Share

Hari Apes

"Sayang, aku ingin kamu menikah dengan Melody."

Diana seperti melempar bom waktu pada Anderson saat ini.

"Apa maksudmu? Kamu gila ya? Menikah dengan Melody? Dia sekretarisku, Diana!"

Amukan Anderson menggema di ruang tamu tersebut, wajah Anderson begitu merah menahan amarah yang memuncak. Melody baru kali ini melihat bosnya semarah itu.

"Lalu, kamu Melody! Bagaimana bisa kamu datang ke rumahku dengan tanpa malunya dan meminta istriku untuk membuatku menikah denganmu!" Anderson menatap tajam pada gadis yang langsung menundukkan pandangannya.

"Sayang, dengarkan aku dulu. Ini semua demi kebaikan kita semua. Bukan Melody yang memintanya, tapi aku. Aku yang memohon agar Melody mau menikah dan melahirkan anak untukmu," ujar Diana.

"Hahahaha! Kamu? Aku tidak percaya dengan apa yang kamu katakan, Diana. Apa kamu yakin mahu berbagi suamimu dengan wanita lain?"

Diana tidak langsung menjawab, dia juga tahu betul kalau hal itu mustahil. Namun, dia tidak punya pilihan. Bagaimana mungkin dia bisa berpisah dengan Anderson hanya karena tidak bisa hamil.

"Aku serius, Sayang. Aku ingin kamu menikah dengan Melody. Tolong, ini semua demi kebaikan kita. Aku ingin memiliki anak, tapi kamu tahu sendiri kalau aku mandul."

"Aku tidak mengerti kenapa kamu bisa memiliki ide gila seperti itu, Diana. Padahal, kita bisa memiliki anak dengan cara yang lain. Bayi tabung atau kita bisa mengadopsi bayi yang baru lahir di panti asuhan," ujar Anderson masih teguh pada pendiriannya.

Diana menggeleng kasar dan berucap, "Aku tidak mau. Bayi tabung itu tidak akan berhasil untukku, kemarin aku sudah berkonsultasi dengan dokter. Aku juga tidak mahu mengadopsi anak. Aku ingin membesarkan darah dagingmu sendiri, Sayang."

"Bagaimana dengan ibu pengganti? Bukankah bisa? Kita cukup menyewa rahim wanita lain, bahkan termasuk Melody."

"Tidak, Sayang. Hal itu juga tidak bisa. Sel telurku bermasalah. Jadi tidak akan terjadi pembuahan. Kumohon, Sayang. Hanya ini satu-satunya jalan agar kita bisa memiliki anak. Tolong menikah dengannya, aku belum pernah meminta sesuatu padamu, 'kan?" tanya Diana dengan tampang penuh harap dan keputusasaan yang mendalam.

Anderson menarik rambutnya dengan kuat, rasa frustasinya melebihi apa yang terlihat. Dia tidak tahu kenapa istrinya bersikeras meminta dirinya menikah dengan perempuan lain, apa lagi perempuan itu adalah sekretarisnya sendiri.

Anderson kembali melirik ke arah Melody yang masih tertunduk dan bungkam. Laki-laki itu pun tidak habis pikir bagaimana bisa ada perempuan yang mau menjadi istri kedua, apa yang ada di kepala Melody sampai gadis itu setuju akan ide gila Diana.

"Aku sungguh tidak mengerti dengan hal gila yang kamu katakan. Menikah dengan orang lain kamu pikir masalah kita akan selesai begitu saja? Apa yang akan dikatakan orang tua kita?" tanya Anderson setelah diam beberapa saat.

"Aku sudah cerita dengan orang tuaku. Mereka tidak peduli, asalkan hal itu membuatku bahagia."

"Lalu orang tuaku? Apa kamu tidak memikirkan bagaimana shock-nya ayah dan ibu nanti?"

Diana menghela napas berat, mendengar suaminya berkata demikian itu artinya suaminya itu belum tahu akan ancaman yang dilakukan ayah mertua padanya.

"Apa-apaan sikapmu itu, kamu meremehkan pendapat orang tuaku, Diana?" Anderson mulai kesal akan sikap Diana yang dianggapnya kurang ajar.

"Sayang, aku tidak akan seputus asa ini, seandainya saja orang tuamu itu tidak mengancamku!" Diana pun tidak bisa menahan rahasia itu terlalu lama lagi.

Ide gila yang dikatakan suaminya itu juga karena tekanan yang diberikan sang mertua padanya. Tidak mungkin Diana sampai terbesit untuk berbagi hati dan tubuh suaminya dengan orang lain jika bukan karena ancaman itu.

"Ancaman? Apa yang kamu katakan?" Anderson lagi dan lagi tidak mengerti akan apa yang terjadi hari ini.

Weekend yang ingin dia habiskan dengan tenang bersama sang istri, tiba-tiba menjadi perang urat syaraf. Ada berapa masalah yang Anderson tidak ketahui selama dia fokus di perusahaannya?

"Ayahmu meminta aku untuk bercerai denganmu! Dia tidak mau memiliki menantu mandul yang tidak bisa memberikan keturunan. Sikap baik orang tuamu padaku itu hanya pura-pura saja, Anderson.

"Jadi, jika kamu benar masih mencintaiku. Maka kamu harus menuruti ide yang baru saja aku katakan! Aku tidak akan mau bercerai denganmu! Tidak akan pernah!" seru Diana.

Anderson menendang meja yang ada di ruang tamu, dia tidak tahu harus percaya dengan siapa. Diambilnya ponsel dari saku celananya dan dia menghubungi sang ayah. Menanyakan akan ancaman yang diceritakan Diana, awalnya sang ayah tidak mengaku. Namun, Anderson terus mendesak dan mengancam balik akan menjatuhkan perusahaan yang telah dibangun oleh ayahnya itu.

Pada akhirnya perbuatan sang ayah pun tidak bisa ditutupi lagi, setelah kenyataan terkuak barulah amarah Anderson sedikit mereda.

"Baiklah, aku mengerti alasanmu," ucap Anderson setelah telepon dengan ayahnya berakhir.

"Jadi kamu percaya, bukan? Tolonglah, Sayang. Aku ingin memiliki anak. Menikahlah dengan Melody, dia sudah setuju dan akan mengikuti apa yang aku katakan kedepannya," pinta Diana.

Anderson menghempaskan tubuhnya di sofa, sorot matanya bagaikan predator yang siap menerkam mangsa.

"Kenapa kamu setuju dengan ide gila ini, Melody? Bukankah kamu belum menikah? Apa kamu tidak punya kekasih yang harus kamu pikirkan perasaannya?" tanya Anderson.

Nada suara Anderson jauh lebih lembut, tidak seperti sebelumnya. Melody tidak langsung menjawab, dia tidak memungkiri bahwa dirinya sudah memiliki kekasih. Hanya saja, hubungan keduanya yang masih baru dan juga masalah keluarga yang dia miliki jauh lebih penting dari pada perasaannya maupun kekasihnya.

"T-tidak ada, Tuan. Saya belum punya kekasih," jawab Melody yang terpaksa berbohong.

"Lalu, apa alasanmu untuk menerima tawaran gila dan tidak masuk akal ini?"

Diana yang melihat Melody gugup dan tidak bisa menjawab pertanyaan suaminya, hingga dia bersuara dan menjelaskan akan situasi genting yang Melody alami.

"Jadi karena uang? Hah? Hanya karena uang kamu sampai menggadaikan harga dirimu serendah ini, Melody?" Anderson mendengus kasar.

Masalah ekonomi memang menjadi momok yang tidak bisa dijauhkan dari hidupnya, banyak orang di luar sana yang mendekatinya hanya karena reputasi pewaris GRETCHEN HOLDING COMPANY.

"Aku pikir kamu ini wanita yang berkelas, walau aku tahu background ini sangat buruk, Melody. Namun, ternyata sama saja dengan para penjilat dan orang-orang bermuka dua di laur sana," tutur Anderson.

Melody meradang saat dia mendengar kalimat sindiran sarkas yang bosnya katakan, inikah kenapa feeling-nya tidak baik sejak dia menginjakkan kaki di rumah megah Anderson.

Segitu burukkah menjadi orang miskin hingga dia pantas dihinakan sedemikian rupa oleh orang terkaya itu. Jika bukan karena Mike, dia bisa melunasi hutang ayahnya meski membutuhkan waktu beberapa tahun lamanya.

Melody menarik napasnya dalam-dalam, dia tidak ingin meledak saat ini. Bukan itu yang ingin dia lakukan, adiknya belum dioperasi. Dia tidak ingin Diana meminta kembali uang yang sudah dia keluarkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status