekat dengan Anderson, siapa yang tidak jatuh hati jika dipertemukan dengan orang seperti Anderson?"Sungguh, aku benci dengan apa yang kurasa." Melody memejamkan matanya, rasa pedih itu kembali menyerang kedua kelopak mata

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Rencana Melody

    "Maaf, Mel, aku datang telat. Tadi ban mobilku kempes." Napas Aidan tersengal-sengal sesampainya dia di ruangan Melody. Dia membungkukkan tubuhnya sambil mengatur napas, di tangan kanan Aidan terdapat kotak kue yang dipesan Melody. "Maaf, ya Aidan. Aku jadi merepotkan kamu terus," ucapnya penuh rasa bersalah. Melody menyeka keringat di dahi Aidan dengan tisu di dekat meja brangkar. Keadaannya sudah jauh lebih membaik, dari terakhir dia datang. Hanya saja, dokter masih meminta Melody untuk dirawat dulu sampai beberapa hari kedepan. "Thank's, Mel. Oh iya ini kue yang kamu minta. Aku siapkan piringnya dulu ya," ucap Aidan. Aidan berjalan ke arah sudut ruangan, di mana beberapa alat makan berada. Buah segar yang dia beli pun dia taruh di atas rak kecil yang tersedia. Diserahkannya peralatan makan bersih pada Melody beserta kue yang diinginkan ibu hamil itu. Terkadang Aidan merasa kasihan, di saat seperti sekarang ini harusnya yang lebih peduli akan keadaan Melody itu Anderson, bukan

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Keresahan Hati Anderson

    Anderson tidak bisa memejamkan matanya sama sekali. Pikirannya semrawut dan hanya teringat akan Melody semata. Padahal dia baru saja menggauli Diana, meski itu semua karena paksaan Diana. Hati Anderson tidak bisa dibohongi lagi, dia sungguh sudah tertawan oleh Melody. Dia juga tidak tahu sejak kapan hatinya hanya tertuju pada istri keduanya ini. Rasa bersalah bersemayam di hatinya saat dia bercinta dengan Diana beberapa saat lalu, sebab bukan Diana yang dia lihat melainkan Melody. Sungguh tiap kali Anderson terpaksa menyentuh Diana, yang ada dipikirannya hanya wajah Melody saja. Dia mengacak rambutnya yang masih basah sehabis mandi tadi. Meski Diana menyuruhnya untuk mengeringkan rambutnya, tapi Anderson tidak mempedulikan kata-katanya dan justru berbaring di kasur membelakangi Diana. "Sayang, makasih ya. Karena kamu masih mau menyentuhku. Aku takut kamu tidak lagi tertarik dengan tubuhku ini," bisik Diana. Tidak ada jawaban dari Anderson, hingga akhirnya Diana berinisiatif meme

DMCA.com Protection Status