Share

Ide gila

Penulis: Maesaro Ardi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-12 14:17:41

"Saya tidak tahu kenapa Anda bisa sekejam itu menuduh saya ini dan itu. Saya memang miskin, saya butuh uang untuk operasi adik saya. Anda tidak akan mengerti karena tidak berada di posisi saya.

"Kenapa Anda melampiaskan kekesalan Anda pada saya? Harusnya Anda bisa mengambil hati orang tua Anda, hingga mereka tidak mengancam Nyonya Diana."

Anderson hampir saja kembali naik pitam, jika saja Diana menghentikannya. Diana tidak ingin situasinya makin tidak kondusif. Bisa gagal rencananya nanti. Bukan ini yang Diana inginkan.

"Melody, jangan bilang begitu. Aku yakin ini hanya salah paham, kok. Kamu jangan diambil hati ya apa yang suamiku bilang. Dia sedang emosi, jadi ngomongnya ngelantur."

Diana mendelik tajam pada suaminya, sudah susah payah dia menemukan orang yang cocok sebagai alat untuk mendapatkan keturunan. Jangan sampai Melody merubah pikirannya.

Melody tidak menyahut, dia diam dan hanya memperhatikan pasangan suami istri itu saling adu mulut. Keduanya saling menyalahkan satu sama lain. Mereka bahkan tidak peduli bagaimana perasaan Melody, jika sebelumnya Anderson menyepelekan dirinya karena miskin. Maka hal yang sama pun bisa Melody lakukan, apakah semua orang kaya akan bersikap seegois itu?

Melody sibuk melayan isi pikirannya sendiri, dia tidak mau menambah beban pikiran yang sudah menumpuk dengan masalahnya sendiri. Jadi Melody tidak ingin memikirkan urusan Anderson dan Diana yang sedang perang mulut itu.

Melody jadi ingat apa yang dikatakan Anderson tentang apakah dia memiliki kekasih. Sampai akhirnya Melody teringat dia belum membalas pesan Leo Waldy, kekasihnya.

Segera dia mengecek ponselnya. Benar saja, ada lima belas pesan belum dia buka dan ada tiga puluh panggilan tidak terjawab.

Dalam posisinya saat ini, Melody tentu tidak bisa menelpon balik. Jadi dia membalas pesan Leo.

Melody : [Maaf, Leo. Aku baru lihat chat-mu. Adikku masuk rumah sakit lagi, sekarang dia harus dioperasi.]

Tidak butuh waktu lama sampai Melody menerima balasan Leo.

Leo : [Hah? Kok kamu baru ngasih tahu sekarang? Rumah sakit mana? Biar aku jenguk sekalian. Sudah lama juga aku tidak bertemu dengan Mike.]

Melody : [T-tidak usah sekarang, Leo. Aku akan menghubungimu lagi. Sekarang aku sedang keluar sebentar, bertemu dengan saudaraku.]

Leo : [Hm ... begitukah? Baiklah, segera kabari aku ya, Sayang. I'll always on your side. I love you, Babe.]

Melody :[Thank you, Leo. Aku pergi dulu ya.]

Melody merasa bersalah atas kebohongan demi kebohongan yang dia buat, sampai dia tidak sanggup untuk membalas rasa cinta Leo. Bagaimana mungkin dia mengatakan hal yang sama, sementara dia kemungkinan besar akan menjadi istri orang.

Membayangkannya saja sudah membuat Melody merasa bersalah yang teramat dalam, dia tidak sanggup melihat bagaimana terlukanya hati Leo. Kekasihnya itu laki-laki baik dan penuh pengertian.

"Maaf, Leo. Aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita, aku telah mengkhianati cintamu," batin Melody.

Bulir air mata sudah hampir menyeruak, tapi berhasil Melody tahan. Jangan sampai dia menangis di depan Anderson, entah berapa banyak caci maki yang bosnya itu tujukan padanya.

Melody menarik napasnya dalam-dalam dan hembuskannya. Mengatur suasana hati yang kian hari kian membuatnya sesak ternyata sesulit ini. Gadis itu terkadang berpikir, apa yang telah dia lakukan di kehidupan sebelumnya hingga dia harus menerima semua ujian hidup yang teramat berat.

"Pokoknya aku ingin kalian menikah. Jika kamu tidak mau menuruti keinginanku lebih baik aku mati dari pada aku bercerai denganmu!"

Suara lantang Diana membuat Melody kembali dari lamunan panjangnya. Dia masih tidak percaya dua orang di depannya itu masih belum selesai dengan pertengkaran mereka.

Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang, yang artinya Melody sudah sejam meninggalkan adiknya sendirian.

"Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang? Ide gila ini jadi dilakukan atau tidak. Tolong ambil keputusan, saya tidak bisa meninggalkan adik saya terlalu lama di weekend ini," ujar Melody yang mulai bosan akan pengulangan debat yang sama.

Anderson tampak kesal saat percakapannya dengan sang istri di sela Melody.

"Kamu sangat ingin menikah denganku bukan? Baiklah kita akan menikah, sebaiknya kamu ingat satu hal Melody Gray. Jangan berharap aku akan mencintaimu!"

"Aku juga tidak sedikitpun berpikir ke arah sana, Tuan," sahut Melody dengan percaya diri.

"Baguslah! Ingat, tugasmu hanya melahirkan anak-anakku! Tidak lebih dari itu, paham!"

Setelah mengatakan hal tersebut, Anderson beranjak dari ruang tamu dan berjalan menuju lantai dua di mana kamar utama di rumah itu berada.

Senyum puas terukir di wajah Diana, setelah sejam lamanya dia berseteru dengan sang suami. Akhirnya suaminyf tersebut setuju juga dengan rencana yang dia buat.

Diana langsung mendekati Melody dan memeluknya penuh kehangatan, " Melody, mulai besok kita harus mempersiapkan pernikahan kalian. Jangan pedulikan Anderson. Dia akan menuruti semua yang aku katakan. Tinggal kamu yang ikuti alur kami saja."

"Baik. Kalau boleh tahu kapan pernikahan di lakukan? Tiga hari lagi adik saya akan dioperasi dan saya tidak akan bisa ke mana-mana pada hari itu."

"Oh, jangan khawatir, Melody. Serahkan saja semuanya padaku, kamu cukup beritahu aku berapa ukuran tubuhmu. Biar aku yang handle," ucap Diana dengan hati yang pastinya sedang berbunga-bunga.

"Kapan pelaksanaan pernikahannya?"

"Dua minggu lagi, aku tahu ini pernikahan yang tidak kamu inginkan. Namun, aku akan pastikan kamu akan mendapat upacara pernikahan yang layak."

Melody ternganga, dua minggu lagi itu artinya dia tidak punya banyak waktu untuk menata hatinya. Mahu tidak mahu, Melody harus menyortir rasa cintanya pada Leo. Dia tidak ingin saat sudah menyandang istri seorang Anderson, tapi dia malah menyimpan nama laki-laki lain di hatinya.

Walau Melody tidak yakin apakah dia bisa memenuhi semua tanggung jawab sebagai seorang istri, tapi dia setidaknya akan berusaha untuk menjadi istri yang setia.

"Maaf ya, Mel. Jika kamu pikir waktunya terlalu cepat. Akan tetapi, aku rasa lebih cepat maka lebih baik. Selama persiapan pernikahan ini, kamu izin cuti saja dari perusahaan. Fokuskan dirimu pada acara pernikahan dan adikmu saja," tutur Diana.

Melody hanya bisa mengangguk, ya dia bisa apa lagi. Toh hidupnya sekarang sudah dibeli Diana.

"Aku tidak sabar untuk menggendong anak Anderson. Aku harap anak itu akan mirip dengan Anderson," ucap Diana tanpa memedulikan perasaan Melody.

Melody yang tidak ingin terlalu lama di rumah yang membuatnya tidak nyaman itu memutuskan untuk pulang.

"Terima kasih banyak, Melody. Mulai sekarang kita akan menjadi madu, aku akan menyiapkan rumah baru untukmu dan Mike. Tinggallah di rumah itu. Akan kuminta Anderson untuk mendatangimu untuk melakukan penyatuan."

"Baik, Nyonya."

"Panggil aku Diana saja, kita akan jadi madu. Jadi harus mengakrabkan diri. Oh iya, aku ingin punya 3 anak. Jadi kalian nanti harus lakukan promil setelah kalian menikah. Jadi tidak sering melakukan hubungan intim pun bisa."

Ketika mengatakan hal itu, ada sedikit emosi yang ditangkap pendengaran Melody.

"Sudah kuduga, dia juga tidak ikhlas dengan ide gila tersebut," batin Melody.

Melody akhirnya pulang diantar oleh supir pribadi Anderson, sepanjang jalan itu Melody terus termenung. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi.

"Kenapa sih hidup itu sulit, aku lelah," gumam Melody.

Sungguh tidak pernah Melody sangka nasibnya terus menerus menurun. Dia terkadang berangan memiliki keluarga utuh, adik yang sehat, ayah yang selalu terlihat hebat di matanya.

"Sadarlah, Melody. Hidup itu tidak seindah yang kamu bayangkan."

Bab terkait

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Hari operasi

    Hari operasi jantung Mike telah tiba, kegundahan hati Melody tidak terlakan. Meski ada kasus proses operasi jantung yang tidak berjalan lancar, setelah oasca operasi karena adanya ketidak cocokan dengan tubuh si pasien. Namun, dokter sudah meyakinkan Melody bahwa semuanya akan baik-baik saja. Jika operasi itu berhasil, maka Mike bisa bertahan hidup hingga berpuluh tahun kedepannya. Melody mondar-mandir di depan ruang operasi, tidak ada yang menemaninya. Dia memblokir nomer telepon Leo, setelah dia memutuskan hubungan keduanya secara sepihak. Melody tidak ingin diberatkan oleh rasa bersalahnya hingga dia goyah dengan jalan yang dis pilih. "Kumohon Tuhan, selamatkan Mike. Jangan bawa dia," gumam Melody. Tidak ada satu pun yang berada di samping Melody saat-saat seperti sekarang, jangankan Anderson yang akan menjadi suaminya. Diana pun tidak menunjukkan batang hidungnya. "Apa yang kamu harapkan dari orang yang hanya ingin menjadikanmu mesin pencetak anak, Melody. Bangun dar

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-17
  • Istri Kedua Tuan Anderson   Tidak ada jalan kembali

    "Adik Anda tidak apa-apa, operasinya berjalan dengan lancar. Namun, kami akan terus memantau untuk perkembangan ke depannya."Melody tersenyum lega saat mendengar hal itu, dia bahkan hampir terjatuh jika saja Anderson tidak menopangnya. Setelahnya, dokter kembali menjelaskan kondisi Mike dengan lebih detail lagi sebelum dirinya pergi dan Mike diantar ke ruangan lain. ***Waktu berjalan dengan sangat cepat tanpa Melody sadari, hingga akhirnya hari pernikahannya dengan Anderson pun telah tiba.Melody mengatakan pada Mike bahwa dia akan menikah. Namun tidak sampai bercerita bagaimana dirinya mendapatkan uang untuk biaya pengobatan dan melunasi hutang. Apa yang Melody pastikan adalah Mike tidak perlu tahu apa pun. Mike yang juga sudah diperbolehkan pulang, sehingga dia bisa menghadiri pernikahan kakaknya. Dia saat ini menunggu di ruang rias pengantin perempuan. Memperhatikan kakaknya didandani sedemikian rupa. Cantik, sungguh sangat cantik. Riasan simple, gaun pengantin berwarna puti

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Istri Kedua Tuan Anderson   Tangis dalam diam

    Seusai Anderson keluar dari kamar mandi, dia tidak menemukan sosok istri barunya. Meski kamar itu temaram dengan penerangan lampu yang diatur sedemikian rupa. Namun, Anderson masih dapat melihat dengan jelas seisi kamar pengantin itu. Anderson menoleh ke sana ke mari mencari Melody, hingga dia menemukan tubuh mungil Melody tertidur dengan posisi yang pasti tidak nyaman. Laki-laki itu mendekati Melody dan membopongnya, dibaringkannya Melody di kasur king size yang memang untuk mereka gunakan. "Dasar, ini aku udah macem nikahin bocah saja. Lagian ngapain juga dia tidur di sofa kecil itu. Sudah tahu tubuhnya kecil, buat susah orang saja. Toh, tidur seranjang pun tidak akan membuatku terangsang," ucapnya. Anderson mendengus kesal dan beranjak dari ranjang, laki-laki itu mengambil botol vodka dan mencicipinya sambil menikmati pemandangan malam di luar hotel. Suasana begitu sunyi senyap, Anderson menghembuskan napasnya. Dia mengingat kembali apa yang istrinya katakan, sehari sebelum hari

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • Istri Kedua Tuan Anderson   Ciuman pertama dengan suami

    Melody mendelik kasar pada Anderson, sungguh dia tidak sanggup jika harus berhadapan dengan manusia satu ini lebih lama lagi. Belum lagi saat pengajuan cutinya selesai, entah apa yang akan terjadi pada kewarasannya nanti. Anderson dikenal sebagai CEO yang tidak berperikemanusiaan jika itu menyangkut pekerjaan, sudah berapa banyak karyawan yang mengeluhkan akan hal itu. Apalagi jika ada proyek baru, bukan tidak main kerasnya Anderson memacu mereka agar lembur tiap hari. Di kantor saja sudah membuat kepala Melody pusing tujuh keliling, gimana nanti jika mereka terus bertemu setiap hari di luar jam kerja. Membayangkannya saja sudah membuat Melody kesal setengah mati. Jika bisa, ingin saja dia mencubit keras pinggang laki-laki yang sedang memamerkan seringainya yang paling menyebalkan."Ngapain sih kamu, sana tidur. Jangan pernah ganggu aku. Ini bagianmu, awas saja kalau melewati batas ini. Akan kuhajar," ancam Melody setelah memberi sekat di kasur yang akan mereka gunakan tersebut.

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-23
  • Istri Kedua Tuan Anderson   Penyatuan 21+

    Keesokan harinya, terbangun dengan wajah kusut dan mata pandanya. Semalaman dia tidak bisa tidur sama sekali, barulah saat mentari mulai terbit dia sempat tertidur selama tiga puluh menit. Semalaman itu Laura terus berjaga, sungguh dia takut tiba-tiba Anderson menyerangnya saat dia melelapkan matanya. Aksi ciuman yang dilakukan Anderson tanpa aba-aba sudah membuat gadis itu merinding disko, dia sangat tahu bagaimana pengaruh alkohol terhadap seseorang. Dulu, ayahnya selalu menganiaya ibunya ketika sang ayah dalam pengaruh alkohol. Meski keesokan harinya sang ayah meminta maaf pada ibunya, tapi hal tersebut tidak langsung menjadikan Melody memaklumi tindakan orang lain saat mabuk. Melody sungguh tidak habis pikir, kenapa orang lain sangat menyukai alkohol. Padahal minuman keras tersebut tidak baik bagi kesehatan si peminumnya. Melody menghela napas panjang, baru juga bangun tidur yang hanya sekelip mata. Dia mengutuk dirinya sendiri yang selalu banyak berpikir. Melody beranjak dari r

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-25
  • Istri Kedua Tuan Anderson   Rasa sakit hati

    Setelah penyatuan keduanya, Melody masih berbaring di kasur yang sudah acak-acakan. Ditariknya selimut putih itu hingga menutupi sekujur tubuhnya, rasa sakit di bagian bawah sana tidak lebih sakit hati Melody saat ini. Tidak terasa air mata itu menyeruak tanpa diinginkan Melody, dia samar-samar mendengar percakapan Anderson dengan Diana. Isi percakapan yang sungguh mengiris hati wanitanya, dia tidak sanggup dan tidak ingin mendengar lebih jauh lagi. Namun, Anderson seolah-olah sengaja mengeraskan suaranya agar Melody juga mendengar apa saja yang dia katakan. "Tentu saja kamu yang terbaik, Sayang. Tidak mungkin kayu itu mampu memuaskanku, kamu tidak tahu apa yang aku rasakan selama aku having sex dengan dia kan? Kaku! Dia bukan hanya seperti kayu, tapi juga tidak beda jauh dengan kanebo yang sangat kering," tutur Anderson sambil melirik ke arah ranjang.Laki-laki itu dapat melihat bahu Melody beringsut-ingsut, Anderson dapat menebak pasti Melody pura-pura tidur dan menangis diam-diam

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Istri Kedua Tuan Anderson   Solo player

    Anderson terbangun ketika mentari telah menyingsing, saat itu dia mencari keberadaan Melody. Namun, istri barunya itu telah meninggalkan kamar hotel tanpa satu pesan sama sekali. Anderson mendengus kesal, padahal dia masih ingin mengulangi aktivitas 'itu' sekali lagi. Walaupun dia sudah melakukannya berulang kali dan telah mengisi rahim Melody dengan cairannya. Ada sebuah kepuasan tersendiri di hati Anderson, ketika dirinya menyentuh istri keduanya itu. Hal yang belum pernah dia rasakan terhadap Diana. Anderson pun tidak yakin apakah karena Melody yang masih virgin atau bukan, yang jelas dia tidak bisa melupakan ingatan akan penyatuan mereka. Lihatlah, dengan mengingat hal itu saja sudah membuat bagian bawahnya mengeras. "Sialan, nih anak pasti pulang ke rumahnya. Istri tidak berguna," gerutu Anderson. Laki-laki itu beranjak dari kasur dengan bertelanjang bulat. Toh tidak ada siapapun pikirnya, ada hal yang lebih penting yang harus segera dia lakukan dari pada masalah menutupi tubu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-02
  • Istri Kedua Tuan Anderson   Keresahan Hati

    Anderson mengemudi mobilnya dengan tampang datar, percakapan antara dirinya dan Diana membuat suasana hatinya tiba-tiba buruk. Anderson tidak mengira bahwa Diana menyuruh dia dan Melody bercerai, setelah Melody selesai dengan tugasnya. Jadi, Melody benar-benar dijadikan sebagai mesin pencetak anak semata. Tidak lebih dari itu. Namun, ada yang membuat Anderson tidak habis pikir, seharusnya dia setuju dengan usulan Diana. Toh memang kesepakatan awalnya hanya itu. Sedangkan apa yang dirasakan Anderson justru sebaliknya. Tidak mungkin juga dia tiba-tiba mencintai Melody hanya dengan hubungan seks sekali itu saja. Memang keduanya sudah mengenal satu sama lain di tempat kerja, tapi itu berbeda dengan hubungan sekarang. Keduanya tidak hanya terikat sebagai bos dan sekretaris. Melainkan suami istri, walau ada sebab dibaliknya. "Kenapa sih, dari tadi diam mulu?" tanya Diana yang sedari tadi mengamati perubahan raut wajah suaminya. Suaminya itu seperti orang lain, padahal mereka hanya berpis

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03

Bab terbaru

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Pengejaran

    Melody menatap nanar pintu rumah barunya, kesendirian yang sunyi ini entah berapa lama dia akan sanggup melaluinya. Rumah itu hanya sepetak dengan perabot rumah tangga yang sudah usang, terlihat sekali memang sengaja Anne dan Diana menempatkannya di tempat yang tidak layak untuknya. "Enak juga ya jadi orang kaya, mau berbuat apa saja bisa. Bahkan merendahkan manusia lainnya hanya untuk kepuasan ego mereka saja," guman Melody. Tidak mau berlarut dalam kesedihan, dia pun melangkah mencari kamarnya. Begitu Melody membuka pintu kayu yang ada tidak jauh dari dia berdiri, pemandangan di dalam kamar pun tidak begitu jauh berbeda.Tidak ada ranjang kasur, hanya kasur lipat yang selalunya dia lihat di drama Korea yang dia tonton dahulu kala. Tidak pernah sekalipun Melody akan mengalami tidur di kasur yang demikian. "Haaa ... sudahlah, Mel. Toh kamu sebelumnya juga sudah miskin, jangan terlena dengan kebahagiaan sesaat bersama suamimu."Melody menggelar kasur lipat tersebut, membersikan bag

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Negara Asing

    Anderson mengambil penerbangan selanjutnya, dia tidak peduli meski harus merogoh kocek berkali lipat dari harga normal. Selama tujuannya tercapai dia tidak peduli dengan nominal uang yang dia keluarkan. Di dalam burung besi itu pikiran Anderson bercabang, terutama kekhawatiran akaan nasib Melody yang tengah mengandung anaknya. Belum lagi tentang keanehan yang Diana tunjukkan beberapa saat lalu, dia curiga Diana memiliki andil atas kepergian Melody darinya. Anderson tidak sabar menunggu informasi yang dibawa Aidan. Jika kecurigaannya benar. Maka dia bisa mengambil tindakan yang sepadan untuk Diana. "Kamu ada di mana sekarang, Mel? Tega sekali kamu meninggalkanku sendirian di sini? Apakah tidak ada secercah harapan agar kita bisa bersama?" Anderson duduk sambil membuka galeri ponselnya, memandangi potret isti keduanya yang tengah tersenyum. Dia ingat foto itu dia ambil diam-diam ketika mendiang Mike memotret Melody. ***Sementara Anderson yang sedang dilanda rasa khawatir tidak te

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Rencana Anderson

    "Kamu masih belum tahu informasi tentang Melody?" tanya Anderson yang mulai kehilangan kesabarannya. "Saya masih mengeceknya, Tuan. Sabar dulu," ucap Aidan yang masih menanyakan akan keberadaan Melody, pada staff bandara. Dia sudah menghubungi nomor Melody yang tentunya sudah tidak aktif. Dia makin yakin Melody sekarang berada di pesawat. Hatinya bergemuruh, perasaannya tidak menentu. Anderson mulai menebak siapa dalang di balik tindakan nekat Melody. Tidak mungkin Melody bertindak seorang diri tanpa ada yang menekannya. "Tuan, Nyonya Melody ada di penerbangan menuju Korea Selatan. Saya sudah memastikannya beberapa kali dan informasinya akurat," tutur Aidan. "Korea Selatan? Untuk apa dia ke sana? Dia tidak punya kenalan ataupun saudara di sana." Aidan menggedikkan bahunya, jika Anderson sudah berkata demikian maka hal itu benar adanya. "Pesankan aku tiket ke Korea Selatan juga sekarang! Aku akan menyusul Melody, pastikan kamu pilih penerbangan yang tercepat!" titah A

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Perjuangan Anderson

    "Kalian ini semuanya bodoh ya! Bagaimana bisa kalian membiarkan pasien yang belum sembuh pulang!" Anderson mengamuk di depan lobi rumah sakit, di mana ada beberapa perawat dan satpam yang berusaha menenangkan Anderson. Namun, bukannya tenang, justru Anderson makin mengamuk. Dia bahkan ingin menuntut rumah sakit tersebut. "Ada apa ini? Kenapa ribut sekali?" tanya dokter yang dulu bertanggung jawab terhadap Melody. Sang dokter yang baru saja menyelesaikan operasi salah satu pasiennya, dia langsung menuju lobi ketika salah satu perawat memberitahu situasi genting saat itu. "Oh, ini dia biang keroknya! Katakan qpq alasanmu mengizinkan istriku pulang, hah!" Anderson mencengkeram erat kerah jubah dokter, dari sorot mata Anderson saja sudah terlihat kalau laki-laki itu sangat murka. "Lepaskan saya, Anda tidak berhak melakukan kekerasan terhadap saya maupun tim medis lainnya." "Anda ingin tahu kenapa istri Anda pulang lebih cepat? Itu semua karena keiinginannya dan juga kondisi istri

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Selamat Tinggal

    Keesokan harinya, seperti yang sudah direncanakan, Melody keluar dari rumah sakit sebelum Aidan datang menjenguk. Tidak banyak barang bawaan yang dia miliki, hanya koper kecil, dan hand bag berisi paspor, tiket pesawat, dan uang cash. Melody juga dibekali ponsel oleh Anne, ponsel yang hanya ada kontak Anne dan Diana saja. Dengan ponsel itu lah Anne akan memantau keberadaan Melody. "Taksi!" Melody menyetop taksi yang akan membawanya ke tempat pelariannya. Dia duduk di kursi belakang dengan hati gelisah, tapi sebisa mungkin dia redam gejolak perasaan yang seolah-olah meronta akan keputusan yang dia ambil sekarang. "Maafkan aku, Anderson. Aku harap setelah kepergian kami, kalian bisa hidup rukun lagi," gumam Melody. Rintik hujan mulai turun, seakan-akan alam pun turut mengantar kepergian Melody menjemput kehidupan barunya. Selama perjalanan Melody hanya melamun, supir taksi itu pun juga bukanlah orang yang ramah. Sehingga hanya suara siaran berita yang terdengar dari radio saj

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Ancaman

    "Ambil uang ini dan pergi dari hidup putriku," ucap Anne sambil melempar amplop cokelat berisi uang, ke arah Melody. "Maksud Anda apa? Saya tidak akan terima uang ini, sekalipun saya butuh," jawab Melody. Melody menyingkirkan amplop itu menjauh darinya, hatinya terenyuh bagaikan seseorang menyiram cuka di lukanya yang menganga lebar. Dia mengepalkan tangannya, beginikah rasanya menjadi orang miskin. Hingga orang yang berada tidak ada henti-hentinya merendahkan dia? Anne mendekati Melody dan menarik kasar dagu Melody, sorot mata kebencian terlihat dengan jelas. Sudah tidak bisa ditutup-tutupi lagi, bahwa wanita itu tidak menyukainya. "Dengar, Melody Gray. Saat ini kamu hanya sedang beruntung saja, karena kamu hamil anak Anderson makanya kamu dapat perhatian dari menantuku.""Namun, apa yang kamu terima sekarang itu bukanlah cinta. Kamu sadar 'kan apa yang dia perlukan saat ini?" Anne melepaskan tangannya. Diambilnya lagi amplop itu dan disematkan langsung pada Melody seraya berka

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Derita istri kedua

    Sepulangnya Aidan, Melody kembali merenung menatap nanar langit-langit kamar rawat inapnya. Hatinya sempat goyah ketika Aidan mengatakan bahwa Anderson mencaritahu tentang dirinya. "Kamu bodoh, Mel. Buat apa lagi kamu mikirin suamimu itu? Jelas-jelas dia tidak bisa mengambil keputusan yang baik untukmu," gumam Melody. Melody meraup wajahnya dengan kasar, dia tidak percaya akan kesulitan seperti sekarang dalam mencintai seseorang. Iya, tidak bisa dipungkiri, kebersamaan yang dia lalui bersama Anderson sedikit demi sedikit telah membuka hatinya. Apa lagi perhatian yang Anderson berikan bagaikan siraman air hujan di musim kemarau. Sosok Anderson yang selalu ada di saat dia butuhkan, menggantikan ketidakhadiran sang ayah. Bahkan Mike yang pemalu saja bisa langsung dekat dengan Anderson, siapa yang tidak jatuh hati jika dipertemukan dengan orang seperti Anderson?"Sungguh, aku benci dengan apa yang kurasa." Melody memejamkan matanya, rasa pedih itu kembali menyerang kedua kelopak mata

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Rencana Melody

    "Maaf, Mel, aku datang telat. Tadi ban mobilku kempes." Napas Aidan tersengal-sengal sesampainya dia di ruangan Melody. Dia membungkukkan tubuhnya sambil mengatur napas, di tangan kanan Aidan terdapat kotak kue yang dipesan Melody. "Maaf, ya Aidan. Aku jadi merepotkan kamu terus," ucapnya penuh rasa bersalah. Melody menyeka keringat di dahi Aidan dengan tisu di dekat meja brangkar. Keadaannya sudah jauh lebih membaik, dari terakhir dia datang. Hanya saja, dokter masih meminta Melody untuk dirawat dulu sampai beberapa hari kedepan. "Thank's, Mel. Oh iya ini kue yang kamu minta. Aku siapkan piringnya dulu ya," ucap Aidan. Aidan berjalan ke arah sudut ruangan, di mana beberapa alat makan berada. Buah segar yang dia beli pun dia taruh di atas rak kecil yang tersedia. Diserahkannya peralatan makan bersih pada Melody beserta kue yang diinginkan ibu hamil itu. Terkadang Aidan merasa kasihan, di saat seperti sekarang ini harusnya yang lebih peduli akan keadaan Melody itu Anderson, bukan

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Keresahan Hati Anderson

    Anderson tidak bisa memejamkan matanya sama sekali. Pikirannya semrawut dan hanya teringat akan Melody semata. Padahal dia baru saja menggauli Diana, meski itu semua karena paksaan Diana. Hati Anderson tidak bisa dibohongi lagi, dia sungguh sudah tertawan oleh Melody. Dia juga tidak tahu sejak kapan hatinya hanya tertuju pada istri keduanya ini. Rasa bersalah bersemayam di hatinya saat dia bercinta dengan Diana beberapa saat lalu, sebab bukan Diana yang dia lihat melainkan Melody. Sungguh tiap kali Anderson terpaksa menyentuh Diana, yang ada dipikirannya hanya wajah Melody saja. Dia mengacak rambutnya yang masih basah sehabis mandi tadi. Meski Diana menyuruhnya untuk mengeringkan rambutnya, tapi Anderson tidak mempedulikan kata-katanya dan justru berbaring di kasur membelakangi Diana. "Sayang, makasih ya. Karena kamu masih mau menyentuhku. Aku takut kamu tidak lagi tertarik dengan tubuhku ini," bisik Diana. Tidak ada jawaban dari Anderson, hingga akhirnya Diana berinisiatif meme

DMCA.com Protection Status