Share

Istri Kedua CEO Buta
Istri Kedua CEO Buta
Penulis: Anita Kim

1. Dipaksa Berjodoh

“ Harusnya Shafa yang menikah dengan pria lumpuh dan buta itu!”

Shafa tersentak kaget mendengar teriakan Fariha, ibunya dari dalam rumah.

Shafa terpaku di luar rumah masih memegang kopernya. Niatnya adalah untuk memberikan kejutan pada orangtuanya karena dia telah kembali dari Mesir dan telah menyelesaikan masa kuliahnya di sana. Namun, kini justru dirinya yang terkejut dengan ucapan ibunya sendiri.

“Naura tidak boleh menjadi istri kedua dari pria itu! Kalau perlu minta Shafa pulang sekarang juga untuk menggantikan Naura.”

Shafa lagi-lagi merasakan kebingungan serta rasa kecewa. Sejak dulu, ibunya memang selalu membela kakaknya, Naura dan sebaliknya tidak pernah memperdulikannya.

Shafa sempat bertanya-tanya apa sebabnya, namun hingga kini ia tidak menemukan jawaban itu. Padahal Shafa selalu berusaha untuk menjadi anak berbakti dan melakukan yang terbaik. Tapi, hal itu tidak cukup juga untuk membuat ibunya menyayanginya.

“Shafa masih kuliah, Bu. Kita mungkin bisa coba cari cara lain dulu, bagaimana jika—,” ucapan Malik, ayah Shafa terpotong begitu dirinya menyadari kehadiran Shafa di depan mereka.

“Shafa? Sejak kapan kamu ada di sana, kamu udah pulang?” Malik langsung tergugup dan kaget, menduga Shafa telah mendengar pertengkaran orangtuanya sejak tadi.

Shafa berusaha tersenyum, menyembunyikan kekalutan hatinya dan mengucapkan salam pada kedua orangtuanya.

“Bagus kamu pulang tepat pada waktunya. Bersiaplah kamu akan segera menikah.” Fariha terlihat kesal dan marah.

Bahkan setelah menerima salam, Fariha langsung meminta Shafa untuk menikah dengan pria tak dikenal. Andai itu Naura, jika saja yang baru pulang Naura, apa Fariha akan melakukan ini?

Shafana mengusap air matanya kasar, ia tetap berusaha untuk tegar. “Menikah? Dengan siapa, Bu? Dan kenapa harus Shafa?”

Rentetan pertanyaan dari Shafa membuat Fariha berdecak kesal.

“Dengan Pak Dewa, cucu dari Nyonya Nalani. Bos tempat ayahmu bekerja. Ayahmu dijebak rekan kerjanya dan dituduh menggelapkan uang perusahaan. Dia akan dibebaskan jika memenuhi syarat untuk menikahkan putrinya menjadi istri kedua Pak Dewa yang buta dan lumpuh karena istri pertamanya tidak bisa mengandung. Jika ayahmu tidak bisa memenuhinya, maka ayahmu harus masuk penjara.”

“Artinya aku dijual untuk melahirkan pewaris bagi Pak Dewa?” Mendengar penjelasan ibunya, Shafa tidak bisa menyembunyikan rasa terkejut sama sekali.

“Ya. Naura tidak bisa menikah dengannya, karena sudah memiliki kekasih. Jadi kamu yang harus berkorban untuk keluarga ini. Kecuali kalau kamu tega lihat ayahmu masuk penjara!"

Air mata Shafa mengalir begitu saja. Padahal dirinya sudah memiliki impian setelah kembali dari Mesir. Namun, kini impiannya harus kandas. Shafa tidak tega jika harus membiarkan ayahnya dihukum karena bukan kesalahannya. Apalagi selama ini, ayahnya juga sudah banyak berkorban untuknya.

“Shafa, kamu tidak perlu khawatir. Ayah bisa coba pikirkan cara lain,” suara lembut ayahnya, membuat Shafa semakin merasa tidak tega. "Kamu tidak perlu berkorban, Nduk."

"Bela aja terus, kalau kamu masih berpihak sama Shafana, biar aku sama anak-anak yang pergi, Mas." Fariha melengos begitu saja.

"Bu—."

"Ayah udah." Shafana menahan lengan Malik sambil menggeleng. "Aku akan menikah dengan Pak Dewa,” ujar Shafa lemah. Baginya yang terpenting adalah keluarganya. Shafa hanya berharap bahwa keputusannya ini tidak salah.

** ** **

Sementara itu, kekacauan yang tak jauh berbeda juga terjadi di rumah Dewananda.

“Bagaimana bisa aku menikah dengan wanita lain?!” Dewa merasa kesal mendengar ucapan neneknya, Nalani yang memintanya untuk menikah lagi hanya karena Rania, istrinya belum bisa memberikan anak baginya.

“Percayalah pada Oma, Dewa. Ini sudah tahun ketiga pernikahan kalian dan masih belum ada tanda kehamilan dari Rania. Nenek sudah tua dan lihatlah kondisimu saat ini.”

Dewa berdecak tidak percaya dengan ucapan Neneknya sendiri. Dewa sadar setelah dirinya mengalami kecelakaan beberapa bulan yang lalu sehingga menyebabkan dirinya buta dan lumpuh, tidak ada yang bisa menggantikannya di perusahaan selain neneknya karena ayahnya pun masih terbaring di rumah sakit.

Dewa menghela nafas berat.

“Besok mereka akan datang ke rumah. Dan kalian akan menikah secepatnya. Dengarkan Oma kali ini, Dewa.” Setelah mengatakan itu dengan nada penuh permohonan, Nalani pulang meninggalkan Dewa yang masih termenung di ruang baca rumahnya.

Suara langkah kaki terdengar di telinga Dewa dan menyadarkannya dari lamunan.

“Rania?”

Sepasang tangan lembut merangkul pundaknya. Dewa bisa langsung menebak bahwa itu memang istrinya.

“Mas, terima saja permintaan Oma!”

Alis Dewa menukik mendengar ucapan Rania.

“Mas, aku takut bahwa benar aku mandul dan tidak bisa memberikan pewaris untukmu. Tapi, kamu tahu kan seberapa besar aku mencintai kamu? Karena itu, aku tidak masalah kamu menikah lagi. Kalaupun nanti wanita itu akan mengandung, kamu bisa mengambil anaknya untuk menjadi anak kita dan menceraikannya,” kata Rania panjang lebar.

Dewa bisa merasakan ada nada sedih dalam ucapan Rania.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Evi Erviani
baru mampir nih kk disana kakek tua menuju bangka yg nyebelin, disini nenek tua menuju bangka .........
goodnovel comment avatar
Aresha K
wah, curiga nih si Rania nyuruh lakiknya nikah lagi. bisa jadi, dia sendiri nyeleweng...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status