Share

Keputusan Berat

Author: Maesaro Ardi
last update Last Updated: 2024-06-25 13:10:27

"Ayo kita selesaikan administrasi untuk operasi jantung adikmu, Melody."

Melody tidak bisa menolak, dia sendiri yang setuju. Kekuatan apa yang Melody miliki saat ini Toh memang dia sedang membutuhkan uang banyak. Di sisi lain ada yang membutuhkan anak dari rahimnya.

Dari luar saja terlihat seperti pernikahan pada umumnya, tapi yang Melody lihat hal itu tidak ada bedanya dengan dia menyewakan rahimnya.

Oh sungguh bodoh, bahkan sewa rahim tidak memerlukan hubungan seks. Lalu apa yang pantas dia sebut dengan hubungan ini nantinya?

"Melody, ayo cepat," tegur Diana ketika Melody kembali terdiam.

Setelah semua biaya pengobatan Mike telah dilunasi oleh Diana, kini perempuan itu menanyakan berapa total hutang yang Melody miliki dan ke mana dia harus membayar hutang tersebut. Hanya dengan beberapa kali klik sana sini, semua hutang Melody lunas.

Melody tercengang, dia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi saat itu. Hutang ratusan ribu dolar dan juga biaya rumah sakit itu bisa dilunasi hanya dalam waktu tidak sampai setengah jam.

Padahal Melody sudah bekerja siang malam hanya untuk membayar sedikit bunga dari hutang ayahnya.

"Terima kasih banyak, Nyonya. Jika buk karena Anda, saya tidak tahu harus berbuat apa," ucapnya dengan suara serak menahan tangis.

Beban yang selama ini dia tanggung, diangkat dengan mudah dari bahunya oleh Diana. Sekarang, Melody seolah bisa bernapas dengan lega. Dia bisa membayangkan adiknya sembuh dan bisa melihat adiknya tertawa lagi.

Dengan lunasnya biaya operasi tersebut, dokter pasti akan menemukan waktu operasi jantung adiknya dalam waktu dekat. Mengingat organ jantung pun telah ada.

"Besok kamu ada waktu, 'kan?" tanya Diana.

"Ada, Nyonya."

"Baiklah, datanglah ke rumahku. Akan aku jelaskan semuanya pada Anderson. Dengan begitu kita bisa menyiapkan upacara pernikahan kalian secepat mungkin," tutur Diana.

"Baiklah, Nyonya. Saya akan datang."

Diana tersenyum lebar, mimpinya untuk bisa memberikan anak pada suaminya akan terwujud. Meski dia harus mengeluarkan banyak uang, tapi hal itu tidak sebanding dengan apa yang akan dia terima.

Jika saja dirinya tidak mandul, tentu tidak akan terbesit sedikitpun untuk mengizinkan suaminya menikah lagi. Berbagi hati dan tubuh laki-laki yang dia cintai dengan perempuan lain, tentu saja tidak sudi Diana lakukan. Membayangkannya saja pun tidak ingin sama sekali.

"Baiklah, Diana. Aku tunggu kedatanganmu. Kalau begitu aku pulang ya, sampai jumpa besok," ucap Diana.

Melody menatap nanar pada perempuan bertubuh tinggi ramping dan menawan itu, yang makin hilang dari pandangannya.

"Ternyata manusia memang memiliki masalah yang berbeda," gumam Melody.

Gadis itu beranjak menuju ruangan Mike. Dia ingin melihat kondisi Mike, ke mana lagi dia pergi saat ini? Dia tidak punya siapapun untuk dijadikan sandaran. Meski dia memiliki ayah, tapi orang yang dipanggil ayah itu justru hanya memberikannya derita.

Ketika Melody sampai di ruang ICU, dokter yang menangani Mike ada di sana. Sepertinya dia sedang melakukan pemeriksaan pada Mike.

"Selamat sore, Dokter."

"Sore juga, Melody. Saya sudah mendapat kabar bahwa Anda telah melunasi biaya Mike. Oleh karena itu saya sekarang melihat keadaan Mike dan perkembangan keadaan adik Anda sekarang sudah cukup stabil. Dalam waktu dua hari lagi, operasi jantung akan kami lakukan pada pasien," tutur Dokter Mattew.

"Terima kasih banyak, Dokter."

Dokter Matthew dan dua orang dokter residen lainnya kemudian meninggalkan ruang ICU.

Kini tinggal Melody sendiri ditemani suara mesin elektrokardiogram. Tidak lama kemudian, Mike bangun dari tidurnya.

"Kamu sudah bangun, Mike?" tanya Melody.

"He em. Maaf sudah membuat Kak Melody khawatir lagi. Padahal aku sudah berjanji akan sehat dan tidak akan kembali membuat Kakak kesulitan," ujar Mike dengan suaranya yang lemah.

"Tidak, kata siapa kamu membuat Kakak kesulitan? Jangan begitu, Mike. Kamu keluargaku satu-satunya, kita hanya punya satu sama lain untuk saling bertahan. Kamu jangan risau, Kakak sudah mendapatkan uang untuk biaya operasi jantungmu."

"B-benarkah? Bagaimana? Saya yakin itu sangat mahal, Kak." Dari balik nebulizer terlihat raut keterkejutan dari Mike.

"Hm, Kakak berhasil mendapatkan tender besar. Makanya bos Kakak memberikan bonus, dengan uang bonus itu lah Kakak melunasi biaya rumah sakitmu.

"Sudah jangan berpikir terlalu jauh, sekarang yang perlu kamu lakukan hanyalah sembuh, Mike. Kamu sudah janji denganku. Kita bisa bermain di wahana permainan yang ingin sekali kamu datangi."

Air mata Mike mengalir dengan deras, begitupun dengan Melody. Akhirnya kedua adik beradik itu menangis bersama.

***

Keesokan harinya, Melody sudah berada di depan rumah megah milik Anderson. Karena hari ini weekend, maka sudah pasti Anderson ada di rumahnya. Lagi pula mereka juga akan membahas hal penting.

Debaran jantung Melody teramat kencang. Dia tidak menyangka akan segugup ini, terakhir kali Melody merasakan hal itu adalah ketika kreditur pertama kali membuat keributan di apartemennya.

Belum juga Melody menangani rasa gugupnya, gerbang yang menjulang tinggi itu terbuka dan suara yang dia kenal menyuruhnya untuk masuk ke dalam.

"Aku sudah menunggumu dari tadi, Melody. Masuklah, suamiku juga ada di ruang tamu."

Keringat dingin membasahi tangan dan dahi Melody. Saat pandangannya bertemu dengan tatapan tajam Anderson, Melody merasa nyawanya seakan lepas dari raganya.

"Apa yang Melody lakukan di rumah kita, Sayang?" tanya Anderson.

Dari raut wajah Anderson yang penuh dengan tanda tanya, sudah dipastikan Diana belum mengatakan apa pun tentang rencana yang dia buat.

"Ada yang ingin aku sampaikan, Sayang. Ayo duduk, Mel. Jangan berdiri saja di situ."

Laksana robot yang telah dikontrol sedemikian rupa, Melody kembali menurut dan duduk berhadapan langsung dengan Diana.

"Ada apa sih ini? Kenapa Melody bersikap aneh seperti itu? Apa yang kalian sembunyikan dariku?" tanya Anderson lagi.

Melody menelan salivanya, dia sungguh tidak bisa berkutik.

Related chapters

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Hari Apes

    "Sayang, aku ingin kamu menikah dengan Melody." Diana seperti melempar bom waktu pada Anderson saat ini. "Apa maksudmu? Kamu gila ya? Menikah dengan Melody? Dia sekretarisku, Diana!" Amukan Anderson menggema di ruang tamu tersebut, wajah Anderson begitu merah menahan amarah yang memuncak. Melody baru kali ini melihat bosnya semarah itu. "Lalu, kamu Melody! Bagaimana bisa kamu datang ke rumahku dengan tanpa malunya dan meminta istriku untuk membuatku menikah denganmu!" Anderson menatap tajam pada gadis yang langsung menundukkan pandangannya. "Sayang, dengarkan aku dulu. Ini semua demi kebaikan kita semua. Bukan Melody yang memintanya, tapi aku. Aku yang memohon agar Melody mau menikah dan melahirkan anak untukmu," ujar Diana. "Hahahaha! Kamu? Aku tidak percaya dengan apa yang kamu katakan, Diana. Apa kamu yakin mahu berbagi suamimu dengan wanita lain?" Diana tidak langsung menjawab, dia juga tahu betul kalau hal itu mustahil. Namun, dia tidak punya pilihan. Bagaimana mungkin dia

    Last Updated : 2024-06-27
  • Istri Kedua Tuan Anderson   Ide gila

    "Saya tidak tahu kenapa Anda bisa sekejam itu menuduh saya ini dan itu. Saya memang miskin, saya butuh uang untuk operasi adik saya. Anda tidak akan mengerti karena tidak berada di posisi saya. "Kenapa Anda melampiaskan kekesalan Anda pada saya? Harusnya Anda bisa mengambil hati orang tua Anda, hingga mereka tidak mengancam Nyonya Diana." Anderson hampir saja kembali naik pitam, jika saja Diana menghentikannya. Diana tidak ingin situasinya makin tidak kondusif. Bisa gagal rencananya nanti. Bukan ini yang Diana inginkan. "Melody, jangan bilang begitu. Aku yakin ini hanya salah paham, kok. Kamu jangan diambil hati ya apa yang suamiku bilang. Dia sedang emosi, jadi ngomongnya ngelantur." Diana mendelik tajam pada suaminya, sudah susah payah dia menemukan orang yang cocok sebagai alat untuk mendapatkan keturunan. Jangan sampai Melody merubah pikirannya. Melody tidak menyahut, dia diam dan hanya memperhatikan pasangan suami istri itu saling adu mulut. Keduanya saling menyalahkan satu

    Last Updated : 2024-07-12
  • Istri Kedua Tuan Anderson   Hari operasi

    Hari operasi jantung Mike telah tiba, kegundahan hati Melody tidak terlakan. Meski ada kasus proses operasi jantung yang tidak berjalan lancar, setelah oasca operasi karena adanya ketidak cocokan dengan tubuh si pasien. Namun, dokter sudah meyakinkan Melody bahwa semuanya akan baik-baik saja. Jika operasi itu berhasil, maka Mike bisa bertahan hidup hingga berpuluh tahun kedepannya. Melody mondar-mandir di depan ruang operasi, tidak ada yang menemaninya. Dia memblokir nomer telepon Leo, setelah dia memutuskan hubungan keduanya secara sepihak. Melody tidak ingin diberatkan oleh rasa bersalahnya hingga dia goyah dengan jalan yang dis pilih. "Kumohon Tuhan, selamatkan Mike. Jangan bawa dia," gumam Melody. Tidak ada satu pun yang berada di samping Melody saat-saat seperti sekarang, jangankan Anderson yang akan menjadi suaminya. Diana pun tidak menunjukkan batang hidungnya. "Apa yang kamu harapkan dari orang yang hanya ingin menjadikanmu mesin pencetak anak, Melody. Bangun dar

    Last Updated : 2024-07-17
  • Istri Kedua Tuan Anderson   Tidak ada jalan kembali

    "Adik Anda tidak apa-apa, operasinya berjalan dengan lancar. Namun, kami akan terus memantau untuk perkembangan ke depannya."Melody tersenyum lega saat mendengar hal itu, dia bahkan hampir terjatuh jika saja Anderson tidak menopangnya. Setelahnya, dokter kembali menjelaskan kondisi Mike dengan lebih detail lagi sebelum dirinya pergi dan Mike diantar ke ruangan lain. ***Waktu berjalan dengan sangat cepat tanpa Melody sadari, hingga akhirnya hari pernikahannya dengan Anderson pun telah tiba.Melody mengatakan pada Mike bahwa dia akan menikah. Namun tidak sampai bercerita bagaimana dirinya mendapatkan uang untuk biaya pengobatan dan melunasi hutang. Apa yang Melody pastikan adalah Mike tidak perlu tahu apa pun. Mike yang juga sudah diperbolehkan pulang, sehingga dia bisa menghadiri pernikahan kakaknya. Dia saat ini menunggu di ruang rias pengantin perempuan. Memperhatikan kakaknya didandani sedemikian rupa. Cantik, sungguh sangat cantik. Riasan simple, gaun pengantin berwarna puti

    Last Updated : 2024-07-24
  • Istri Kedua Tuan Anderson   Tangis dalam diam

    Seusai Anderson keluar dari kamar mandi, dia tidak menemukan sosok istri barunya. Meski kamar itu temaram dengan penerangan lampu yang diatur sedemikian rupa. Namun, Anderson masih dapat melihat dengan jelas seisi kamar pengantin itu. Anderson menoleh ke sana ke mari mencari Melody, hingga dia menemukan tubuh mungil Melody tertidur dengan posisi yang pasti tidak nyaman. Laki-laki itu mendekati Melody dan membopongnya, dibaringkannya Melody di kasur king size yang memang untuk mereka gunakan. "Dasar, ini aku udah macem nikahin bocah saja. Lagian ngapain juga dia tidur di sofa kecil itu. Sudah tahu tubuhnya kecil, buat susah orang saja. Toh, tidur seranjang pun tidak akan membuatku terangsang," ucapnya. Anderson mendengus kesal dan beranjak dari ranjang, laki-laki itu mengambil botol vodka dan mencicipinya sambil menikmati pemandangan malam di luar hotel. Suasana begitu sunyi senyap, Anderson menghembuskan napasnya. Dia mengingat kembali apa yang istrinya katakan, sehari sebelum hari

    Last Updated : 2024-08-21
  • Istri Kedua Tuan Anderson   Ciuman pertama dengan suami

    Melody mendelik kasar pada Anderson, sungguh dia tidak sanggup jika harus berhadapan dengan manusia satu ini lebih lama lagi. Belum lagi saat pengajuan cutinya selesai, entah apa yang akan terjadi pada kewarasannya nanti. Anderson dikenal sebagai CEO yang tidak berperikemanusiaan jika itu menyangkut pekerjaan, sudah berapa banyak karyawan yang mengeluhkan akan hal itu. Apalagi jika ada proyek baru, bukan tidak main kerasnya Anderson memacu mereka agar lembur tiap hari. Di kantor saja sudah membuat kepala Melody pusing tujuh keliling, gimana nanti jika mereka terus bertemu setiap hari di luar jam kerja. Membayangkannya saja sudah membuat Melody kesal setengah mati. Jika bisa, ingin saja dia mencubit keras pinggang laki-laki yang sedang memamerkan seringainya yang paling menyebalkan."Ngapain sih kamu, sana tidur. Jangan pernah ganggu aku. Ini bagianmu, awas saja kalau melewati batas ini. Akan kuhajar," ancam Melody setelah memberi sekat di kasur yang akan mereka gunakan tersebut.

    Last Updated : 2024-08-23
  • Istri Kedua Tuan Anderson   Penyatuan 21+

    Keesokan harinya, terbangun dengan wajah kusut dan mata pandanya. Semalaman dia tidak bisa tidur sama sekali, barulah saat mentari mulai terbit dia sempat tertidur selama tiga puluh menit. Semalaman itu Laura terus berjaga, sungguh dia takut tiba-tiba Anderson menyerangnya saat dia melelapkan matanya. Aksi ciuman yang dilakukan Anderson tanpa aba-aba sudah membuat gadis itu merinding disko, dia sangat tahu bagaimana pengaruh alkohol terhadap seseorang. Dulu, ayahnya selalu menganiaya ibunya ketika sang ayah dalam pengaruh alkohol. Meski keesokan harinya sang ayah meminta maaf pada ibunya, tapi hal tersebut tidak langsung menjadikan Melody memaklumi tindakan orang lain saat mabuk. Melody sungguh tidak habis pikir, kenapa orang lain sangat menyukai alkohol. Padahal minuman keras tersebut tidak baik bagi kesehatan si peminumnya. Melody menghela napas panjang, baru juga bangun tidur yang hanya sekelip mata. Dia mengutuk dirinya sendiri yang selalu banyak berpikir. Melody beranjak dari r

    Last Updated : 2024-08-25
  • Istri Kedua Tuan Anderson   Rasa sakit hati

    Setelah penyatuan keduanya, Melody masih berbaring di kasur yang sudah acak-acakan. Ditariknya selimut putih itu hingga menutupi sekujur tubuhnya, rasa sakit di bagian bawah sana tidak lebih sakit hati Melody saat ini. Tidak terasa air mata itu menyeruak tanpa diinginkan Melody, dia samar-samar mendengar percakapan Anderson dengan Diana. Isi percakapan yang sungguh mengiris hati wanitanya, dia tidak sanggup dan tidak ingin mendengar lebih jauh lagi. Namun, Anderson seolah-olah sengaja mengeraskan suaranya agar Melody juga mendengar apa saja yang dia katakan. "Tentu saja kamu yang terbaik, Sayang. Tidak mungkin kayu itu mampu memuaskanku, kamu tidak tahu apa yang aku rasakan selama aku having sex dengan dia kan? Kaku! Dia bukan hanya seperti kayu, tapi juga tidak beda jauh dengan kanebo yang sangat kering," tutur Anderson sambil melirik ke arah ranjang.Laki-laki itu dapat melihat bahu Melody beringsut-ingsut, Anderson dapat menebak pasti Melody pura-pura tidur dan menangis diam-diam

    Last Updated : 2024-08-29

Latest chapter

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Pengejaran

    Melody menatap nanar pintu rumah barunya, kesendirian yang sunyi ini entah berapa lama dia akan sanggup melaluinya. Rumah itu hanya sepetak dengan perabot rumah tangga yang sudah usang, terlihat sekali memang sengaja Anne dan Diana menempatkannya di tempat yang tidak layak untuknya. "Enak juga ya jadi orang kaya, mau berbuat apa saja bisa. Bahkan merendahkan manusia lainnya hanya untuk kepuasan ego mereka saja," guman Melody. Tidak mau berlarut dalam kesedihan, dia pun melangkah mencari kamarnya. Begitu Melody membuka pintu kayu yang ada tidak jauh dari dia berdiri, pemandangan di dalam kamar pun tidak begitu jauh berbeda.Tidak ada ranjang kasur, hanya kasur lipat yang selalunya dia lihat di drama Korea yang dia tonton dahulu kala. Tidak pernah sekalipun Melody akan mengalami tidur di kasur yang demikian. "Haaa ... sudahlah, Mel. Toh kamu sebelumnya juga sudah miskin, jangan terlena dengan kebahagiaan sesaat bersama suamimu."Melody menggelar kasur lipat tersebut, membersikan bag

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Negara Asing

    Anderson mengambil penerbangan selanjutnya, dia tidak peduli meski harus merogoh kocek berkali lipat dari harga normal. Selama tujuannya tercapai dia tidak peduli dengan nominal uang yang dia keluarkan. Di dalam burung besi itu pikiran Anderson bercabang, terutama kekhawatiran akaan nasib Melody yang tengah mengandung anaknya. Belum lagi tentang keanehan yang Diana tunjukkan beberapa saat lalu, dia curiga Diana memiliki andil atas kepergian Melody darinya. Anderson tidak sabar menunggu informasi yang dibawa Aidan. Jika kecurigaannya benar. Maka dia bisa mengambil tindakan yang sepadan untuk Diana. "Kamu ada di mana sekarang, Mel? Tega sekali kamu meninggalkanku sendirian di sini? Apakah tidak ada secercah harapan agar kita bisa bersama?" Anderson duduk sambil membuka galeri ponselnya, memandangi potret isti keduanya yang tengah tersenyum. Dia ingat foto itu dia ambil diam-diam ketika mendiang Mike memotret Melody. ***Sementara Anderson yang sedang dilanda rasa khawatir tidak te

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Rencana Anderson

    "Kamu masih belum tahu informasi tentang Melody?" tanya Anderson yang mulai kehilangan kesabarannya. "Saya masih mengeceknya, Tuan. Sabar dulu," ucap Aidan yang masih menanyakan akan keberadaan Melody, pada staff bandara. Dia sudah menghubungi nomor Melody yang tentunya sudah tidak aktif. Dia makin yakin Melody sekarang berada di pesawat. Hatinya bergemuruh, perasaannya tidak menentu. Anderson mulai menebak siapa dalang di balik tindakan nekat Melody. Tidak mungkin Melody bertindak seorang diri tanpa ada yang menekannya. "Tuan, Nyonya Melody ada di penerbangan menuju Korea Selatan. Saya sudah memastikannya beberapa kali dan informasinya akurat," tutur Aidan. "Korea Selatan? Untuk apa dia ke sana? Dia tidak punya kenalan ataupun saudara di sana." Aidan menggedikkan bahunya, jika Anderson sudah berkata demikian maka hal itu benar adanya. "Pesankan aku tiket ke Korea Selatan juga sekarang! Aku akan menyusul Melody, pastikan kamu pilih penerbangan yang tercepat!" titah A

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Perjuangan Anderson

    "Kalian ini semuanya bodoh ya! Bagaimana bisa kalian membiarkan pasien yang belum sembuh pulang!" Anderson mengamuk di depan lobi rumah sakit, di mana ada beberapa perawat dan satpam yang berusaha menenangkan Anderson. Namun, bukannya tenang, justru Anderson makin mengamuk. Dia bahkan ingin menuntut rumah sakit tersebut. "Ada apa ini? Kenapa ribut sekali?" tanya dokter yang dulu bertanggung jawab terhadap Melody. Sang dokter yang baru saja menyelesaikan operasi salah satu pasiennya, dia langsung menuju lobi ketika salah satu perawat memberitahu situasi genting saat itu. "Oh, ini dia biang keroknya! Katakan qpq alasanmu mengizinkan istriku pulang, hah!" Anderson mencengkeram erat kerah jubah dokter, dari sorot mata Anderson saja sudah terlihat kalau laki-laki itu sangat murka. "Lepaskan saya, Anda tidak berhak melakukan kekerasan terhadap saya maupun tim medis lainnya." "Anda ingin tahu kenapa istri Anda pulang lebih cepat? Itu semua karena keiinginannya dan juga kondisi istri

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Selamat Tinggal

    Keesokan harinya, seperti yang sudah direncanakan, Melody keluar dari rumah sakit sebelum Aidan datang menjenguk. Tidak banyak barang bawaan yang dia miliki, hanya koper kecil, dan hand bag berisi paspor, tiket pesawat, dan uang cash. Melody juga dibekali ponsel oleh Anne, ponsel yang hanya ada kontak Anne dan Diana saja. Dengan ponsel itu lah Anne akan memantau keberadaan Melody. "Taksi!" Melody menyetop taksi yang akan membawanya ke tempat pelariannya. Dia duduk di kursi belakang dengan hati gelisah, tapi sebisa mungkin dia redam gejolak perasaan yang seolah-olah meronta akan keputusan yang dia ambil sekarang. "Maafkan aku, Anderson. Aku harap setelah kepergian kami, kalian bisa hidup rukun lagi," gumam Melody. Rintik hujan mulai turun, seakan-akan alam pun turut mengantar kepergian Melody menjemput kehidupan barunya. Selama perjalanan Melody hanya melamun, supir taksi itu pun juga bukanlah orang yang ramah. Sehingga hanya suara siaran berita yang terdengar dari radio saj

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Ancaman

    "Ambil uang ini dan pergi dari hidup putriku," ucap Anne sambil melempar amplop cokelat berisi uang, ke arah Melody. "Maksud Anda apa? Saya tidak akan terima uang ini, sekalipun saya butuh," jawab Melody. Melody menyingkirkan amplop itu menjauh darinya, hatinya terenyuh bagaikan seseorang menyiram cuka di lukanya yang menganga lebar. Dia mengepalkan tangannya, beginikah rasanya menjadi orang miskin. Hingga orang yang berada tidak ada henti-hentinya merendahkan dia? Anne mendekati Melody dan menarik kasar dagu Melody, sorot mata kebencian terlihat dengan jelas. Sudah tidak bisa ditutup-tutupi lagi, bahwa wanita itu tidak menyukainya. "Dengar, Melody Gray. Saat ini kamu hanya sedang beruntung saja, karena kamu hamil anak Anderson makanya kamu dapat perhatian dari menantuku.""Namun, apa yang kamu terima sekarang itu bukanlah cinta. Kamu sadar 'kan apa yang dia perlukan saat ini?" Anne melepaskan tangannya. Diambilnya lagi amplop itu dan disematkan langsung pada Melody seraya berka

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Derita istri kedua

    Sepulangnya Aidan, Melody kembali merenung menatap nanar langit-langit kamar rawat inapnya. Hatinya sempat goyah ketika Aidan mengatakan bahwa Anderson mencaritahu tentang dirinya. "Kamu bodoh, Mel. Buat apa lagi kamu mikirin suamimu itu? Jelas-jelas dia tidak bisa mengambil keputusan yang baik untukmu," gumam Melody. Melody meraup wajahnya dengan kasar, dia tidak percaya akan kesulitan seperti sekarang dalam mencintai seseorang. Iya, tidak bisa dipungkiri, kebersamaan yang dia lalui bersama Anderson sedikit demi sedikit telah membuka hatinya. Apa lagi perhatian yang Anderson berikan bagaikan siraman air hujan di musim kemarau. Sosok Anderson yang selalu ada di saat dia butuhkan, menggantikan ketidakhadiran sang ayah. Bahkan Mike yang pemalu saja bisa langsung dekat dengan Anderson, siapa yang tidak jatuh hati jika dipertemukan dengan orang seperti Anderson?"Sungguh, aku benci dengan apa yang kurasa." Melody memejamkan matanya, rasa pedih itu kembali menyerang kedua kelopak mata

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Rencana Melody

    "Maaf, Mel, aku datang telat. Tadi ban mobilku kempes." Napas Aidan tersengal-sengal sesampainya dia di ruangan Melody. Dia membungkukkan tubuhnya sambil mengatur napas, di tangan kanan Aidan terdapat kotak kue yang dipesan Melody. "Maaf, ya Aidan. Aku jadi merepotkan kamu terus," ucapnya penuh rasa bersalah. Melody menyeka keringat di dahi Aidan dengan tisu di dekat meja brangkar. Keadaannya sudah jauh lebih membaik, dari terakhir dia datang. Hanya saja, dokter masih meminta Melody untuk dirawat dulu sampai beberapa hari kedepan. "Thank's, Mel. Oh iya ini kue yang kamu minta. Aku siapkan piringnya dulu ya," ucap Aidan. Aidan berjalan ke arah sudut ruangan, di mana beberapa alat makan berada. Buah segar yang dia beli pun dia taruh di atas rak kecil yang tersedia. Diserahkannya peralatan makan bersih pada Melody beserta kue yang diinginkan ibu hamil itu. Terkadang Aidan merasa kasihan, di saat seperti sekarang ini harusnya yang lebih peduli akan keadaan Melody itu Anderson, bukan

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Keresahan Hati Anderson

    Anderson tidak bisa memejamkan matanya sama sekali. Pikirannya semrawut dan hanya teringat akan Melody semata. Padahal dia baru saja menggauli Diana, meski itu semua karena paksaan Diana. Hati Anderson tidak bisa dibohongi lagi, dia sungguh sudah tertawan oleh Melody. Dia juga tidak tahu sejak kapan hatinya hanya tertuju pada istri keduanya ini. Rasa bersalah bersemayam di hatinya saat dia bercinta dengan Diana beberapa saat lalu, sebab bukan Diana yang dia lihat melainkan Melody. Sungguh tiap kali Anderson terpaksa menyentuh Diana, yang ada dipikirannya hanya wajah Melody saja. Dia mengacak rambutnya yang masih basah sehabis mandi tadi. Meski Diana menyuruhnya untuk mengeringkan rambutnya, tapi Anderson tidak mempedulikan kata-katanya dan justru berbaring di kasur membelakangi Diana. "Sayang, makasih ya. Karena kamu masih mau menyentuhku. Aku takut kamu tidak lagi tertarik dengan tubuhku ini," bisik Diana. Tidak ada jawaban dari Anderson, hingga akhirnya Diana berinisiatif meme

DMCA.com Protection Status